Dahulu istilah lingkungan kerja yang toxic mengacu pada arti lingkungan dimana para pekerja memiliki risiko untuk terjangkit penyakit, mikroba, dan infeksi karena kondisi kerja yang berbahaya. Namun istilah toxic pada generasi Z saat ini lebih banyak dipahami sebagai tempat kerja yang membuat para pekerja didalamnya sulit untuk berproses dalam hal karir karena lingkungan kerja yang negatif, baik itu dari pekerjaan nya, atasan atau bahkan kultur perusahaan itu sendiri.
Ketika semua rasa ketidaknyamanan yang ada ditempat kerja disebut sebagai toxic maka makna kata itu akan menjadi semakin bergeser dan berkurang.Â
Hampir setiap perusahaan itu ada sebagian karyawan yang menganggap tempat kerjanya toxic. Istilah ini jadi banyak digunakan untuk menggambarkan segala macam isu yang ada pada dunia kerja seperti misalnya perilaku yang tidak etis, kasar, diskriminatif, dan bahkan sampai-sampai melanggar hukum. Selain itu juga kata toxic sering digunakan untuk masalah sehari-hari seperti budaya kerja yang panjang sehingga melelahkan, atau keluhan sederhana terhadap kebijakan standar tempat kerja. Â
Setiap karyawan pasti mendambakan lingkungan kerja yang sehat, nyaman, dan mendukung. Nyatanya, tidak semua lingkungan kerja bisa seperti itu. Maka dari itu, kita harus mengetahui apa yang menjadi ciri lingkungan kerja toxic agar bisa menghadapinya. Salah satunya ialah tidak adanya dukungan dari rekan kerja lainnya. Padahal dukungan dari rekan kerja itu merupakan salah satu hal yang bisa membuat kita bertahan. Lalu selain itu juga dalam lingkungan kerja yang toxic, tidak akan pernah jelas apa yang dimaksud dengan budaya perusahaan. Nilai-nilai serta keyakinannya juga tidak jelas dan jarang dibahas.Â
Bagi pekerja, lingkungan kerja yang toxic itu dapat mempengaruhi kesehatan fisik seperti stress serta gangguan tidur. Selain itu juga, tidak sehatnya lingkungan kerja dapat menimbulkan sebuah efek pada mental seseorang, misalnya seperti depresi. Dan sementara itu bagi sebuah perusahaan, kerusakan sistem operasional secara tidak langsung berhubungan dengan performa produksi maupun penjualan.
Maka dari itu, apabila proosedur kerja yang toxic tidak segera ditangani, maka besar kemungkinan akan menjalar kepada kebangkrutan usaha.
Ada beberapa orang yang berpendapat biasanya kata toxic itu sering terlontar dari seorang lulusan baru yang bekerja disebuah perusahaan yang dimana dia merasa kalo dirinya dipandang sebelah mata didalam perusahaan baru tempat dia bekerja tersebab masalah pengalaman. Dan biasanya yang paling sering mengungkapkan kata toxic ini ialah generasi z.Â
Padahal orang bekerja itu :
1. Profesional, Kita digaji sesuai jobdesk dan target supaya menguntungkan perusahaan
2. Sebagai manusia, memang punya perasaan, tapi saat bekerja itu janganlah kita dikit-dikit baper, capek. Semua orang tau kalo bekerja itu melelahkan, menguras fikiran, mental dll. Tapi dari situlah yang dapat membentuk pola pikir kita jadi lebih baik dan berkembang karena seringnya mendapatkan sebuah tantangan-tantangan di sebuah tempat kerja.
3. Tunjukkan saja bukti bahwa kamu perform dalam task yang kamu emban, pastinya ada standar capaiannya.
Dipandang sebelah mata akan selalu ada dimanapun kita berada, semua bergantung dari bagaimana kita menyikapinya. Bahkan kita menjadi pengusaha pun akan ada orang yang memandang sebelah mata. Maka dari itu teruslah bekerja sesuai SOP dan sebaik mungkin.Â
Ada beberapa cara untuk mengatasi lingkungan kerja yang toxic, diantaranya :
1. Hadapi secara bersama-sama
Bangun hubungan baik dengan orang-orang yang ada disekitar kita dalam lingkungan kerja yang tidak mendukung ini. Setidaknya kita akan memiliki support system ketika merasakan stress dan rasa lelah berlebihan saat menghadapi suasan kerja yang toxic. Kita juga bisa membangun hubungan baik dengan orang-orang diluar lingkungan kerja jika merasa kuarng nyaman mengeluarkan keluh kesah dengan sesama teman kerja.
2. Milik cara untuk melepas rasa stress
Memupuk rasa stress menjadi salah satu hal yang tidak akan mau kita lakukan. Daripada harus pusing memikirkan berbagai macam hal yang bisa membuat kita semakin stress, maka temukanlah cara untuk menghilangkannya seperti misalnya dengan mendengarkan musik, menjalankan hobi, travelling, kulineran, dan lainnya.
3. Pisahkan kehidupan kantor dengan pribadi
Usahakan untuk meninggalkan berbagai macam isu dan masalah pekerjaan dikantor saja. Jangan membawanya kedalam kehidupan pribadi kita. Cobalah membatasi bahasan apapun yang berhubungan dengan pekerjaan setelah pulang kerumah. Ketika kita mengalihkan pikiran dari pekerjaan dan berbagai masalah yang muncul ditempat kerja, suasana hati dapat menjadi lebih baik dan mencegah membuatnya menjadi jauh lebih buruk.
4. IstirahatÂ
Sisihkan waktu untuk menjauh dari pekerjaan dan lingkungan yang toxic. Beristirahatlah sejenak dapat memberikan waktu bagi otak me-fresh semuanya agar kebali segar. Meninggalkan pekerjaan dalam waktu yang singkat berpengaruh dalam meningkatkan suasana hati, hal ini bisa membuat kita merasa menjadi lebih produktif lagi ketika harus kembali pada rutinitas itu.
5. Motivasi diri sendiri
Untuk menghindari terlibat dalam lingkungan kerja yang tidak sehat, kita bisa memotivasi diri sendiri melalui berbagai macam cara, seperti menggunakan catatan kecil berisi pesan positif atau dengan menonton video motivasi. Apapun caranya lakukanlah agar kita dapat bertahan dalam lingkungan yang sulit dijalani.
Jika berada dalam lingkungan kerja yang kurang mendukung, maka kinerja dari para karyawan menjadi salah satu hal penting untuk diperhatikan para pemilik usaha. Hal ini dilakukan supaya suasan bekerja yang nyaman.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H