Mohon tunggu...
Mira Utami
Mira Utami Mohon Tunggu... Contet Creator -

Penikmat Seni Pertunjukan, Buang sampah pada tempatnya garis keras!

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Nilai Dolar AS Perkasa, Apakah Rupiah Nelangsa?

13 September 2018   15:37 Diperbarui: 13 September 2018   15:58 466
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kepala Departemen Internasional Bank Indonesia Doddy Zulverdi, menjelskan nilai tukar itu adalah salah satu indikator ekonomi yang namanya relative price, yaitu harga relatif. Dia tidak bisa dilihat sebagai angka absolut. Angka 15 ribu sekarang beda dengan 15 ribu 20 tahun lalu, jelas beda. Jadi jangan serta merta disamakan. Ini salah satu pemahanan yang harus kita tanamkan ke berbagai pihak.

Ada faktor internal dan eksternal yang menyebabkan semakin melambungnya nilai dolar AS, yang berdampak pada sejumlah negara, tidak hanya di Indonesia. Kepala Departemen Internasional Kemenko Perekonomian Iskandar Simorangkir menjelaskan Faktor Eksternal, adanya kebijakan suku bunga dari Bank Sentral AS, tersebarnya statement Donal Trumpt juga isu perang dagang antara AS -- China, masalah krisis ekonomi yang terjadi di sejumlah negara contohnya Turki. 

Faktor Internal antara lain, kekhawatiran berlebih dari para pelaku pasar keuangan, contonya ditekankan oleh Iskandar Simmorangkir, "ketakutan yang berlebihan itu tidak bagus. Saya banyak melakukan riset, bahwa kalau kita berpikiran negatif itu bisa mengakibatkan hal negatif. Contohnya, terjadinya krisis perbankan, walau sebenarnya banknya sehat. Cuma kalau nasabah berbondong-bondong tidak percaya, bisa bangkrutlah itu bank. Itulah sebabnya. jangan memberi informasi yang bisa membuat kita semua panik,".

Selain mewaspadai inflasi, pemerintah juga akan memperhatikan kondisi neraca perdagangan. Hal ini terkait sejumlah kebijakan pemerintah AS yang mencerak lebih dari 8 miliar dolar pada 2008.Yang mana, itu diikuti krbijakan penaikan tarif yang berdampak pada menurunnya perdagangan dunia.

fmb9-bersatu-untuk-rupiah-5b9a250f677ffb147c3933e4.jpg
fmb9-bersatu-untuk-rupiah-5b9a250f677ffb147c3933e4.jpg
Dalam diskusi bersama tersebut, mencoba membuka wawasan dalam pandangan kesalahan pihak-pihak saat ini yang melihat nilai tukar mata uang sebagai angka psikologis. Namun nilai tukar mata uang seharusnya yang dilihat pergerakan angkanya.

bila mencari informasi lebih lanjut di sejumlah negara sepert Australia, Korea, Malaysia, Thailand, nilai tukar bergerak itu nyaris tidak pernah jadi berita besar, kecuali perubahannya sangat cepat. 

Orang tidak melihatnya sebagai angka psikologis, tapi seberapa cepat bergeraknya. Jika angka bergerak hanya 8% seperti saat ini dibandingkan semisal naik dari level 2.500 sampai ke 15 ribu, ya jelas berbeda, itu sangat jauh kenaikannya. Kemudian pemerintah mencoba untuk tanamkan ke masyarakat, nilai tukar jangan dilihat dari levelnya, tapi lihat pergerakannya.

Pemerintah memastikan kondisi ekonomi makro saat ini sangat berbeda dengan yang terjadi saat krisis tahun 1998. Memang ada inflasi yang terjadi tetapi tidak sebesar pada tahun 1998, sebesar 78,2%, sementara sekarang hanya 3,2%. Tahun 98 berapa cadangan devisanya? 23,62 miliar USD, sementara sekarang 118,3 miliar USD. Tahun 98 berapa tingkat kredit macet? lebih dari 30%, sekarang hanya 2,7% dan trennya terus turun, dan lain sebagainya.

Dapat dilihat informasi tahun 2018 merupakan tahun yang menjadi titik keberhasilan di pemerintahan saat ini, seperti begitu cepatnya pembangunan infrastruktur, kemegahan dan kesuksesan penyelenggaraan Asian Games 2018, walaupun belum ada data terkait untung atau rugi dalam segi ekonomi, penggaguran menurun, dari data BPS juga kemiskinan menurun dan yang menjadi soroton prestasi Menteri Kuangan Sri Mulyani, menjadi menteri keuangan terbaik dunia pada Februari 2018 di ajang World Government Summit, melengkapi asumsi bahwa ekonomi Indonesia sudah di koodinasi dengan sebaik mungkin.

Patut menjadi perhatian serius juga adalah laju impor yang semakin membuat nerasa perdagangan Indonesia berat sebelah atau defisit, dan memanjakan masyarakat dengan produk-produk impor tetapi di satu sisi juga belum berbuat banyak terhadap hasil dari negeri sendiri.

Himbauan pemerintah kepada masyarakat seperti belilah produk lokal, menunda infrastruktur yang menggunakan komponen impor lebih banyak, kurangi belanja di luar negeri dan berliburan di Indonesia serta penggunaan Biodiesel bercampur denngan solar seharusnya bisa membantu dalam menjaga stabilitas nilai rupian juga mendorong dalam meningkatkan laju ekspor di Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun