Mohon tunggu...
Ira
Ira Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

...

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Pengalaman Mengakses Konvergensi Media Twitter dan Instagram

15 April 2021   11:23 Diperbarui: 15 April 2021   11:47 362
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Assalamualaikum wr,wb,. Hai... perkenalkan nama saya Mira Risman, saya merupakan salah satu mahasiswa dari Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta, prodi Ilmu Komunikasi dengan NIM 1900030321. Pada kesempatan kali ini saya akan membagikan pengalaman saya dalam menggunakan ataupun mengakses Konergensi Media (Media Convergence) dengan sudut pandang saya pribadi, apa saja potensi dari media konvergen ini, serta apa saja kekuarangan yang masih harus diperbaiki dari konvergensi media ini, agar iklim media di Indonesia menjadi lebih sehat.

Namun sebelum itu saya akan menyertakan dahulu berbagai pendapat para ahli terdahulu mengenai Konvergensi Media.

Untuk memahami tentang konvergensi media, alangkah baikny memahami terlebih dahulu apa itu konvergensi. Menurut dari Henry Jenkins (2006), yang dimaksud dengan konvergensi ialah kata yang mengatur untuk menggambarkan perubahan teknologi, industri, budaya, dan sosial yang bergantung pada siapa yang berbicara dan apa yang mereka pikir mereka sedang membicarakannya. Rumusan teori tentang konvergensi media menurut Flow, konvergensi media memiliki tiga poin penting, yaitu berupa computing & information technology, communication network, dan digital content. 

Dari teori ini menjelaskan bahwa konvergensi media sangatlah berkaitan erat dengan perubahan industri, dimana industri menjadi lebih dinamis dan bergantung pada teknologi. Perubahan yang dimaksud ini dapat berupa perubahan media informasi, perubahan cara melakukan komunikasi, perubahan media cetak serta perubahan penggunakan media digital. Selanjutnya definisi konvergensi media yang dirumuskan dalam Dictionary of Media, bahwa istilah konvergensi merujuk pada konvergensi media ialah proses dimana media lama dan media baru tersedia secara terpisah atau bersama-sama melalui digitalisasi. Dimana konvergensi saat ini menjadi kata kunci dalam perkembangan industri media yang saat ini terjadi.

Salah satu bentuk konfergensi yang paling banyak digunakan oleh masyarakat luas saat ini adalah aplikasi yang ada pada smartphone. Berbagai macam jenis aplikasi yang telah diluncurkan untuk memenuhi kebutuhan pengguna smartphone seperti aplikasi media sosia yaitu Intagram dan Twitter. Twitter pertama kali digunakan sebagai layanan internal untuk para karyawan Odeo, dengan konsep awal dari Twitter berupa sistem yang memungkinkan penggunanya dapat mengirim pesan yang dapat dibaca oleh semua teman. Instagram pada awalnya digunakan untuk berbagi foto atau video dengan sedikit caption saja.

Setelah kedua media soisal itu melakuakan beberapa revisi, akhirnya Twitter dan Instagram mampu menjadi layanan jejaring sosial dengan fitur posting pesan singkat atau status dan beberapa fitur menarik lainnya sehingga diminati banyak pengguna. Dari kedua media sosial itu kita dapat menemukan banyak teman dari berbagai daerah hingga manca negara hanya dengan mengklik istilah Follow atau Ikuti. Dengan begitu kita bisa mengetahui aktifitas atau postingan terbaru yang di update oleh orang tersebut, dari Follow kita juga bisa mendapatkan banyak kenalan atau teman secara online. Anda juga dapat menggunakan pesan atau pesan langsung (DM). InstaStory yang paling populer saat ini adalah dalam bentuk berbagi kegiatan langsung atau video langsung terlebih saat ini InstaStory menyediakan bberbagai macam filter untuk berselfie dan juga banyak stiker ataupun gif. Dalam versi terbaru Instagram saat ini juga menyediakan fiture Belanja, IGTV dimana kita bisa menonton video dengan durasi yang panjang, serta yang lebih menarik hadirnya fiture siaran langsung.

Pengalaman saya dahulu untuk mencari tahu perkembangan berita terbaru tentang daerah tempat tinggal saya, saya harus pergi membeli koran harian atau menunggu tayangan berita harian di channel tv daerah, terkadang berita yang di siarkan hanya berita di kawasan tertentu saja, tidak keseluruhan. Dengan adanya Instagram saat ini, saya tidak perlu lagi repot mencari dan membeli koran, karena dengan adanya Instagram kini daerah saya memiliki akun resmi sebagai pusat informasi daerah dengan nama akun Berau Post, BerauTerkini, Pro Berau, hingga akun khusus update-an tentang tempat wisata Berau. Berita-berita tentang Berau dapat saya dapatkan secara real-time, kapanpun dan dimanapun saya berada. Bahkan saya bisa memilih jenis berita seperti apa yang ingin saya daptkan.

Dahulu juga sangat sulit untuk mengetahui apa yang saat ini tengah menjadi topik hangat yang ramai diperbincangkan oleh kaum milenial atau para anak muda. Dengan hadirnya Twitter saya dapat mengetahui hal itu dengan cepat, cukup dengan melihatnya di fitur yang bergambar kaca pembesar, dengan begitu saya dapat melihat tending topik yang tengah ramai di bicarakan pengguna sosial media di Indonesia maupun manca negara, hingga dapat mengetahui trending topik di dunia. Dengan Adanya trending topics memungkinkan saya sebagai pengguna untuk mendapatkan informasi yang up to date (paling baru), entah dalam hal ekonomi, skandal, politik, motivasi, bisnis, inspirasi, dan topik lainnya.

Tidak hanya itu, sekarang kedua sosial media tersebut dapat dijadikan platform untuk meningkatkan kemampuan menulis seperti nemuangkan hasil karya tulis cerpen, dengan fitur Retweet, saya dapat membagikan ulang hasil kiriman yang pernah saya buat dimasa lalu, baik saya kiriman sendiri ataupun kiriman pengguna lain.

Seperti itulah contoh konvergensi media yang saya alami.

Dengan berbagai fitur yang menarik kini Twitter memiliki banyak fungsi seperti media interaksi dan bertukar informasi, mendapatkan informasi yang up to date, media hiburan, ajakan untuk menggerakkan masa, serta media untuk beriklan ataupun jual beli.

Instagram dan Twitter dapat menggabungkan media cetak dan media penyiaran dalam satu platform. Melalui konvergensi media, segala sesuatunya menjadi lebih praktis serta memiliki lebih banyak varian dan jenis pelayanan yang lebih nyaman karena berbasis internet. Masyarakat hanya tinggal mengklik yang tersedia pada layar atau mengetik pada kolom pencarian lalu muncullah berita yang di inginkan.

Dengan adanya konvergensi media pada media digital, jurnalis atau admin ataupun si pengguna secara tidak langsung seperti mendapatkan tuntutan untuk terus mengupdate berita lebih cepat dan susuai dengan kejadian yang berlangsung ssat itu juga, dan dengan begitu mereka pasti akan bekerja lebih real-time dan dapat memberikan informasi dengan cepat kepada masyarakat. Dengan adanya konvergensi media, pengguna bisa semakin aktif memberikan komentar dan saran terhadap informasi dan konten yang diberikan.

Meski punya banyak kelebihan, konvergensi media juga punya banyak dampak buruk, seperti, penurunan industri media cetak, kehilangan pekerjaan, pencurian identitas, penyalahgunaan data, komsumtif, menciptakan atau termakan konten berisi hoax dan yang paling banyak terlihat adalah ketergantungan pada teknologi digital seperti smartphone.

Kehadiran konvergensi media merupakan hasil dari penyesuaian kemajuan teknologi dan manusia sehingga dapat terus berjalan beriringan tanpa ada yang tertinggal. Melalui konvergensi media menunjukkan bahwa media dapat tersebar dimana saja dan akan selalu mendampingi kehidupan kita. Media tidak berubah dan tidak pernah menua, yang berbeda hanyalah cara penyampaiannya.

Seperti pada dampak buruk pada konvergensi media yaitu menciptakan atau termakan konten berisi hoax. Media koran koran dan televisi pastinya memiliki penanggung jawab yang dapat dipertanggung jawabkan jika berita yang di sampaikan tidaklah sesuai dengan fakta, berita terlebih dahulu disaring dan  dinilai layak atau tidaknya untuk di publikasikan atau di tayangkan. Berbeda dengan sosial media, tidak ada penanggung jawab jika terjadinya kesalahan dalam menyampaikan berita atau adanya hoax. Sehingga dapat membuat apa yang yang dia lihat itulah yang dia percaya, sama seperti ibu-ibu pengguna Facebook yang masih sering termakan berita hoax, lalu diperdepatkan dengan ketidak jelasan hingga akhirnya menimbulkan konflik dan berakhir dengan gosip. Menurut saya hal seperti itu harus lebih diperhatikan dan diperbaiki lagi, agar iklim media di Indonesia menjadi lebih sehat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun