"Cerita yang paling sulit yang pernah saya kerjakan," ujar Dee Lestari
Sulit karena Rapijali ini punya tokoh karakter yang sangat banyak. Belum lagi ada tiga cerita sekaligus dalam novel ini yaitu Ping sebagai tokoh utama, drama ketika sekolah, drama tentang orangtuanya, dan lain-lainnya. Ada unsur kreasi di dalam kreasi di novel ini. Selain membuat cerita, penulis juga dituntut untuk punya kreativitas yang luar biasa karena harus menulis lagu dan mengungkapkan musik secara tertulis.
Lalu mengapa Rapijali nanti harus menjadi bacaan dan wajib dimiliki?
Pertama, tidak bisa dipungkiri lagi karena cerita ini ditulis oleh penulis best-seller yaitu Dewi "Dee" Lestari.
Sudah tidak dipungkiri lagi bahwa karya-karyanya selalu menjadi best seller. Cerita-cerita Dee selalu unik, selalu mengundang rasa ingin terus menerus membaca ceritanya dan entahlah buat saya Dee Lestari itu diberikan Tuhan "talenta" dengan ide-ide luar biasa yang bisa begitu saja langsung dibuat dalam cerita panjang namun tidak membosankan ketika membacanya.
Dalam membuat karya pun, Dee Lestari selalu melakukan riset terlebih dahulu termasuk ketika membuat novel Rapijali ini. Dee Lestari sempat riset ke beberapa tempat di Pangandaran seperti ke Batu Karas, Cijulang, Pantai Madasari, dan lainnya termasuk menyinggahi salah satu SMA sampai akhirnya Dee melihat jelas Ping dan dunianya.
Kedua, Rapijali adalah manuscript tertua bagi Dee Lestari.
Menurut Dee lestari, musik dan menulis merupakan bagian tidak terpisahkan dari hidupnya. Sehingga musik pun menjadi pilihan ketika mulai mengekplorasi penulisan novel pada usianya kala itu sekitar 17 tahunan.
Naskah Rapijali adalah naskah yang dibuat ketika usia Dee sekitar 17 tahun, tepatnya tahun 1993 dengan judul awal Planet Ping dan kini dibangunkan kembali dan dirilis ketika Dee sudah mempunyai anak yang berusia 16 tahun. Ini adalah tulisan pertama Dee Lestari tentang musik yang dipilih sebagai tema sentral.
Ketiga, cerita novel Rapijali itu sendiri bisa dibaca untuk semua kalangan.
Rapijali merupakan novel dengan cerita yang unsurnya sangat lengkap. Dari mulai cerita tentang sekolah, tentang pertemanan, tentang keluarga, tentang politik, ataupun tentang percintaan. Namun percintaan di sini sangat tidak berlebihan. Dalam novel ini juga terdapat banyak karakter dari mulai kakek-kakek sampai remaja yang oleh Dee diceritakan secara terperinci tokoh-tokohnya tersebut.
Menurut Dee, Setiap karakter punya latar belakang, ciri khas, kekuatan, dan kelemahan masing-masing. Mereka semua harus ditangani sebaik dan sehati-hati mungkin agar setiap karakter berkontribusi pas, proporsional, dan signifikan. Karena ceritanya disesuaikan juga dengan jaman sekarang, ceritanya juga ringat tidak menjlimet sehingga kaum remaja, dewasa maupun orangtua masih bisa menikmati dan membaca novel ini.
Keempat, ada unsur musik di dalam novel ini.