Ranupani - 1 Muharram 1444 H sudah akan tiba esok hari. Sedikit hal yang ingin penulis ungkapkan dari catatan sehari-hari ketika berada di desa kaki Gunung Songgolangit yaitu Gunung Semeru 3676 Mpdl. Menjelang bulan Agustus, hawa dingin mulai lebih ektrem dari biasanya.Â
Nantinya akan banyak liputan media dengan majas hiperbola mengabarkan tentang salju, suasana eropa, suasana eskimo yang ada di desa Ranupani ini. Padahal tentu bagi saya tidak sepenuhnya benar seperti itu. Anak-anak Ranupani di pagi hari masih berpakaian sama seperti biasa anak pada umumnya suku tengger yaitu memakai sarung, tanpa jaket Trench Coat.Â
Kadang juga maksimal memakai jaket Parka atau Windbreaker saja. Suhu yang dingin sewaktu penulis menginap beberapa kali disana berkisar 5 sampai 8 Derajat Celsius.Â
Munculnya Bun Upas yang ditunggu "wisatawan" sebenarnya adalah musibah bagi petani kentang yang khawatir tanaman kentangnya bisa mati. Jadi mari berhenti bahagia/narsis ketika Bun Upas datang, apalagi dengan pose senyum sumringah seolah menemukan fenomena langka yang ditunggu-tunggu.Â
Apalagi sampai berdoa semoga Bun Upas ada terus-terusan, Fix tentu ada yang salah dengan perasaan itu.
Lare Ranupani atau definisi menurut penulis berarti anak-anak di Ranupani. Lebih spesifik lagi ya anak-anak di Desa Ranupani yang berusia tingkat sekolah SD/MI. Mereka terbiasa bangun subuh, lalu ikut gegeni di ruang pawon/dapur yang fungsinya dijadikan sekaligus ruang tamu.Â
Sekarang gegeni bisa menggunakan kompor gas infrared yang dengan cepat menghangatkan udara di ruangan.Â
Mayoritas Penduduk di Ranupani bekerja sebagai petani. Jika waktu libur sekolah Lare ranupani bisa dipastikan ikut orang tuanya ke ladang mereka. Tetapi jika waktunya belajar/sekolah mereka sangat disiplin mengikuti pelajaran. Siswa MI Ranupani memiliki rekor datang ke sekolah pukul 05:30 WIB, tentu itu sudah mendahului kedatangan gurunya di Madrasah.Â
Sesampainya di madrasah mereka wajib untuk membaca niat belajar yang kedua, karena niat belajar yang pertama harus dipraktekkan ketika berangkat sekolah. Walimurid ada yang mengantarkan anaknya, adapula yang tidak mengantarkannya. Mengingat jarak rumah mereka menuju MI Ranupani juga cenderung tidak lebih dari 1 Km.Â