Memahami untuk memelihara kesadaran berbangsa dan bernegara indonesia dalam porsi pendidikan menjadi hal yang penting. Suguhan media massa tentang era politik menjelang pemilihan presiden 2024 nampaknya harus dikontrol dengan historiografi dan memori kolektif bangsa dalam mewujudkan cita-cita negeri ini. Ketika sekelompok elite politik dan masyarakat tertentu mulai membayangkan untuk tidak lagi menjadi bagian dari "NKRI", maka cita-cita indonesia sebagai negara kesatuan bangsa merdeka mulai terancam.
Andai saja baliho- baliho politisi itu diganti dengan wajah para pejuang kemerdekaan indonesia 1945, mungkin pendidikan untuk mengenalkan patriotisme akan sangat mudah dicerna oleh siswa. Maka dunia anak sekolah akan lebih cermat dalam belajar, setidaknya bukan hanya sekedar pose kepal tangan dan senyuman manis para tokoh politisi masa kini.
" Allah... Allah.... Allah... saya selalu mengajarkan pada mereka untuk meletakkan tangannya di dada dengan mengucapkan Allah. Setiap siswa satu persatu mempraktekkan itu sebelum pulang sekolah. Kemerdekaan kita hidup di dunia adalah perjuangan ketika akhir hayat kita (sakarotul maut) dapat mengucapkan La illa ha illallah. sebab Allah lah yang maha Merdeka." Kata Hawin Fizi Balaghoni, SP.d selaku kepala madrasah.
Generasi yang diharapkan dalam mengisi kemerdekaan mereka yang senang sujud kepada Allah SWT. Dengan itu kita akan menjemput gerbang baru yang lebih baik di masa depan. Madrasah menjadi ruang ekspresi kemerdekaan berfikir bagi anak-anak. Mari saling mengisi kebaikkan dengan fastabiqul khoirot menuju ridho Allah SWT. Maju Bersama Suku Tengger !.
Salam Kemajuan Pendidikan di Kaki Gunung Semeru, Ranupane-Lumajang, Jawatimur.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI