COVID-19 masuk pertama kali di Indonesia pada tanggal 2 Maret 2020 di Depok Jawa Barat. Dengan adanya pandemi COVID-19 menjadi tantangan bagi setiap makhluk hidup terutama pada anak sekolah.Â
Adanya pandemi COVID-19 membuat sekolah terpaksa melakukan pembelajaran jarak jauh dan mengharuskan peserta didik belajar dari rumah. Pendidikan merupakan hal penting bagi setiap makhluk hidup, karena dengan adanya pendidikan manusia memiliki akal dan pikiran yang baik.Â
Di Indonesia sendiri seluruh masyarakatnya diwajibkan belajar selama 12 tahun, dari Sekolah Dasar (SD) hingga Sekolah Menengah Atas (SMA) atau Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Pandemi COVID-19 membuat orang tua merasa khawatir karena takut anaknya semakin malas belajar sebab terlalu sering menggunakan smartphone. Untuk mengurangi rasa khawatir orang tua seharusnya mendampingi dan mengawasi anaknya dalam melakukan pembelajaran jarak jauh agar anak disiplin dalam belajar.
Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) adalah suatu metode pembelajaran jarak jauh yang digunakan untuk kegiatan belajar namun dilakukan secara daring. Pembelajaran jarak jauh ini memberikan dampak negatif dan dampak positif bagi pendidikan yang ada di Indonesia.Â
Sering kali kita menemukan dampak negatif dalam melakukan pembelajaran jarak jauh misalnya kendala pada jaringan, kendala pada alat elektronik seperti smartphone dan laptop, dan kendala pada biaya.Â
Adanya kendala tersebut menjadi hambatan bagi peserta didik dalam pembelajaran jarak jauh. Adapun kendala lainnya yang seringkali dialami para peserta didik yaitu mereka menjadi sulit memahami isi materi yang diberikan oleh guru di dalam kelas dan kurangnya minat baca pada peserta didik karena mereka terlalu asik menggunakan smartphone, terkadang mereka bukan fokus pada materi tetapi fokus buka aplikasi lain seperti aplikasi untuk bermain game atau aplikasi menonton film.Â
Inilah yang menjadi tantangan guru dalam mengajar secara online. Â Terlepas dari itu semua orang tua memiliki peran penting yaitu harus memberikan pelayanan yang terbaik kepada anaknya dalam melakukan pembelajaran agar anak fokus pada pembelajaran dan memberikan nasihat mengenai pentingnya belajar. Namun selain dampak negatif ada pula dampak positif dari pembelajaran jarak jauh yaitu kurangnya kemacetan pada jalan raya dan banyaknya waktu yang diluangkan oleh anak di rumah.Â
Contoh yang bisa diberikan yaitu dilihat dari lingkungan sekitar rumah, kebanyakan peserta didik mengalami kendala yang disebutkan diatas. Untuk itu seharusnya pemerintah dapat memberikan solusi pada kendala yang sering dialami oleh peserta didik. Â
Akhirnya pada September 2020 peserta didik mendapatkan bantuan berupa kuota internet selama satu bulan, bantuan tersebut diberikan agar seluruh peserta didik bisa mengikuti pembelajaran yang dilakukan secara daring.Â
Untuk kendala pada jaringan seperti koneksi internet tidak stabil itu kita tidak bisa menyalahkan siapa-siapa, mungkin saja bukan koneksi internetnya yang tidak stabil tetapi perangkat smartphone kita yang bermasalah.
Sudah hampir dua tahun peserta didik belajar secara daring dari rumah sehingga timbul rasa jenuh akibat terlalu lama belajar di rumah. Untuk itu seiring berjalannya waktu pemerintah sudah memperbolehkan sekolah dibuka kembali. Namun tidak 100% peserta didik hadir untuk Pembelajaran Tatap Muka (PTM), mereka dibagi persesi misalnya sesi pagi dan sesi siang supaya tidak terjadi penyebaran virus COVID-19.Â
Pembelajaran Tatap Muka (PTM) merupakan proses belajar mengajar secara langsung namun dengan memperhatikan aturan protokol kesehatan yang ada. Meskipun sekolah sudah dibuka namun mereka harus menaati protokol kesehatan yang ada disekolah misalnya menjaga jarak, mencuci tangan dengan sabun, memakai masker, dan mengecek suhu tubuh.Â
Untuk itu ada banyak perubahan yang terjadi pada pembelajaran tatap muka misalnya dalam waktu belajar, waktu mereka sangat terbatas yang biasanya 6 jam/perhari berubah menjadi hanya 4 jam/perhari. Lalu yang biasanya bisa makan dikantin sekarang tidak diperbolehkan, namun mereka diwajibkan membawa bekal dari rumah.Â
Selanjutnya yang biasanya terdapat ekstrakurikuler sekarang menjadi tidak ada. Pembelajaran tatap muka di dalam kelas masih menggunakan smartphone akan tetapi tidak sesering waktu daring. Mereka diperbolehkan menggunakan smartphone jika butuh dan disuruh oleh guru.Â
Meskipun mereka mematuhi peraturan protokol kesehatan bukan berati jadi hambatan mereka untuk belajar. Lalu mereka senang kembali ke sekolah karena dapat melakukan pembelajaran secara langsung dan bertemu teman secara langsung.
Diharapkan dengan berjalannya pembelajaran tatap muka ini seluruh peserta didik mampu belajar dengan fokus dan mampu memahami isi materi yang diberikan guru di dalam kelas.Â
Dengan adanya pembelajaran tatap muka ini orang tua tidak perlu khawatir lagi karena anaknya tidak terlalu sering menggunakan smartphone di dalam kelas. Selain itu orang tua diwajibkan mengantar dan menjemput anaknya di sekolah agar anak tidak langsung bermain setelah pulang sekolah.Â
Lalu peran guru dalam pembelajaran tatap muka ini sangat penting karena mereka harus bekerja lebih keras lagi agar pembelajaran yang berlangsung tidak menjadi bosan dan jenuh untuk peserta didik.Â
Jadi, guru harus mencari solusi tersebut agar tidak ada kejenuhan dan kebosanan pada proses belajar yang berlangsung. Misalnya dengan cara menggunakan metode pembelajaran tanya jawab, metode pembelajaran konvensional atau metode ceramah, metode pembelajaran eksperimen, dan metode pembelajaran demonstrasi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H