Mohon tunggu...
Mira Aqila
Mira Aqila Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Hanya Ingin Berbagi :)\r\n

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Sopir Angkutan Kota yang 'Teraniaya' dan 'Dianiaya'

18 September 2012   05:28 Diperbarui: 25 Juni 2015   00:18 1188
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_206353" align="aligncenter" width="414" caption="Foto di atas Jempatan Penyebrangan Mall Cilegon (ira oemar)"][/caption]

By. Mira dan Ira Oemar

“Dek, uangnya kurang, kalau pelajar bayar setengah, tapi kalau mahasiswa bayarnya full, kan sudah sanggup kuliah, pasti sanggup membayar full”

Saya yang duduk di belakang supir sempat memperhatikan dandanan sang mahasiswa. Necis dengan gadget yang bagus. Dia hanya membayar 1000 rupiah? Ya walaupun dekat rasanya uang jajan lebih dari cukup jika dia membayar 2000 rupiah untuk ongkos angkot.

Oh ya, ongkos angkot (Angkutan Kota) di Cilegon mulai dari Rp. 2000 (cilegon kota, komplek KS), Rp. 3000 (cilegon- tegalwangi, gerem) , Rp. 5000 (cilegon-merak)

[caption id="attachment_206376" align="aligncenter" width="404" caption="Trayek Angkutan Di Cilegon dan Sekitarnya"]

13479430221058742179
13479430221058742179
[/caption]

Di lain waktu saya berkesempatan melihat seorang ibu dengan anak 3 (1 balita), beliau naik sesudah saya (tegalwangi) dan turun di depan mall. Saya mengira si ibu pasti akan berbelanja karena dia turun di depan jembatan penyebrangan menuju ke mall. Tapi pas saya perhatian si ibu hanya membayar Rp. 4000 . Wow!! Sedikit sekali. Padahal jika saya hitung ibu itu bayar Rp. 3000 , anak pertama SMP bayar Rp. 2000  dan yang kedua SD Rp. 2000. Jadi total Rp. 7000. Trus kurang Rp. 3000 donk kalau begitu???? Waaa kasihan pak supir. Dia hanya tersenyum melihat si ibu bayar Rp. 4000. Mau nagih juga susah, si ibu sudah naik tangga penyebrangan.

***

[caption id="attachment_206354" align="aligncenter" width="453" caption="Angkot yang kosong (by Ira Oemar)"]

1347941005325577205
1347941005325577205
[/caption]

Dari 2 kejadian diatas, wajar saya bependapat penghasilan supir di cilegon sedikit. Apalagi angkot banyak sekali di sini. Bisa jadi angkot lebih banyak ketimbang penumpangnya. Tak jarang saya melihat angkot hanya berpenumpang 1 orang sampai 3 orang. Hanya jika saat jam pulang kantor beberapa angkot terlihat penuh. Mungkin banyak orang yang punya kendaraan pribadi seperti motor yang menyebabkan penurunan penumpang angkutan umum.

***

Nah, cerita angkot di Cilegon ternyata berbeda dengan cerita mba Ira tentang angkot ketika dia tinggal di Surabaya, yang katanya di sana penumpang ‘teraniaya’ oleh supir angkutan umum ketimbang di Cilegon supir yang ‘teraniaya’ penumpang karena kurang kesadaran akan ongkos yang dibayarkan.

Di Surabaya, kami para penumpang benar-benar diperlakukan seperti me-“numpang” saja. Betapa tidak, meski membayar ongkos sesuai tarip, tapi hak-hak penumpang angkot dikebiri sopir angkot. Satu kursi di samping sopir, wajib diisi 2 orang. Kalau ada penumpang yang menolak berdesakan dengan penumpang lain, semisal bawaannya banyak, maka sopir angkot akan memaksanya membayar ongkos untuk 2 orang. Padahal jelas kursi yang diduduki cuma satu.

Penumpang di bagian belakang sama menderitanya dengan penumpang di kursi depan. Jok sebelah kiri masih lebih lumayan perlakuannya. Soalnya jok berkapasitas 4 orang itu biasanya memang cuma diisi 4 orang. Tapi banyak juga sopir angkot galak yang memaksa memuat 5 penumpang di jok belakang kiri. Jok sebelah kanan, yang seharusnya cuma muat untuk 6 orang dengan ukuran tubuh sedang, seolah ada konsensus tak tertulis sesama sopir angkot, wajib disesaki 7 orang. Tak peduli penumpangnya bertubuh subur makmur yang menyita ruangan. Siksaan belum cukup itu saja, sopir masih menambah bangku kayu di belakang kursi sopir yang diletakkan di depan pintu samping angkot. Bangku kayu ala kadarnya itu wajib diduduki 2 orang. Jadilah bagian belakang angkot yang kapasitasnya cuma 10 orang, dipaksa diisin 13 – 14 penumpang.

Jangan coba-coba protes atau sekedar mengeluh sesak. Sopir angkot langsung dengan galak akan menyentil penumpang yang dianggap nyinyir dengan kalimat khas : “Kalo gak mau sesak ya naik taxi aja, lega!”. Nah lho! Ini bukan terjadi hanya di jam-jam sibuk saat jam berangkat dan pulang sekolah dan kantor saja. Sampai malam pun kondisi angkot dipaksa seperti itu. Jadi tidak perlu heran kalau penumpang terpaksa menurut saja diperlakukan seperti 'orang numpang/gratisan'

***

[caption id="attachment_206375" align="aligncenter" width="404" caption="Angkot Ngetem, istirahat sambil nunggu penumpang"]

1347942955818421676
1347942955818421676
[/caption]

Dari 2 kota tersebut, sepertinya kita harus mempunyai rasa empati terhadap sesama. Si supir yang harus mengerti dengan penumpang, begitu pula sebaliknya. Bagaimana kita mau dihargai, kalau saja kita tidak menghargai orang lain.

***

Itu ceritaku bersama mba ira, mana ceritamu? Yuk, sharing tentang ‘kehidupan’ angkot dikotamu. Apa sama dengan cerita kami?

Tulisan ini dipersembahkan untuk WPC Kolaborasi (klik untuk melihat Kolab yang lain)

1347943249533556362
1347943249533556362

Semoga bisa membuat kita perduli dan 'care' terhadap sesama. :)

Selamat Siang  :)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun