Instagram dan Twitter dapat menggabungkan media cetak dan media penyiaran dalam satu platform. Melalui konvergensi media, segala sesuatunya menjadi lebih praktis serta memiliki lebih banyak varian dan jenis pelayanan yang lebih nyaman karena berbasis internet. Masyarakat hanya tinggal mengklik yang tersedia pada layar atau mengetik pada kolom pencarian lalu muncullah berita yang di inginkan.
Dengan adanya konvergensi media pada media digital, jurnalis atau admin ataupun si pengguna secara tidak langsung seperti mendapatkan tuntutan untuk terus mengupdate berita lebih cepat dan susuai dengan kejadian yang berlangsung ssat itu juga, dan dengan begitu mereka pasti akan bekerja lebih real-time dan dapat memberikan informasi dengan cepat kepada masyarakat. Dengan adanya konvergensi media, pengguna bisa semakin aktif memberikan komentar dan saran terhadap informasi dan konten yang diberikan.
Meski punya banyak kelebihan, konvergensi media juga punya banyak dampak buruk, seperti, penurunan industri media cetak, kehilangan pekerjaan, pencurian identitas, penyalahgunaan data, komsumtif, menciptakan atau termakan konten berisi hoax dan yang paling banyak terlihat adalah ketergantungan pada teknologi digital seperti smartphone.
Kehadiran konvergensi media merupakan hasil dari penyesuaian kemajuan teknologi dan manusia sehingga dapat terus berjalan beriringan tanpa ada yang tertinggal. Melalui konvergensi media menunjukkan bahwa media dapat tersebar dimana saja dan akan selalu mendampingi kehidupan kita. Media tidak berubah dan tidak pernah menua, yang berbeda hanyalah cara penyampaiannya.
Seperti pada dampak buruk pada konvergensi media yaitu menciptakan atau termakan konten berisi hoax. Media koran koran dan televisi pastinya memiliki penanggung jawab yang dapat dipertanggung jawabkan jika berita yang di sampaikan tidaklah sesuai dengan fakta, berita terlebih dahulu disaring dan  dinilai layak atau tidaknya untuk di publikasikan atau di tayangkan. Berbeda dengan sosial media, tidak ada penanggung jawab jika terjadinya kesalahan dalam menyampaikan berita atau adanya hoax. Sehingga dapat membuat apa yang yang dia lihat itulah yang dia percaya, sama seperti ibu-ibu pengguna Facebook yang masih sering termakan berita hoax, lalu diperdepatkan dengan ketidak jelasan hingga akhirnya menimbulkan konflik dan berakhir dengan gosip. Menurut saya hal seperti itu harus lebih diperhatikan dan diperbaiki lagi, agar iklim media di Indonesia menjadi lebih sehat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H