Mohon tunggu...
Mira Rahmawati
Mira Rahmawati Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis Pemula

Belum tahu apa-apa

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Perjuangan Malcolm X, Martin Luther King, dan Black Lives Matter

7 September 2020   14:14 Diperbarui: 7 September 2020   14:44 356
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pandangan-pandangan mereka menjadi dua kiblat prinsip pergerakan kulit hitam di Amerika. Meski keduanya tak pernah sependapat satu sama lain, tetapi pada akhir hayatnya, mereka saling memahami apa yang dilakukan. 

Malcolm dalam autobiografinya, Malcolm X: Sebuah Otobiografi mengatakan bahwa apa yang dilakukannya dan King memiliki tujuan yang sama, meskipun dengan pendekatan berbeda.

Begitu pula dengan tulisan King pada istri malcolm, Betty Shabazz yang berbunyi "Meskipun kami tak sejalan dalam menggunakan metode untuk menyelesaikan masalah ras, tetapi saya banyak memiliki perhatian padanya dan merasa bahwa Malcolm memiliki kemampuan yang  tinggi dalam melihat keadaan dan akar permasalahan".

Di samping pendapat Malcolm dan King atas persamaan satu sama lain, seorang teolog kulit hitam, James H. Cone pun menilai malcolm X dan Martin Luther King memiliki visi yang sama. 

Namun, di sisi lain mereka memiliki perbedaan. "Malcolm X merepresentasikan api yang berjuang dan menolak orang lain mendefinisikan siapa kita, sedangkan King merupakan hasrat kita untuk akur dengan orang lain, termasuk dengan kaum kulit putih.".

Perjalanan Panjang Black Lives Matter

Meskipun sudah berpuluh-puluh tahun tuntutan persamaan hak kulit hitam ini diperjuangkan baik oleh Malcolm dan King, sayangnya belum cukup untuk menghapuskan rasialisme yang kadung mengakar di Amerika Serikat. 

Tahun 2020 isu ini bergejolak kembali setelah seorang warga berkulit hitam, George Floyd dilaporkan melakukan transaksi uang palsu dan dibekuk oleh polisi yang juga kulit putih, Derek Chauvin selama 8 menit hingga akhirnya meninggal karena tidak bisa bernafas.

Perlakuan ini dinilai rasis karena polisi menganggap George Flyod otomatis sebagai penjahat sebelum proses hukum dijalani dan juga diperlakukan demikian karena ia orang kulit hitam. 

Hal ini membuat aktivis-aktivis hak sipil pun tergerak melakukan demonstrasi menuntut keadilan. Selain itu, mereka makin gencar menggalakan gerakan Black Lives Matter. Gerakan yang sudah berdiri sejak 2013 ini dibentuk untuk membangun kesadaran pentingnya persamaan hak bagi kaum kulit hitam yang sudah lama mengalami diskriminasi itu.

Lebih dari itu, meskipun Malcolm dan King sudah tiada dan diskriminasi masih berjalan, hal ini menunjukkan bahwa perjuangan mereka mengenai pentingnya persamaan hak ini bukan hal yang sia-sia, tapi terbangun makin luas dan tersebar bukan hanya di Amerika, melainkan tersebar secara global.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun