Setelah pensiun, beliau lebih memilih melakukan perjalanan bersepeda keliling dunia. Bahkan beliau pernah bersepeda ke Mekkah dan beberapa negara di Eropa. Ketika mudanya beliau adalah penerjun payung dan kini beliau masih aktif sebagai pelatih terjun payung (skydiving) di negaranya. Cerita pengalaman beliau bisa dibaca di web ini hmetro.com.my/H. Abdul Karim Salleh, 7300 terjunan
Sebelum melanjutkan perjalanan bersepeda ke Bandung, beliau berkata jika saya liburan ke Malaysia maka saya harus menghubungi Dato.
Karenanya ketika saya liburan ke Malaysia bareng keluarga di Tahun 2019, saya langsung menghubungi Dato dan Dato menemui saya di Hotel.
Padahal perjalanan dari rumah Dato ke hotel saya lumayan jauh sekitara 45 menitan namun Dato mau banget menemani saya.Â
Saya pun lebih banyak berpisah dengan rombongan keluarga (tante dan sepupu) sementara kakak-kakak saya ikut jalan-jalan dengan saya dan Dato. Alhamdulilah pengeluaran trip saya selama di Malaysia berkurang karena beberapa kali makan dan diajak jalan-jalan gratis oleh Dato.
Karena pandemi, komunikasi hanya kami lakukan lewat media sosial maupun WhatsApp. Rencana Dato untuk touring sepedanya ke Nepal dan Indonesia di tahun ini pun terpaksa ditundanya padahal saya sudah tidak sabar mendengar cerita perjalanan touring sepedanya. Jika pandemi berakhir, saya pun ingin kembali mengunjungi Dato dan tentunya sambil travelling disana.
Kisah saya ini menjadi salah satu cerita bahwa tidak semua WNA dari Malaysia itu memperlakukan WNI Indonesia dengan tidak sopan atau ramah. kita bisa menjadi saudara dengan mereka.Â
Begitupula gambaran WNI tidak semua WNI itu punya niatan tidak baik ke WNA Malaysia. Meskipun pengalaman waktu di Imigrasi di Malaysia saya ditanya macam-macam (Imigrasi Malaysia terkenal agak ketat ke Warga Indonesia), namun tidak menghalangi saya untuk kembali ke negara itu.Â