Sudah 4 minggu aktivitas di rumah aja di lakukan. Dan kerja di rumah pun diperpanjang hingga tanggal 21 April.Â
Di tulisan ini saya tidak akan membahas lebih soal Covid-19. Banyak temen-temen Kompasianer yang sudah menulis tentang itu.
Tulisan ini lebih ke suka dan duka yang saya alami selama di rumah aja.Â
Aktivitas di rumah aja tentu menimbulkan rasa senang atau pun tidak tapi harus dilakukan untuk mengurangi virus tertular ke banyak masyarakat. Banyak tempat kerja yang membuat kebijakan untuk kerja di rumah meski masih banyak pula yang meminta pekerjanya untuk tetap masuk.
Sebagai PNS dengan jabatan Staf Tata Usaha, saya termasuk yang kebagian kerja di rumah. Hanya sesekali saya ke tempat kerja itupun hanya untuk piket.
Selama di rumah trus saya ngapain?
Di dua minggu awal di rumah aja, saya sempat mengalami kepanikan yang luar biasa. Efek pemberitaan yang hebat dan menakutkan tentang Covid-19 ternyata berdampak pada psikis kita. Akibatnya penyakit lambung saya kambuh karena terlalu panik. Karena itu akhirnya saya mulai membatasi penggunaan media sosial maupun Whatss App.Â
Meng-uninstall aplikasi FB. Meng-unfollow akun-akun instagram yang terus memposting foto ataupun video yang sekiranya membuat panik. Keluar dari beberapa group WA yang terus memposting tanpa disaring terlebih dahulu tentang berita Covid-19 dan membisukan beberapa status WA teman yang terus memposting tentang Covid-19 (yang sekiranya tidak memposting berita yang positif).
Mungkin kesannya lebay atau berlebihan tapi ternyata berdampak pada kondisi psikis. Kepanikan mulai berkurang meski waspada tetap.
Bagaimana dengan kerjaan saya selama di rumah saja?Â
Sebagai seorang PNS yang level jabatannya termasuk paling bawah, pekerjaan saya sebagai Pengadministrasian Umum (Adum) di Sekolah. Tugas saya lebih ke pengarsipan dan pembuatan surat-surat. Melegalisir Ijazah dan mengelola akun media sosial maupun blog sekolah.Â