Kemarin teman saya menanyakan pendapat saya tentang kasus Eiger yang kini tengah viral karena teman saya tahu kalau saya seorang Eigerian atau pemakai dan pengguna produk Eiger.
Kasus Eiger mulai viral ketika Dian Widiyanarko mengunggah twit tentang “Surat Cinta” dari pihak Eiger yang melayangkan keberatan atas review kacamata Eiger di youtube milik Dian. Yang menurut pihak Eiger dinilai kurang bagus dari segi pengambilan gambar maupun setting lokasi sehingga produk Eiger dinilai kurang bagus kualitasnya ketika di review oleh Dian sehingga Dian diminta untuk menghapus kontennya.
Apa yang dilakukan oleh Eiger memang salah dan saya sangat setuju kalau yang dilakukan Eiger itu salah jika mengacu pada surat cinta itu.
Sebagai produk asli dalam negeri, perusahaan yang didirikan tahun 1993 dan memproduksi produk untuk kegiatan di luar ruangan (outdoor) bukanlah lagi produk sembarangan. Eiger sudah memiliki nama bagi pencinta kegiatan alam di negeri ini.
Selama ini masyarakat menyukai produk Eiger karena harga yang lebih murah dari merk produk outdoor dari luar negeri namun kualitas tak kalah bagus dari produk luar negeri.
Semakin tahun Eiger semakin berkembang pesat. Bahkan di tahun 2010 Eiger membuka showroomnya di Dortmund Jerman dilanjutkan kemudian pernah membuka showroom di Malaysia maupun di Singapura. Namun karena lebih banyak permintaan dari dalam negeri akhirnya Eiger lebih memfokuskan pada penjualan dan pembuatan produk di dalam negeri saja. Dan di tahun 2019 Eiger memiliki 332 Eiger Store di seluruh Indonesia. Ini membuktikan bahwa produk Eiger termasuk yang paling dicari dan dipilih oleh masyarakat Indonesia.
Di jaman Millenial ini, Eiger menggandeng beberapa publik figure khususnya yang masih muda sebagai brand ambasador produk mereka. Eiger juga menjadi sponsor utama acara petualangan di salah satu televisi maupun untuk beberapa event petualangan. Karena itulah Eiger semakin terkenal karena produk-produk mereka dipakai oleh para brand ambasador yang sudah punya nama di negeri ini dan memberikan dampak siginifikan bagi penjualan produk Eiger.
Namun Eiger khususnya managemen Eiger lupa bahwa di jaman milenial ini internet adalah segalanya. Bahwa internet bukan sekedar tempat membaca berita atau menonton video tapi tempat dimana masyarakat melihat review produk yang akan dibeli sebagai bahan pertimbangan. Internet menjadi sarana pemuas bagi masyarakat untuk mengomentari atau mengulas produk maupun makanan yang mereka beli.
Adanya Google Local Guide, review di blog maupun di Youtube menjadi salah satu bukti keberadaan review itu penting untuk memudahkan masyarakat menentukan pilihannya baik itu produk, makanan, penginapan dan lain-lain.
Eiger juga lupa bahwa tidak semua kamera ataupun kamera hp memiliki resolusi yang sama. Bisa jadi Dian ataupun yang mereview produk Eiger lainnya tidak memiliki kamera canggih dengan harga selangit seperti yang dilakukan oleh managemen Eiger dalam membuat video produknya. Dian dan masyarakat awam hanya membuat ulasan sesuai dengan pendapat mereka tanpa memikirikan resolusi kamera ataupun tempat yang penting bisa memberikan informasi untuk pembaca ataupun penontonya. Begitu pula para blogger yang membuat ulasan tidak pernah memikirkan hal yang sama (dari segi resolusi kamera) yang penting ulasan mereka tepat dan sesuai dengan apa yang mereka alami.
Terakhir pihak managemen Eiger lupa bahwa bukankah mereka memiliki lima semangat yang harus mereka praktekan pada produk maupun pada konsumennya.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!