Teori siklus kredit (credit cycle) menunjukkan bahwa ekspansi kredit yang tidak terkendali dapat menciptakan gelembung aset berbahaya. Kebijakan seperti countercyclical capital buffer dirancang untuk mengurangi efek siklus ini dengan menekan ekspansi kredit saat ekonomi tumbuh pesat, serta memberikan kelonggaran selama masa kontraksi.
Di Indonesia, penerapan kebijakan ini membantu menjaga stabilitas sektor perbankan. Namun, tantangan tetap ada, terutama dalam memastikan bank-bank kecil mematuhi regulasi dengan baik.
Menghadapi Risiko Eksternal
Ketergantungan Indonesia pada aliran modal asing membuatnya rentan terhadap perubahan kebijakan moneter global, seperti kenaikan suku bunga oleh The Fed. Untuk mengurangi risiko ini, BI menerapkan kebijakan pembatasan eksposur valuta asing, yang bertujuan melindungi bank dan perusahaan dari fluktuasi nilai tukar.
Efektivitas Kebijakan Makroprudensial
Pencegahan Krisis Sistemik
Kebijakan makroprudensial telah terbukti membantu mencegah akumulasi risiko sistemik di Indonesia. Namun, efektivitasnya sangat bergantung pada kemampuan regulator untuk mengidentifikasi risiko sejak dini.
Dukungan terhadap Pertumbuhan Ekonomi
Meski bertujuan menjaga stabilitas, kebijakan makroprudensial juga dirancang untuk mendukung pertumbuhan ekonomi. Pelonggaran aturan LTV, misalnya, memungkinkan masyarakat mengakses kredit lebih mudah, tanpa mengabaikan prinsip kehati-hatian perbankan.
Tantangan Implementasi
Keseimbangan antara stabilitas dan pertumbuhan menjadi tantangan utama. Kebijakan yang terlalu ketat dapat menghambat pertumbuhan kredit dan investasi, sementara kebijakan yang terlalu longgar dapat meningkatkan risiko sistemik.