"Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir, maka berkatalah yang baik dan jika tidak maka diamlah." (HR. Bukhari no. 6018 dan Muslim no. 47)
Selain itu, terdapat bahasa yang juga telah di ajarkan dalam islam untuk mengungkapkan rasa kagum terhadap sesuatu yaitu kata "Maa Syaa Allah", sehingga tentu menjadi lebih baik dan indah didengar.
Lantas apakah seorang santri tidak boleh mengikuti tren atau menggunakan bahasa gaul? Tentu boleh. Hanya saja dalam hal ini, santri ataupun bukan santri sepantasnya memilah bahasa, baik itu bahasa gaul atau formal. Karena tren tidak menjadi alasan untuk mengesampingkan sesuatu yang baik dan berkarya tak berarti mengesampingkan pengetahuan agama.
Kesimpulan
Bahasa gaul merupakan bahasa keseharian kaum milenial yang di dalamnya juga terdapat kata-kata yang berasal dari kata yang memiliki makna kurang harmonis dengan pendengaran, yang dianggap sebagai suatu karya kaum milenial dengan tujuan agar tak menyinggung si pendengar. Hal ini tentu memiliki sudut pandang lain dari segi agama islam yang tentu mengajarkan kita untuk bertutur kata yang baik.
Sebagai kaum milenial dan seorang muslim sudah sepantasnya mampu memilah bahasa, baik bahasa gaul ataupun formal yang akan digunakan. Karena bahasa itu bisa lebih tajam dari sebuah pisau dan bisa lebih lembut dari kapas.
Â
Referensi
Munsyi, Alif Danya (2003). 9 dari 10 kata bahasa Indonesia adalah asing. Kepustakaan Populer Gramedia. ISBN 978-979-9023-97-1
15 Minutes Metro TV