Mohon tunggu...
mira mardiyani
mira mardiyani Mohon Tunggu... -

Twitter @miramardhiyani Majalengka, Jawa Barat

Selanjutnya

Tutup

Politik

Sabuga Pecah ! Orasi Politik Anis Matta di depan ribuan pemuda pendukung Prabowo Hatta

2 Juli 2014   18:43 Diperbarui: 18 Juni 2015   07:49 423
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Peranan bukan posisi, amal bukan nama

Fakta bahwa sekarang PKS berkoalisi adalah sesuatu yang telah diputuskan dan inilah pilihan terbaik Insya Allah.

Kita semua berjuang bukan lagi pada kereta PKS tapi kereta Koalisi Merah Putih.Bukan jabatan tapi peranan apa yang kita mainkan dalam koalisi itu. Boleh jadi kita punya peranan besar tapi kita tak punya jabatan dan boleh jadi punya jabatan tapi tidak melakukan peranan besar. Yang penting bukan jabatan tapi amalnya.

Kalau kita mementingkan posisi, maka posisi partai akan hilang. Kalau kita mementingkan nama, maka nama partai akan  hilang. Hal paling penting bagi kita adalah peranan bukan posisi, amal bukan nama. Kita sedang berjuang untuk membangun Indonesia dan dengan mengedepankan peranan dan amal tadi semoga kita dan partai ini akan terus eksis dalam perjuangan politik negeri ini.Ramadhan ini membawa berkah bagi politik bahwa yang membuat kita bertahan adalah amal dan peranan bukan posisi dan nama.

Pundak dan saraf yang kuat

Tujuan kita adalah memajukan peranan sebuah bangsa. Indonesia, merupakan negara terbesar di dunia berdasarkan populasi dan negara dengan jumlah muslim terbesar di dunia. Memajukan negara sebesar ini itu bukan pekerjaan gampang. Jadi, kita cari bersama-sama orang yang bisa memikul beban ini.

Sebenarnya, waktu kita mencari pemimpin, yang kita cari adalah siapa yang paling kuat pundaknya untuk memikul beban bangsa ini. Kita mencari orang yang paling kuat sarafnya untuk memikirkan seabreg persoalan bangsa ini. Makanya dalam kisah Daud dan Jalut Allah SWT berfirman :

“Wa zadahu basthatan fi  al‘ilmi wa al jism”

Artinya : dan Allah memberikan kepada Daud kelebihan dalam ilmu dan badannya.

Jadi, karena mau diberi beban lebih, maka Allah tambahkan porsi akal dan fisiknya. Kuat ilmunya dan kuat pula badannya. Karena tugasnya adalah ia harus memiliki saraf yang kuat untuk memikirkan seareg persoalan bangsa ini dan ia juga harus memiliki pundak yang kuat karena akan ada hampir 250 juta orang yang akan bergantung kepadanya. Kita tau daftar pekerjaan seorang pemimpin seperti ini maka kita cari, siapa orang yang bisa memikul beban itu. Siapapun nama yang akan kita pilih nanti, kita bertanggung jawab atas pilihan itu karena orang ini akan kita beri beban. Oleh karena itu, jangan pernah memberikan beban kepada orang yang pundaknya tidak kuat. Kenapa. Kalau anda memikul beban nelebihi kapasitas anda maka pundaknya bisa patah, punggungmya patah. Kalau anda memikirkan masalah dan masalah itu lebih kuat daripada saraf anda, maka saraf anda kromik juga. Makanya Nabi SAW pernah didatangi seorang sahabat yang pada masa itu Nabi sedang membagi jabatan gubernur dan lainnya.

Sahabat : “Wahai nabi, angkat saya sebagai pejabat”

Nabi SAW : “Kamu lemah orangnya, kamu tidak bisa memikul beban ini dan karena ini amanah maka amanah ini akan membawa penyesalan kamu di akhirat”

Jadi, bagian sikap adil kita adalah jangan member amanah pada orang yang pundaknya tidak kuat. Kasihan. Nanti punggungnya bisa patah, bahaya. Kita tidak boleh dzalim terhadap orang lain.
Saudara sekalian, dengan cara seperti ini maka insya Allah kita akan mengambil keputusan yang tepat dan jika kita bertemu dengan orang yang bertanya, Kenapa PKS akhirnya menjatuhkan pilihannya kepada prabowo hatta. Hanya satu jawabannya: akal sehat.
Kita semua masih punya akal sehat, hati yang bersih, kita jujur untuk memperbaiki bangsa ini. Kita lihat di antara calon yang ada ini, mana yang pantas. Sehingga kalau kita sudah mengatakan pilihannya karena akal sehat. Saya kira akal sehat tidak perlu penjelasan yang lebih detail, tak perlu penjelasan tambahan.


Tentang kerendahan hati

Saudara sekalian, ada pelajaran penting tentang kerendahan hati. Pelajaran ini datangnya dari saudara kita dari Partai Golkar, capres nomor 3 di dalam survey manapun itu Abu Rizal Bakrie. Partainya memperoleh hasil ke dua terbesar pada pemilu legislatif tapi akhirnya bergabung dengan koalisi ini dan tidak dapat posisi cawapres, ikut berjuang, bayangkan dari seorang calon presiden menjadi tim sukses. Saya belajar satu hal : kerendahan hati. Itu luar bisaa.
Saya pernah mengatakan padanya “Bang, orang tidak menyangka bahwa abang akan bisa terlibat sejauh ini dalam memberikan dukungan”

Saya menyaksikan bagaimana beliau dihimpit oleh massa dan seterusnya. Secara psikologis, itu bukan pilihan gampang.Hanya orang-orang yang jujur kepada diri sendiri yang bisa mengambil keputusan seperti itu. Beliau mengatakan, sebelum mengambil keputusan itu, beliau salat istikharah. Ini pelajaran politik yang luar bisaa bahwa kita bergabung dalam koalisi ini murni ingin memajukan Negara, platform pejuangan yang jelas. Dan karena itu, kita menggunakan prinsip yang sama Peran bukan posisi, amal bukan nama. Orang-orang ini menunjukan pengorbanan yang luar bisaa menunjukan kerendahan hati yang luar bisaa dan tidak mengurangi nilai. Justru dengan cara seperti itu, ia menunjukan kepemimpinannya kepada seluruh bangsa Indonesia. Itulah leadership. Kekuatan pada karakter dan moral. Kalau Pak Abu Rizal Bakrie bisa mengalah, merendah seperti itu untuk kepentingan bangsa, kita semua jauh lebih wajib untuk merendah.

Saudara sekalian, lengkap sudah nilai-nilai pembelajaran yang kita dapat dalam proses koalisi ini dan yang membuat koalisi dan perjuangan ini jadi menarik adalah karena hal-hal seperti ini akhirnya kita pelajari dalam politik. Kita mempelajari nilai yang paling fundamental dalam agama tentang keadilan, kejujuran, keadilan, keterbukaan dan seterusnya justru ketika kita ada di tengah pertempuran politik.

Puasa dan Perang

Saudara sekalian, saya ingin mengajak anda ke horizon yang lebih luas.Karena ini dalam suasana ramadhan saya ingin mengajak memori anda kembali pada sejarah islam, bagaimana rasanya dulu puasa ini diwajibkan oleh Allah SWT dan ini terjadi pada tahun ke 2 setelah hijrah ke Madinah. Baru 17 hari puasa diwajibkan, terjadilah suatu peristiwa besar namanya perang badar. Perang inilah yang mengubah sejarah seterusnya. Puasa dan perang terjadi pada waktu bersamaan. Kaum muslimin memenangkan peperangan ini dengan cara yang sangat telak. Kita bisa mengambil suatu kaidah bahwa bangsa yang akan maju itu sumber kemajuannya adalah pada kekuatan spiritualnya. Kalau kekuatan spiritual kita tinggi sumber daya kita terbatas, itu bisa kita atasi. Makanya, ciri dari kebangkitan suatu bangsa itu adalah sumber dayanya terbatas tapi pencapaiannya lebih besar sumber dayanya.

Apa yang menjelaskan mengapa sumber daya terbatas, mengapa pencapaiannya bisa melampaui sumber dayanya. Penjelasannya adalah kekuatan spiritual. Saya  yakin bahwa Indonesia bisa bangkit kalau ada kekuatan spiritual yang merata pada seluruh bangsa Indonesia dan saya juga yakin, kita dalam koalisi merah putih ini akan memenangkan pertarungan nanti pada 9 Juli yang akan datang dengan semua keterbatasan yang kita punya karena kita punya semangat yang lebih besar dari yang lain. Kita punya kekuatan spiritual yang lebih besar daripada yang lain.

Puasa ini mulai memberi kita energi yang luar biasa, dan mudah-mudahan energi inilah yang kita pakai untuk bekerja keras lagi, yakinkan semua orang yang anda temui sampaikan pada mereka bahwa ini adalah pilihan yang juga didorong oleh Anis Matta. Kita bekerja dengan energi yang luar bisa dan insya Allah nanti 9 juli  mudah-mudahan Allah memberkahi semua perjuangan kita dan memberi kita kemenangan. Ingat ramadhan, ingat perang badar. Ingat perang badar, ingat 9 juli. Mantap.

Orasi ini disampaikan pada acara  HISTERIA PEMUDA INDONESIA DUKUNG PRABOWO HATTA

Selasa, 3 Ramadhan 1435 H/ 2 Juli 2014

di Sabuga ITB, Bandung

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun