Mohon tunggu...
Mira Miew
Mira Miew Mohon Tunggu... Administrasi - ASN di Purwakarta yang jatuh hati dengan dunia kepenulisan dan jalan-jalan

Menulis adalah panggilan hati yang Tuhan berikan. Caraku bermanfaat untuk orang banyak adalah melalui Tulisan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Berpisah dengan Sederhana namun Sakral dan Banyak Makna

28 Juli 2022   21:16 Diperbarui: 29 Juli 2022   10:55 788
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Merangkul teman sebelum berpisah. Foto : dokumentasi Eka Sutisna (SMPN 8 Purwakarta)

Masih terngiang satu acara di bulan Juni. Acara perpisahan siswa kelas IX yang sederhana namun sakral. Sehingga meski waktu sudah berjalan namun tiada kata terlambat untuk dikenang dan membagikannya dalam tulisan.

Acara perpisahan siswa entah itu kelas 6 SD, kelas 9 SMP maupun kelas 12 SMA akhirnya kembali diadakan di tahun ini secara offline. Setelah dua tahun terakhir harus dilakukan secara online.Berbagai tema maupun suasana acara dari mewah sampai dengan cara sederhana dilakukan yang terpenting anak-anak memiliki kenangan ketika acara perpisahan apalagi mereka dua tahun harus belajar secara online.

Sekolah tempat saya bekerja termasuk yang mengadakan perpisahan untuk siswanya. Awalnya tidak ada acara perpisahan karena melihat biaya yang dikeluarkan orang tua untuk anaknya melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi tidaklah sedikit jumlahnya. 

Lalu kemudian hampir semua siswa kelas 9 meminta diadakan acara perpisahan karena selama dua tahun mereka belajar di rumah, bertemu guru dan teman-teman secara online namun ingin punya kenangan di sekolah meski singkat. Mereka ingin ada waktu bersama teman-teman maupun guru-gurunya. 

Setelah diadakannya rapat antara perwakilan sekolah, siswa dan orang tua dengan mempertimbangkan waktu persiapan yang singkat kurang dari seminggu khirnya panitia acara membuatnya dengan cara sederhana namun tidak mengubah kesakralan acara. 

Tidak ada tenda apalagi memakai toga. Anak-anak duduk di lapangan memakai kursi kelas. Tidak ada dekorasi mewah hanya spanduk besar untuk foto dan spanduk untuk tema acara. Untuk panggung kami menggunakan yang sudah ada. Biaya pun tidak lebih dari 100 ribu rupiah yang digunakan untuk membeli balon, membuat bucket untuk siswa yang berprestasi, membuat spanduk dan konsumsi. 

Anak-anak hanya diminta menggunakan pakaian warna putih - mocca untuk siswa perempuan dan pakaian warna putih - hitam untuk siswa laki-laki. Sedangkan guru dan pihak komite sekolah menggunakan warna peach. Mereka duduk di kursi yang telah disiapkan di lapangan.

Foto: dokumentasi SMPN 8 Purwakarta (Eka Sutisna)
Foto: dokumentasi SMPN 8 Purwakarta (Eka Sutisna)

Orang tua jelas dilibatkan di acara ini untuk menyiapkan konsumsi dan mengatur keuangan kegiatan. Komite sekolah sebagai wadah berkumpulnya orang tua siswa ikut membantu dalam setiap kegiatan siswa. Pengurus OSIS dilibatkan menjadi panitia begitu juga ikatan alumni. 

Untuk hiburan juga melibatkan OSIS, adik kelas, para alumni dan siswa kelas 9 itu sendiri yang ingin menyumbangkan hiburan. Semua saling bekerjasama demi terselenggaranya dan lancarnya acara perpisahan ini.

Acara perpisahan diawali dengan doa dan sambutan-sambutan. Kemudian dilanjutkan dengan penyerahan cenderamata dan pengumuman siswa terbaik. Setelah itu prosesi utama dimana anak-anak membereskan kursi, kemudian kembali ke lapangan untuk membuat angka delapan sesuai angka sekolah. 

Seru melihat anak-anak membentuk formasi angka delapan. Bahagia terlihat sangat dari raut mereka. Siswa perempuan berada dibarisan depan dan siswa laki-laki di belakangnya.

Formasi angka 8 pada acara perpisahan siswa. Foto: dokumentasi Eka Sutisna (SMPN 8 Purwakarta)
Formasi angka 8 pada acara perpisahan siswa. Foto: dokumentasi Eka Sutisna (SMPN 8 Purwakarta)

Setelah formasi angka 8 terbentuk, siswi perempuan saling berpegangan tangan. Untuk siswa laki-laki saling merangkul teman sebelahnya. Di saat inilah puncak acaranya. Seorang guru memberikan renungan tentang suka duka anak-anak ketika sekolah maupun guru selama mengajar. 

Tentang pertemanan di sekolah maupun tentang pengorbanan orang tua untuk anak. Anak-anak terlihat haru bahkan menangis sambil menguatkan tangan atau rangkulan. Semakin syahdu prosesi karena diiringi lagu "terima kasih guruku".

Merangkul teman sebelum berpisah. Foto : dokumentasi Eka Sutisna (SMPN 8 Purwakarta)
Merangkul teman sebelum berpisah. Foto : dokumentasi Eka Sutisna (SMPN 8 Purwakarta)

Lagu selesai, acara sedih-sedih pun selesai. Acara dilanjutkan dengan prosesi pelepasan balon ke udara dan dentuman bom asap warna-warni yang membuat acara menjadi kian berwarna dan membawa keceriaan. Semua yang hadir di acara itu ikut merasakan keseruan dan kebahagiaan. 

Sebagai penutup anak-anak diberikan hiburan dari band pengiring. Guru maupun murid kemudian ikut tampil menyumbangkan suaranya dan bernyanyi bersama.

Foto: dokumentasi pribadi
Foto: dokumentasi pribadi

Foto: dokumentasi pribadi
Foto: dokumentasi pribadi

Ada pertemuan pastinya ada perpisahan. Namun perpisahan tak harus identik dengan air mata tapi bisa juga dengan senyum ,canda tawa bahagia. Raga dan jiwa tetap menyatu, silaturahmi tetap terjalin dan hanya fisik saja yang berpisah.


Selamat melanjutkan perjalanan yang baru anak-anak. Semoga semakin sukses.

NB:
Terima kasih Panitia Perpisahan SMPN 8 Purwakarta telah menyelenggarakan acara perpisahan yang super kece tapi syahdu

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun