Mohon tunggu...
Mira Miew
Mira Miew Mohon Tunggu... Administrasi - ASN di Purwakarta yang jatuh hati dengan dunia kepenulisan dan jalan-jalan

Menulis adalah panggilan hati yang Tuhan berikan. Caraku bermanfaat untuk orang banyak adalah melalui Tulisan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kembali Ke Jakarta (1): Tour Museum Penerangan dan Acara Seru Bareng KOMiK Kompasiana

27 Maret 2022   22:12 Diperbarui: 27 Maret 2022   22:39 865
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Museum Penerangan TMII. Foto: dokumentasi pribadi

Kembali ke Jakarta

Inilah kesempatan yang sudah lama saya nantikan dalam 3 tahun terakhir ini. Selama pandemi membuat saya menahan diri untuk tidak mengunjungi Ibukota negeri kita tercinta maupun berpergian ke luar kota. Menunggu situasi mulai kondusif dan ada moment yang pas menjadi alasan saya untuk tidak kembali dulu ke Jakarta. 

Dan hari sabtu, tanggal 26 Maret 2022 saya pun kembali ke Jakarta.

Ada dua pengalaman yang terjadi di hari sabtu itu yang ingin saya tuangkan dalam tulisan. Karena cerita dan momentnya berbeda namun harinya sama maka saya pun membaginya menjadi dua tulisan.  

Adalah salah satu event yang diselenggarakan oleh KOMiK (Kompasianaer Only Movie enthus(i)ast Klub) yang membuat diri ini memutuskan kembali mengunjungi Jakarta. 

Pada hari sabtu, tanggal 22 Maret 2022 KOMIK bekerjasama dengan Museum Penerangan (MusPen) Taman Mini Indonesia Indah (TMII) menyelenggarakan Acara Nobar dan Diskusi Film Nasional yang diawali dengan Tour Museum Penerangan sebagai tempat dilaksanakannya acara tersebut. KOMIK mengadakan kegiatan tersebut dalam rangka memperingati hari Perfilman Nasional yang jatuh pada tanggal 30 Maret mendatang.

Mengikuti kegiatan KOMiK ini sebetulnya sangat dadakan. Sehari menjelang acara saya baru menghubungi Mbak Dewi Puspitasari selaku Admin KOMiK. Menghubungi beliau jam 9 pagi dan saya baru memberikan kepastian mengikuti acara jam 11 siang.Kegiatan ini selain menjadi ajang saya kembali ke Jakarta juga untuk kembali menggabungkan dua hobby yang saya sukai yaitu travelling dan menonton film. 

Jakarta dan Film tidak bisa dilepaskan dalam cerita hidup saya. Sebelum ada bioskop di kota saya, untuk menonton film maka saya harus pergi ke kota terdekat termasuk Jakarta. 

Selain itu selama beberapa tahun kebelakang saat menjadi fans dari salah satu penggiat film negeri ini yang kemudian memberikan saya banyak kesempatan untuk hadir di beberapa premier film, melihat proses syuting film dan beberapa kegiatan lain yang semuanya dilakukan di Jakarta membuat Jakarta dan Film seakan tidak terpisahkan dalam cerita hidup saya. 

Terakhir ke Jakarta sebelum pandemi pun ada hubungannya dengan film yaitu saat menghadiri Premier Film Ave Maryam di Plaza Indonesia. Dan kini saya pun kembali ke Jakarta dalam kapasitas sebagai Kompasianer dan penikmat film. 

Kembali ke acara sabtu kemarin. Selain menonton film dan berdiskusi, para peserta juga diajak berwisata mengelilingi dan mengenal Museum Penerangan. Taman Mini Indonesia Indah merupakan kawasan wisata yang tidak hanya terdapat anjungan-anjungan daerah namun juga terdapat beberapa museum yang wajib kita kunjungi ketika berada di TMII. 

Terakhir saya mengunjungi TMII itu sudah lama sekali tepatnya ketika peresmian komunitas sepeda Federalis Wanita (Fenus) beberapa tahun silam. Saat itu selain peresmian komunitas sepeda, saya dan rekan-rekan mengelilingi TMII dengan bersepeda.

Museum Penerangan TMII. Foto: dokumentasi pribadi
Museum Penerangan TMII. Foto: dokumentasi pribadi

Kegiatan yang diselenggarakan KOMIK menjadi ajang kedua Kompasiana yang saya ikuti secara offline setelah sebelumya saya pernah mengikuti Kegiatan Ngobrol Santai Menteri Perdagangan RI dengan Kompasiana pada tahun 2018 silam. Namun di kegiatan ini menjadi ajang pertemuan pertama kalinya dengan rekan-rekan Kompasianer khususnya mereka yang punya antusias khusus terhadap film (KOMiKer lebih tepatnya). 

Bertemu dengan mereka-mereka 20 kompasianer-kompasianer yang tulisannya dan jam terbang di dunia penulisan sudah mumpuni maupun dikenal. Saat itu saya tidak memikirkan bahwa saya seorang penulis pemula dan berasal dari daerah yang berbeda dengan mereka karena tujuan kami sama saat itu. Sama-sama antusias mengikuti acara yang diselenggarakan KOMIK ini.

Kegiatan diawali dengan pembagian snack pagi dan souvenir dari MusPen yang isinya terdapat masker, hand sanitizer dan sabun cuci tangan. 

Setelah itu kami dibawa ke sebuah ruangan berupa mini theater yang sangat menyenangkan tempatnya untuk menghadiri pembukaan kegiatan acara oleh Moderator dari Muspen yaitu WIldan Fajar, mendengarkan lagu kebangsaan Indonesia Raya dan sambutan dari perwakilan Museum Penerangan TMII yaitu Ibu Vetri Ridha Bhineka. 

Mini Teather di Museum Penerangan. Foto: dokumentasi pribadi
Mini Teather di Museum Penerangan. Foto: dokumentasi pribadi

Kemudian kami diajak berkeliling Muspen yang dipandu oleh Deyan M. Aji yang mengajak kami para peserta kegiatan berkeliling museum dan diceritakan secara detail namun santai benda-benda bersejarah maupun informasi-informasi tentang sejarah dunia penyiaran maupun dunia perfilman Indonesia dari mulai awal mula media cetak itu ada, bagaimana jaman dulu menyampaikan berita, logo-logo TVRI dari masa ke masa, tontonan hits di saat kita kecil yaitu Si Unyil, jenis kamera yang digunakan oleh almarhum H. Usmar Ismail ketika membuat film pertama di Indonesia dan masih banyak lagi artefak-artefak dan juga informasi-informasi yang sangat bermanfaat untuk kita yang ingin mengenal lebih dalam tentang media komunikasi maupun perfilman negeri ini.

Tour Museum Penerangan. foto: dokumentasi KOMIK
Tour Museum Penerangan. foto: dokumentasi KOMIK

Setelah keliling Museum, acara dilanjutkan dengan nonton bareng Film Darah dan Doa (The Long March) karya Bapak Perfilman Indonesia yaitu H. Usmar Ismail yang beberapa waktu silam dianugerahkan sebagai Pahlawan Nasional oleh Pemerintah kita atas jasa-jasa beliau yang luar biasa dalam dunia perfilman Indonesia.

sumber foto: wikipedia.id
sumber foto: wikipedia.id

Film Darah dan Doa berdurasi 2 jam dan diproduksi pada tahun 1950. Karena ini film pertama yang diproduksi oleh Pusat Film Nasional Indonesia dan menjadi film pertama di Indonesia maka hari pertama syuting film ini yaitu tanggal 30 Maret 1950 dijadikan sebagai Hari Film Nasional .

Film ini bercerita tentang perjuangan Tentara dari Divisi Siliwangi dalam perjalanan kembali dari Yogyakarta ke Jawa Barat di Tahun 1950. Namun banyak cerita yang terjadi selama perjalanan panjang dari Yogyakarta ke Jawa Barat tersebut.

Awalnya saya mengira ini adalah film sejarah biasa namun ketika menonton film ini selama dua jam ternyata film ini sangat menarik khsususnya dari segi cerita. Tidak hanya menceritakan tentang sejarah perjuangan para tentara Divisi Siliwangi, apa yang dilakukan para tentara tersebut selama menempuh perjalanan panjang, melawan musuh dari negeri sendiri namun juga ternyata disertai oleh kisah cinta pimpinan Divisi tersebut yaitu Kapten Sudarto yang selama perjalanan panjang tersebut sempat jatuh hati dengan dua gadis yang ditemuinya. 

Kapten Sudarto selaku tokoh utaman mempunyai jabatan tertinggi dan punya peran penting dalam memimpin perjalanan dari Yogyakarta ke Jawa Barat. Namun dia tetaplah manusia biasa yang masih punya cinta, yang bisa jatuh cinta dan mencintai apalagi selama ini dia hidup terpisah dengan istrinya.

Meskipun itu film pertama yang diproduksi dan masih berbentuk hitam putih namun baik dari segi cerita maupun akting para pemain sangat luar biasa. Seperti bukan akting dan kita seperti terbawa ke jaman penjajahan saat itu. Saking ceritanya menarik, para KOMiKers yang hadir saat itu tidak ada satupun rekan-rekan beranjak dari tempat duduknya dan fokus menyaksikan film tersebut selama dua jam.

Yang membuat saya salut adalah saat itu H. Usmar Ismail menggunakan kamera dengan berat 12 kg dan jika dilihat dari lokasi pembuatan film seperti bukit nampaknya selain ini tentang film perjuangan, membuat filmnya pun butuh perjuangan karena menggunakan kamera yang berat dan tentunya peralatan-peralatan syuting lainnya yang tidak secanggih dan seringan jaman sekarang. Selain itu senjata yang digunakan selama syuting tersebut merupakan senjata asli yang dipinjamkan oleh Divisi Siliwangi. 

Kamera yang digunakan saat syuting Film Darah dan Doa. Foto: dokumentasi pribadi
Kamera yang digunakan saat syuting Film Darah dan Doa. Foto: dokumentasi pribadi

Setelah menonton film selama dua jam, peserta diberikan kesempatan untuk istirahat, sholat maupun makan siang yang telah disiapkan oleh Tim dari Museum Penerangan TMII.

Sebelum acara dilanjutkan, kami para peserta mendapatkan snack siang dan souvenir berupa Wayang Kecil yang diberikan Panitia dari KOMIK dan pemberian hadiah bagi yang mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan moderator. Dan tepat di jam 13.30 WIB acara pun dilanjutkan dengan pengenalan KOMIK yang dilakukan oleh Ketua KOMiK yaitu Achmad Humaidy kepada yang hadir saat itu dan juga pengenalan buku tentang film Sejarah yang berjudul "Sejarah dan Perjuangan Bangsa dalam Bingkai Sinema" yang merupakan buku antologi dari para KOMIKers maupun Kompasianer terpilih saat mengikuti Lomba Blog Film Sejarah/Perjuangan. Dan Alhamdulillah tulisan saya pun terpilih masuk di buku antologi tersebut.

Foto: dokumentasi pribadi
Foto: dokumentasi pribadi

Buku Sejarah dan Perjuangan Bangsa dalam Bingkai Sinema. Foto: dokumentasi pribadi
Buku Sejarah dan Perjuangan Bangsa dalam Bingkai Sinema. Foto: dokumentasi pribadi

Dan akhirnya yang paling ditunggu adalah Diskusi Film Darah dan Doa bersama keluarga dari H. Usmar Ismail yaitu putra dan cucu-cucu beliau. Suatu kesempatan yang luar biasa bisa bertemu langsung dan mendengarkan cerita dari putra maupun cucu tokoh perfilman Indonesia tersebut yaitu Nureddin Ismaild an Badai Saelan . 

Meskipun tidak ada satupun dari keluarga H. Usmar Ismail yang terjun ke dunia perfilman tapi keluarganya tetap terus berupaya merestorasi kembali film-film karya almarhum H. Usmar Ismail maupun melestarikan karya-karya beliau dalam suatu wadah yaitu Usmar Ismail Cinema Society. Tidak hanya melestarikan namun juga menjalin silaturahmi, sharing informasi antar insan film, para pekerja, perilaku seni budaya dan jurnalistik termasuk dengan komunitas seperti KOMiK.

Keluarga alm. H. Usmar Ismail. Foto: dokumentasi pribadi
Keluarga alm. H. Usmar Ismail. Foto: dokumentasi pribadi

Acara hari diskusi dan nonton bareng pun kemudian dilanjtukan dengan pemberian cenderamata baik dari pihak KOMiK maupun Museum Penerangan dan ditutup dengan foto bersama para peserta, narasumber dan juga panitia acara. 

foto bersama peserta, panitia dan narasumber. Foto: dokumentasi KOMIK
foto bersama peserta, panitia dan narasumber. Foto: dokumentasi KOMIK

Dan dalam rangka hari Film Nasional Tahun 2022, Usmar Ismail Cinema Society bekerjasama dengan Museum Penerangan, Kementrian Pendidikan serta didukung oleh berbagai pihak akan menyelenggarakan dua event yaitu Pekan Film Usmar Ismail pada tanggal 29 Maret sampai dengan 2 April 2022 di Cinema XXI Metropole Jakarta Pusat dan juga Pameran Boeng Usmail Ismail dalam Sinema Indonesia bertempat di Dia.lo.gue Artspace Kemang dari tanggal 29 Maret sampai dengan 28 April 2022 tentunya Museum Penerangan membantu dengan bersedia meminjamkan benda-benda bersejarah yang digunakan almarhum selama membuat film untuk ditampilkan di pameran tersebut. Dan bagi yang ingin hadir ke kedua event tersebut bisa di cek di akun media sosial Usmar Ismail Cinema Society.

Seperti yang dikatakan oleh H. Usmar Ismail bahwa film adalah betul-betul seni "make believe" yang membuat orang percaya tentang sesuatu, membuat kenyataan baru dari yang ada. Bahwa Film tidak hanya membuat orang percaya tentang sesuatu tapi film membuat kenyataan baru dari yang ada dan benar-benar ada khususnya di masa sekarang dengan hadirnya komunitas film ataupun penulis-penulis yang concern di bidang perfilman.

Kehadiran para KOMiKers maupun penulis review film lainnya menjadi salah satu yang berperan penting dalam membantu mempromosikan film tersebut karena tulisan yang dibuat sering kali menjadi referensi bagi para penonton sebelum menonton film tersebut. Tidak hanya menjadi referensi namun juga menjadi media informasi dalam mempromosikan kegiatan-kegiatan perfilman tanah air maupun luar negeri. Bisa jadi juga kelak Kompasiana akan menjadi saksi sejarah bagian dari perfilman masa kini karena terus memberikan informasi tentang perfilman melalui tulisan para kompasianer, KOMikers maupun kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh KOMIK selaku satu-satunya Komunitas Kompasiana yang antusias pada dunia perfilman.


Sukses selalu untuk KOMiK dan Selamat Hari Film Nasional. Jaya terus Perfilman Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun