Mohon tunggu...
Mira Gustiani
Mira Gustiani Mohon Tunggu... Koki - Pelajar SMA Negeri 01 Padalarang

Hidupku bermanfaat hidupku menyala

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Novel | Kebersamaan Keluarga, Surga Nyata di Dunia

4 Februari 2020   12:13 Diperbarui: 4 Februari 2020   12:27 394
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Udah ah gak mau lagi main sepeda gas di sini, trauma berat" masih dengan ucapan gemeteranku. Kepergian kami dari tempat kejadian itu memang meninggalkan cerita indah mungkin untuk dikenang sekarang. Namun entahlah apakah si bapak penjual baju itu masih mengingat kami terutama aku si orang yang menabrak tempat sampah hingga baju yang dijualnya tergelatak berantakan.

Kamipun menghampiri orang tua kami masing-masing dan aku sudah mengingatkan ke semua saudaraku untuk tidak menceritakan hal ini ke siapapun terutama kedua orang tuaku. Hingga mereka berjanji, dan sampai sekarang tragedi itu hanya punya aku dan saudaraku dimana hanya kami yang tahu hal itu, hingga detik ini.

Sepanjang jalan pulang, akupun tidak berhenti memikirkan tragedi siang tadi. Namun aku berusaha untuk melupakan hal itu. Semua aku jadikan pelajaran untuk kedepannya.

Keesokan harinya seperti biasa kami bermain dan yang pasti kami masih mengungkit ungkit kejadian di TMII.

"udahlah gausah diingat-ingat lagi" ucapku

"cahe kamu mah ada  ada aja sih, ngakak tau"

"kalian gak tau apa yang aku rasakan saat itu, campur aduk rasanya serba salah pula"

Singkat cerita, dibalik semua kebahagiaan dan canda tawa. Kamipun harus mengikhlaskan kembali karena kepergian kakek yang harus meninggalkan kami untuk selama-selamanya. Tepat 1 tahun kepergian nenek, kakekpun meninggal di tahun 2014. Duka kembali menghampiri keluarga kami, tapi yang kami lakukakn adalah bagaimana kami bisa berusaha ikhlas merelakan kepergian kakek, sosok laki laki tua yang amat sayang anak dan cucunya. Teguran sapaan yang hingga kini masih terbayang.

Tahun 2013-2014 merupakan tahun yang menjadi kesedihan kami karena harus kehilangan sosok laki-laki dan wanita luar biasa yaitu kakek dan nenek tersayang untuk selama-lamanya. Kebersamaan kami seketika hilang, sejak nenek dan kakek tiada. Semua tidak seperti dulu, berkumpul bersama menyajikan makanan bersama. Namun hanya takdir Allah lah berupa kematian yang hanya bisa memisahkan kita. Rasa kebersamaan yang dulu sering aku rasakan kini semuanya berubah.

Hidup tanpa nenek dan kakek semua terasa kurang. Namun mau sampai kapan kami kehilangan kebersaman ini. Lalu kami berusaha bangkit, dan memulai semuanya dengan hal baru tanpa merubah kebiasaan kami dulu.

Kini aku dan saudara-saudaraku hidup tanpa seorang kakek dan nenek. Namun kini juga itu bukan lagi menjadi sebuah masalah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun