Mohon tunggu...
Mirapresta Lisbyona Mangiri
Mirapresta Lisbyona Mangiri Mohon Tunggu... Ahli Gizi - Mahasiswa Program Studi Sarjana Terapan Gizi dan Dietetika

Student Of Health Polytechnic Of Ministry Of Health Makassar, FORKOMPI women's empowerment staff and chairman of commission 1 of the student representative body. My Ability are Leadership, Communication,Tim word, Time Manajemen and Nutritionist and dietetitian. My Hobby are reading, writing dan sport. i like challenges and trying new things

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Berat Lahir Rendah : Tantangan Global Kesehatan Masyarakat

21 Agustus 2024   11:19 Diperbarui: 21 Agustus 2024   11:21 19
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Definisi Berat Lahir Rendah

         Berat lahir rendah (BBLR) adalah indikator kesehatan bayi baru lahir yang didefinisikan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sebagai berat lahir kurang dari 2500 gram, terlepas dari usia kehamilan. BBLR dapat terjadi pada bayi yang lahir prematur atau cukup bulan namun memiliki berat badan di bawah standar. Kondisi ini sering mencerminkan faktor sosial-ekonomi dan kesehatan ibu, seperti akses terhadap layanan kesehatan, status gizi, dan tingkat pendidikan (WHO, 2022).

Penyebab dan Konsekuensi

         Penyebab utama BBLR termasuk kelahiran prematur, yaitu kelahiran sebelum usia kehamilan 37 minggu. Prematuritas dapat disebabkan oleh infeksi, stres, preeklampsia, dan diabetes gestasional. Faktor lain yang mempengaruhi adalah pertumbuhan janin yang terhambat akibat gizi ibu yang buruk, terutama kurangnya asupan protein, zat besi, dan asam folat. Di wilayah dengan prevalensi kemiskinan tinggi, masalah ini semakin diperburuk oleh keterbatasan akses ke makanan bergizi dan perawatan kesehatan. Perilaku seperti merokok dan konsumsi alkohol selama kehamilan juga berkontribusi pada BBLR (Goldenberg et al., 2023).

         BBLR berdampak signifikan pada kesehatan bayi, termasuk risiko gangguan pernapasan, hipotermia, dan infeksi. Risiko ini lebih tinggi di lingkungan dengan akses kesehatan terbatas. Dalam jangka panjang, BBLR dapat meningkatkan risiko penyakit tidak menular seperti hipertensi dan diabetes tipe 2 di masa dewasa. Konsep "Developmental Origins of Health and Disease" (DOHaD) menjelaskan bagaimana gangguan pertumbuhan janin dapat mempengaruhi kesehatan di masa depan (Lawn et al., 2023).

Variasi Regional

        Prevalensi BBLR sangat bervariasi secara global. Di Asia Selatan, prevalensi BBLR mencapai 26%, sebagian besar disebabkan oleh kemiskinan, rendahnya akses perawatan prenatal, dan malnutrisi ibu hamil. Di Afrika Sub-Sahara, prevalensi BBLR sekitar 15%, dipengaruhi oleh malnutrisi, penyakit infeksi, dan akses terbatas ke fasilitas kesehatan (Blencowe et al., 2023). Di negara-negara maju seperti Amerika Serikat dan Eropa, prevalensi BBLR lebih rendah, tetapi tetap menjadi perhatian di kalangan kelompok rentan. Perbedaan ini menyoroti perlunya pendekatan yang disesuaikan dengan kondisi lokal untuk mengatasi BBLR.

Intervensi yang Direkomendasikan

         Pencegahan BBLR harus dimulai dari awal kehamilan. Suplementasi kalsium, zat besi, dan asam folat penting untuk mencegah anemia dan preeklampsia pada ibu hamil (Villar et al., 2023). Perawatan antenatal berkualitas dapat membantu mendeteksi komplikasi kehamilan lebih awal dan memberikan intervensi yang tepat, seperti obat untuk mempercepat pematangan paru-paru janin jika ada risiko kelahiran prematur (Goldenberg et al., 2023). Selain itu, sistem perlindungan sosial yang mencakup jaminan kesehatan, pemberian makanan tambahan, dan program kesehatan masyarakat juga penting.

Perawatan antenatal yang memadai menjadi salah satu kunci penting dalam mencegah BBLR. Layanan antenatal yang berkualitas dapat mendeteksi dini komplikasi kehamilan dan memberikan intervensi yang tepat. Misalnya, ibu yang berisiko tinggi melahirkan prematur dapat diberikan obat-obatan untuk mempercepat pematangan paru-paru janin, sehingga jika kelahiran prematur terjadi, bayi lebih siap untuk bertahan hidup di luar rahim (Goldenberg et al., 2008). Selain intervensi medis, penting juga untuk memperkuat sistem perlindungan sosial yang mendukung akses ibu hamil terhadap layanan kesehatan, terutama di daerah-daerah terpencil atau yang sulit dijangkau (Blencowe et al., 2019).

Kesimpulan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun