Mohon tunggu...
Mirna ZenaTuarita
Mirna ZenaTuarita Mohon Tunggu... Dosen - Seorang nakama yang belajar menjadi penulis

Seorang nakama yang belajar menjadi penulis

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Rasa Enak, Awal "Penuaan Dini" dan Berbagai Penyakit Layaknya Penikmat Gula

27 September 2022   12:28 Diperbarui: 27 September 2022   12:33 290
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Nasi yang baru matang.

Es teh manis setelah lelah berolahraga.

Saya rasa, tidak akan ada yang menyangkal bahwa makan dan minum seperti itu rasanya sangat "nikmat". Akan tetapi ada yang lebih penting daripada sekadar makan dan minum untuk "hidup".

Siapa pun akan merasa senang jika mengonsumsi sesuatu, dan kesenangan itu sering kali  menjadi kenikmatan yang  besar. Akan tetapi, bagaimana jika kenikmatan tersebut merupakan pemicu "penuaan dini" dan "penyakit"? bagaimana jika tanpa Anda ketahui, justru semakin lama semakin merusak tubuh? Tentunya akan membuat Anda khawatir bukan?

Nasi, makanan manis, dan minuman kekinian; ketiganya banyak mengandung karbohidrat atau zat gula. Ketika Anda terlalu banyak mengonsumsi zat gula tersebut, tubuh Anda akan semakin mudah lelah, mengalami penuaan dini, juga memperburuk kesehatan.

Seperti halnya beberapa jam  setelah makan nasi, saya mengantuk sekali. Akhir-akhir ini  saya juga merasa lebih mudah gemuk. Saya tidak tahu mengapa badan terasa berat, lemas, tidak bergairah. Tahun demi tahun, alergi saya semakin parah.

Saya yakin, banyak sekali orang yang berpikir seperti itu. Saya rasa, Anda pun termasuk salah seorangnya, bukan?

Saya tidak dapat berkomentar apa-apa tentang mengantuk setelah makan karena ini adalah kondisi atau gejala alami. Namun, berat badan berlebih, biasanya terjadi akibat asupan kalori berlebih. Tidak enak badan dan merasa lemah, mungkin karena kelelahan. Alergi semakin parah, mungkin akibat imunitas/kekebalan tubuh menurun semakin bertambahnya usia.

Sebenarnya, tidak berlebihan jika saya katakan bahwa keluhan seperti tidak enak badan dan penyakit-penyakit lain, terjadi karena kita terlalu banyak mengonsumsi "karbohidrat", termasuk mengonsumsi "nasi putih" dan "minuman kekinian". Apalagi sekarang sedang  viral kasus minuman Esteh Indonesia yang men-somasi pelanggannya karena "ber-cuit" tentang minumannya yang terlalu manis.

Apabila kita memahami efek berbahaya dari asupan karbohidrat berlebihan dan segera melakukan penanganan, kita bisa memperbaiki dan mencegah timbulnya penyakit dan kerusakan dalam tubuh.

Rasa Kantuk dan Lemas, Gejala Hipoglikemia?

Saat masuk ke dalam tubuh, karbohidrat akan diserap sebagai glukosa dari lambung melewati usus kecil. Kemudian oleh cairan darah akan diangkut ke seluruh tubuh melalui saraf-saraf pengangkut.

Kadar gula darah menunjukkan kadar glukosa yang terkandung dalam cairan darah, yakni kadar karbohidrat atau zat gula dalam tubuh. Biasanya, kadar gula akan naik setelah makan, lalu beberapa waktu akan turun lagi. Dalam satu hari, akan terjadi "variasi diurnal" naik dan turun, dan terjadi berulang-ulang. Saat kondisi sehat, apapun yang dimakan, biasanya kadar gula akan tetap terjaga secara stabil.

Apabila terus-menerus makan makanan yang dapat menaikkan kadar gula darah secara signifikan, akan mulai muncul gangguan pada fungsi pengaturan tubuh seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya. Jika kadar gula darah naik secara drastis, maka akan turun secara drastis pula. Hal ini menyebabkan tubuh jadi kekurangan energi. Selanjutnya, fungsi menaikkan kadar gula darah akan mulai bekerja lagi.

Apabila level perubahan melewati batas dari variasi diurnal terjadi terus-menerus, organ yang menaikkan dan menurunkan kadar gula darah akan menjadi lelah, sehingga fungsi pengaturan berangsur-angsur akan menjadi kacau. Pada akhirnya akan terjadi kondisi yang disebut penyakit hipoglikemia (gula darah rendah). Dapat pula disebut gangguan penyakit yang lahir karena pola makan masyarakat modern.

Ketika menyebut hipoglikemia, pertama kali yang perlu kita pahami masalahnya adalah kadar gula darah yang naik setelah makan akan langsung turun dengan segera.

Hal yang paling penting bukanlah angka pasti "berapa kadar gula darahnya" melainkan jika kecepatan turunnya "50 lebih dalam waktu 1 jam" maka dapat dijadikan ukuran diagnosis hipoglikemia.

Kadar gula darah akan naik ketika makan dan insulis dikeluarkan untuk menurunkan sedikit demi sedikit. Lalu, ketika makan lagi kadar gula darah akan naik lagi, dan terjadi berulang-ulang. Jika perubahannya dalam batas yang tetap dan terjadi secara perlahan, berarti tidak ada masalah apapun. Namun, jika kecepatan turunnya dalam waktu singkat, maka ini adalah gejala hipoglikemia.

Contohnya, ketika mengukur kadar gula darah yang terlihat bergejala hipoglikemia, angkanya menunjukkan 90. Jika melihat itu saja, dia masuk dalam batas normal. Namun, setelah diukur 15 menit sebelum makan menunjukkan 180, lalu langsung turun 90 dalam sekali waktu, dapat disebut hipoglikemia akut.

Beberapa jam setelah makan, pernahkan Anda mengalami gejala seperti kepala dan hati terasa kosong, daya konsentrasi menurun, dan tidak ingin melakukan apapun? Ini bukanlah perasaan hati para kaum "jomblo". Tapi, Kondisi seperti itu mungkin terjadi jika kadar gula darah sedang turun secara drastis, atau pertanda kadar gula darah sudah turun. Jika gejala tersebut muncul sejak pagi hari, maka akan menjadi hipoglikemia level berat.

"Sakarifikasi" Adalah Penuaan Dini, Cepat Menua Layaknya Penikmat Gula

Setara dengan obesitas, bahaya karbohidrat yang terjadi di dalam tubuh adalah "sakarifikasi". Biasanya, untuk menggabungkan suatu substansi dengan substansi lain, dibutuhkan perantara seperti hormon atau oksigen. Namun, zat gula tidak butuh perantara apapun, ia dapat memiliki sifat dapat bergabung dengan sekelilingnya. Itulah yang disebut sakarifikasi.

Semakin tinggi tingkat kekentalannya, semakin mudah untuk bergabung. Semakin tinggi kadar gula darah maka semakin mudah terjadi sakarifikasi di dalam tubuh.

Apakah yang berbahaya dari sakarifikasi?

Zat gula akan bergabung dengan sekitarnya tanpa pandang bulu, sehingga sakarifikasi sangat mungkin terjadi pada protein di dalam tubuh. Misalkan akseptor insulin yang dikeluarkan dari pankreas mengalami sakarifikasi sehingga kehilangan fungsi, maka seberapa banyak pun insulin diproduksi, kadar gula darah tidak akan dapat turun. Kadar gula darah akan tetap tinggi dan mengundang penyakit diabetes, persis seperti naiknya harga BBM yang tidak akan pernah turun dan mengundang penyakit "kanker" alias kantong kering.

Sakarifikasi akan berakselerasi seiring bertambahnya usia. Berawal dari osteoporosis, kulit, dan rambut menjadi jelek, serta fenomena penuaan yang disebut "bau orang tua", semuanya disebabkan oleh protein di dalam tubuh yang disebut sakarifikasi.

Selain itu, protein yang telah mengalami sakarifikasi akan berubah menjadi substansi yang disenut "AGEs (Advanced Glycation End-Products)". Ini adalah substansi layaknya gula yang telah dipanaskan sampai gosong, sekali jadi, dan tidak dapat kembali seperti semula. Anda dapat membayangkannya seperti ayam goreng yang gosong.

AGEs tidak dapat hilang maupun disekresikan, tetapi akan terakumulasi didalam tubuh secara perlahan sehingga meng"gosong"kan bagian dalam tubuh. Akibatnya, secara konkret, tulang akan menjadi rapuh, pembuluh darah juga akan menjadi rusak, sehingga akan menghasilkan berbagai macam gejala penuaan. Ada juga teori bahwa bau orang tua berasal dari bau zat gula yang terbakar.

Semakin tinggi kondisi kadar gula darah, risiko sakarifikasi juga semakin tinggi. Saya sering menyampaikan orang yang suka mengonsumsi nasi putih sampai kenyang dan hobi "go-food" minuman kekinian akan lebih cepat mengalami penuaan.

Jika semua itu disimpulkan dalam satu kalimat, "Sakarifikasi adalah penuaan"; gaya hidup dengan asupan karbohidrat berlebih akan mempercepat penuaan.

Sumber : Mitos Jahat Karbohidrat: Kepo untuk Keto. dr. Toru Mizoguchi. qanita.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun