"Apa prinsip hidupmu? Apa yang membuatmu begitu bahagia meski makanan yang kau makan sehari-hari terlalu asin untuk bisa kau telan!?"
Tanpa ku sadari kata-kata itu meluncur begitu saja, membuat kepalanya yang sedari tadi menunduk tiba-tiba  menoleh ke arahku melempar tatapan tanya dan heran atas sikapku. Aku hanya bisa tertunduk malu, tapi rasa hambarku ini tak mampu bersabar untuk tak meminta garam dari orang asing yang baru kukenal.
"Bisakah kau membagi makananmu yang asin itu untuk membumbuhi makananku yang hambar ini?"
Perempuan ini hanya tersenyum tipis, kemudian menulis sesuatu pada sticky note dan menempelkannya pada selembar kertas dari tumpukan kertas yang dibawanya.
"Jangan terus melihat sisi gelapmu, sisi terangmu memanggilmu." Kata perempuan itu sambil memberikan selembar kertas itu padaku kemudian berlalu meninggalakanku.
Tak maksud hati mengasingkan diri hanya tak ingin diwarnai
Tak maksud hati menutup setiap cela hanya tak ingin salah mengawali
Meski diri serasa asing dalam ramai tapi hati tenang dalam damai
Meski hati tersakiti oleh setiap kata berduri tapi maaf masih mengungguli
Keindahanmu pada akhlak dan hijabmu bukan pada paras cantikmu
Ketenanganmu pada kedekatan dengan-Nya bukan pada perhiasan duniamu