Mohon tunggu...
MI Thoriqul Huda
MI Thoriqul Huda Mohon Tunggu... Guru - Pusat Riset dan Berita Suku Tengger

Madrasah Ibtidaiyah di Desa Ranupani, Taman Nasional Bromo Tengger Semeru, Jawa Timur.

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Pariwisata Ranupani Bernuansa Budaya Tengger dan Religi

22 Agustus 2021   06:14 Diperbarui: 22 Agustus 2021   06:55 623
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sampai disini kamu akan melupakan rasa sakit hati karena getirnya dunia penuh romansa ini. Selfie di bukit gending juga menambah pamor kamu kuat hadapi kenyataan. Saat sedih kamu bisa tancapkan rindumu untuk bertukar kabarkan kepada alam Bukit Gending.

Dok. Pribadi
Dok. Pribadi

Upaya maksimal untuk sehari full menikmati panorama Ranupani belum habis sampai disitu saja. Bagi saya di hari yang tepat ini ingin mengenal bagaimana cara pandang suku tengger dalam menjaga keseimbangan alam raya. Misalnya, musim ternyata merupakan salah satu hal yang sangat berpengaruh terhadap kehidupan masyarakat Suku Tengger. 

Musim hujan dan kemarau benar-benar dititeni (dipelajari), termasuk juga pantangan yang harus dipatuhi misalnya larangan untuk menanam di hari naas ngapesi menurut adat suku tengger, contohnya hari naas adalah hari kematian orang tua, dsb. Pengelolaan ladangnya juga dengan peralatan tradisional seperti cangkul, sabit, dan keranjang. 

Baiknya semua serba ramah lingkungan. Yang unik ladangnya berbukit dan curam, berbeda dengan ladang pada umumnya yang datar. Tidak pernah ketinggalan pula pakai sarung dan sepatu boot, diladang juga umumnya satu keluarga saling membantu. Masyarakat Suku tengger juga ada yang menambahi dengan adanya musim angin. 

Adakalanya musim angin juga berbarengan dengan musim hujan. Di sekitar ladang mereka dibangun Pondok/Gudang yang berfungsi sebagai tempat istirahat, penyimpanan bibit, penyimpanan hasil panen, penyimpanan keperluan pertanian, dan jika komplit ada juga sekaligus yang dilengkapi Tumang (Perapian Tradisonal yang selalu ada di setiap rumah masyarakat suku tengger). 

Kedekatan kehidupan masyarakat suku tengger di desa Ranupani dengan dunia pertanian haruslah dipandang sebagai potensi pariwisata berbasis budaya yang mungkin bisa memberikan pengalaman tak terlupakan kepada para wisatawan, toh juga dengan begitu tidak mengganggu aktivitas masyarakat yang memang mayoritas pekerjaannya adalah petani.

Dok. Pribadi
Dok. Pribadi

Kita serahkan kepada bergulirnya waktu bagaimana peran yang berkepentingan mengelola desa Ranupani semakin genius memanfaatkan pariwisata untuk menopang kesejahteraan masyarakat. Dalam pemeliharan adat istiadat masyarakat Suku Tengger di Ranupani juga masih lestari. 

Menghadapi perkembangan zaman bukan berarti meninggalkan warisan nenek moyang. Masyarakat Suku Tengger memiliki hari raya sendiri, yaitu Hari Raya Karo. Jadi sebagai guru madrasah, kesempatan untuk bersilaturahmi dengan walimurid adalah momen yang penting. 

"Ramah, Santun, dan yang pasti adalah bisa Kenyang" itulah yang akan kita dapatkan ketika datang ke rumah mereka disaat Hari Raya Karo. Ramah dan Santun memang itulah ciri khas watak masyarakat suku tengger, dan bisa kenyang adalah suguhan penghormatan mereka kepada tamu yang luar biasa. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun