Mohon tunggu...
Sih Ell Mirmaningrum
Sih Ell Mirmaningrum Mohon Tunggu... -

Tersenyumlah... :-)

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Undangan

27 Februari 2016   09:09 Diperbarui: 27 Februari 2016   09:23 59
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pagi ini, seseorang datang membawa sehelai kertas, tertulis:

 

UNDANGAN

Spesial untukmu: SEM

Untuk hadir dalam Pesta Kehidupan

Dresscode: sukacita, hormat dan kemuliaan.

Waktu: Sekarang...!

Datanglah jangan terlambat...!!!

 

Dariku: 

Penciptamu

 

Terpekur aku menatapi undangan itu. 

Ada banyak tanya berhamburan karenanya...

  1. Hanya untukku kah?
  2. Menyenangkankah pesta itu?
  3. Apa yang harus kukenakan dgn dresscode spt itu?
  4. Apakah aku sudah berada di dalamnya, ataukah belum masuk?
  5. Arrrggghhhh...

Kutatapi huruf demi huruf dalam rangkaian kata itu, kulihat sedikit demi sedikit rangkaian huruf lain membayang di sana, hatiku mengejanya perlahan:

Ya... itu hanya untukmu, jika kamu takmau orang lain turut serta dalam sukacita yang hendak kau rasakan. Hanya untukmu, jika kau takmau memmbaginya untuk yang lain. Hanya untukmu jika itu maumu. Namun mauKu, hanya untukmu bagimu dan yang lainnya... hanya yang tak bermakna hanya bagimu saja. Hanya, karena Aku berikan utuh.

PestaKu menyenangkan bagiKu, jika kamu mau datang menerima dan mengiyakan undanganKu, karena aku mengadakan pesta ini untuk diriKu sendiri dan untukmu. Menyenangkan karena Aku tahu bahwa kau takpernah mampu untuk hidup menderita, maka aku berikan sukacita pesta ini. Hai... ini bukan berbicara kelak yang jauh, namun tentang kini dan di sini, yaitu dimana kamu berada. Semoga kamu mampu menangkap maksudKu, yaitu bahwa pesta ini untuk kau nikmati kini, disini, hingga kelak. Jadi hiduplah dengan seperti layaknya kamu berpesta. Itu terkait dengan dress code yang harus kau kenakan.

Sukacita. Ya... jalani hidupmu dengan sukacita. Selama masih ada kehidupan dalammu, selama nafasmu masih bisa ditarik dan dihembuskan, selama masih ada kini bagimu. Bersukacitalah senantiasa. Hormat. Karena seringkali orang bersukacita hingga melupakan untuk menghormati keberadaan dirinya sendiri. Sukacita hingga mabuk dan mempermalukan diri sendiri? Bukan itu yang Aku mau  kau lakukan. Mana itulah hormat harus kaukenakan bersamaan dengan sukacita.  Kemuliaan. Ketika sukacita dan hormat itu kaukenakan bersamaan maka kemuliaan akan terpancar dari dirimu. Kemuliaan yang memancar adalah kemuliaan Ku yang kau pancarkan. Itu pakaian pelengkap yang akan menyelimutimu sepanjang pesta kehidupan ini.

Ya... pesta ini sudah dan sedang berlangsung. Jangan kau tanya kapan ini akan berakhir, karena hanya Aku yang berhak mengakhirinya, eitttss... jangan... jangan khawatir. Karena Aku takkan mengakhiri dengan kesedihan seperti yang acapkali kau dan yang lainnya lakukan. Sebab ketika pesta kehidupan ini berakhir, pesta kehidupan kekal yang Kuatur segera akan kaunikmati.

Apakah kau masih meragukanKu sbg penciptamu?

 

Ehhm...

Akan kujawab Ya, undanganNya pagi ini. Ya dan dengan segenap hatiku.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun