Siapa yang tidak tahu Dewi Lestari Simangunsong atau yang lebih dikenal dengan nama pena Dee Lestari. Seorang penyanyi, bagian dari Trio Rida Sita Dewi (RSD), pencipta lagu yang kemudian di tahun 2004 memilih fokus menjadi seorang penulis tepatnya novelis dan sampai sekarang telah menghasilkan 14 karya yang semuanya menjadi novel  best-seller di negeri ini.
Novelis kelahiran 20 Januari 1976 itu akhirnya mengeluarkan karya terbarunya yang sempat "tertidur" selama 27 tahun. Dia "bangunkan" kembali ketika tahun 2019 untuk kemudian diluncurkan ke pembaca di tahun 2021 melalui platform membaca novel digital. Pada bulan Maret nanti versi cetaknya akan rilis. Ya, novel terbarunya tersebut berjudul Rapijali.
"Wahai para semua musisi muda di luar sana, temukan lagumu di tengah hiruk-pikuk dunia. Tiada suara lain yang lebih merdu daripada suara hatimu. Untuk kalian semua, saya dedikasikan buku Rapijali ini"
Dan kini saya kembali jatuh hati dengan cerita Rapijali yang sejak 28 Januari bisa dibaca lewat cerita bersambung versi digital.
Saya jadi teringat di tahun 2005-an silam saat pertama kali membaca novel Dee Lestari yang dibuat dalam versi digital dan ala cerita bersambung atau cerbung. Cerita Perahu Kertas yang tak sengaja saya temukan ketika saya mengetik nama Dewi Lestari di Internet.
Kini di tahun 2021, Dee Lestari kembali membuat cerbung digital berjudul Rapijali di salah satu platform sebelum nantinya dibuat ke dalam versi cetaknya.
Jelas ada perbedaan antara versi digital Perahu Kertas dengan Rapijali. Cerita Rapijali tersedia di platform cerbung digital dan terbatas hanya untuk 2000 pembaca premium platform tersebut. Kita tidak hanya bisa membaca bab demi bab ceritanya namun keberadaan forum khusus pembaca kemudian bisa mendekatkan pembaca dengan penulisnya.
Seru juga ternyata menjadi bagian dari para pembaca yang bisa mengakses cerbung Rapijali yang mulai bisa dibaca sejak tanggal 25 Januari 2021, menunggu part demi part yang dirilis setiap Senin dan Kamis. Apalagi dengan adanya forum khusus di platform ini yang dijadikan sebagai interaksi antara penulis maupun pembaca. Kapan lagi bisa membaca terus berinteraksi dan berdiskusi dengan penulisnya langsung.
Seperti dikutip dalam Live Instagram Dee Lestari dengan Reza Gunawan (suaminya yang juga merangkap sebagai produser buku ini), Rapijali merupakan cerita novel yang punya tingkat kesulitan luar biasa.
Cerita Rapijali butuh pemikiran yang panjang sampai akhirnya simpul-simpul cerita ini bisa terurai sehingga kemudian Dee bisa membuat kerangka yang cukup solid untuk bisa meneruskan cerita itu. Dibutuhkan pengalaman yang lama dalam menulis dan kemudian bisa menyelesaikan cerita Rapijali yang kompleks ini.
"Cerita yang paling sulit yang pernah saya kerjakan," ujar Dee Lestari
Sulit karena Rapijali ini punya tokoh karakter yang sangat banyak. Belum lagi ada tiga cerita sekaligus dalam novel ini yaitu Ping sebagai tokoh utama, drama ketika sekolah, drama tentang orangtuanya, dan lain-lainnya. Ada unsur kreasi di dalam kreasi di novel ini. Selain membuat cerita, penulis juga dituntut untuk punya kreativitas yang luar biasa karena harus menulis lagu dan mengungkapkan musik secara tertulis.
Lalu mengapa Rapijali nanti harus menjadi bacaan dan wajib dimiliki?
Pertama, tidak bisa dipungkiri lagi karena cerita ini ditulis oleh penulis best-seller yaitu Dewi "Dee" Lestari.
Sudah tidak dipungkiri lagi bahwa karya-karyanya selalu menjadi best seller. Cerita-cerita Dee selalu unik, selalu mengundang rasa ingin terus menerus membaca ceritanya dan entahlah buat saya Dee Lestari itu diberikan Tuhan "talenta" dengan ide-ide luar biasa yang bisa begitu saja langsung dibuat dalam cerita panjang namun tidak membosankan ketika membacanya.
Dalam membuat karya pun, Dee Lestari selalu melakukan riset terlebih dahulu termasuk ketika membuat novel Rapijali ini. Dee Lestari sempat riset ke beberapa tempat di Pangandaran seperti ke Batu Karas, Cijulang, Pantai Madasari, dan lainnya termasuk menyinggahi salah satu SMA sampai akhirnya Dee melihat jelas Ping dan dunianya.
Kedua, Rapijali adalah manuscript tertua bagi Dee Lestari.
Menurut Dee lestari, musik dan menulis merupakan bagian tidak terpisahkan dari hidupnya. Sehingga musik pun menjadi pilihan ketika mulai mengekplorasi penulisan novel pada usianya kala itu sekitar 17 tahunan.
Naskah Rapijali adalah naskah yang dibuat ketika usia Dee sekitar 17 tahun, tepatnya tahun 1993 dengan judul awal Planet Ping dan kini dibangunkan kembali dan dirilis ketika Dee sudah mempunyai anak yang berusia 16 tahun. Ini adalah tulisan pertama Dee Lestari tentang musik yang dipilih sebagai tema sentral.
Ketiga, cerita novel Rapijali itu sendiri bisa dibaca untuk semua kalangan.
Rapijali merupakan novel dengan cerita yang unsurnya sangat lengkap. Dari mulai cerita tentang sekolah, tentang pertemanan, tentang keluarga, tentang politik, ataupun tentang percintaan. Namun percintaan di sini sangat tidak berlebihan. Dalam novel ini juga terdapat banyak karakter dari mulai kakek-kakek sampai remaja yang oleh Dee diceritakan secara terperinci tokoh-tokohnya tersebut.
Menurut Dee, Setiap karakter punya latar belakang, ciri khas, kekuatan, dan kelemahan masing-masing. Mereka semua harus ditangani sebaik dan sehati-hati mungkin agar setiap karakter berkontribusi pas, proporsional, dan signifikan. Karena ceritanya disesuaikan juga dengan jaman sekarang, ceritanya juga ringat tidak menjlimet sehingga kaum remaja, dewasa maupun orangtua masih bisa menikmati dan membaca novel ini.
Keempat, ada unsur musik di dalam novel ini.
Ini yang paling menarik dalam novel ini. Kalau novel Aroma Karsa dikaitkan dengan indera penciuman, Rapijali dikaitkan dengan indera pendengaran. Kita akan disuguhi oleh cerita multidimensi yang tidak hanya menikmati ceritanya tapi juga lagu-lagunya yang ada di dalam novel tersebut.
Rapijali adalah cara mengungkapkan musik lewat tulisan ~ Dee Lestari
Mengungkapkan musik ke dalam tulisan. Mendengar musik dan menjelaskan musik adalah dua hal yang berbeda karenanya Dee berharap pembaca ikut merasakan dan ikut hanyut dalam musik meski tanpa mendengar musiknya.
Musik itu sendiri dalam novel Rapijali menurut Dee Lestari akan menjadi karya yang multidimensi yang tidak hanya menikmati ceritanya namun lagu-lagu yang dipakai dalam cerita tersebut bisa dinikmati di dalam platform musik digital.
Saya sendiri setelah selesai membaca bab demi bab kemudian mencari lagu-lagu tersebut di platform musik ataupun di Youtube. Itu terjadi karena keingintahuan saya akan lagu-lagunya yang beberapa di antaranya masih asing dan belum pernah saya dengarkan. Menyelami cerita ternyata bisa melalui musik yang ada di buku tersebut dan itu benar adanya.
Membaca novel ini Rapijali juga membawa pembaca hanyut pada setting cerita dalam novel tersebut. Kita disuguhi dengan cerita keindahan Pantai Batu Karas di Pangandaran, cerita tentang para peselancar yang menjadi kebanggaan daerahnya.
Cerita makanan-makanan laut dan juga makanan tradisional yang membuat kita jadi tergiur dengan makanan yang ada di dalam cerita tersebut. Dan yang lebih menarik lagi adalah cerita tentang kisah politisi yang ingin menjadi gubernur dan masih banyak cerita lainnya.
Karena beberapa alasan itulah, novel Rapijali yang terdiri dari 30 bab ini bisa menjadi pilihan bacaan buat masyarakat semuanya. Kapan lagi pula kita bisa mendengarkan musik lewat tulisan selain di novel Rapijali ini?
Selamat menanti karya cetak Rapijali yang akan rilis di bulan Maret 2021.
Salam literasi Indonesia.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI