Mohon tunggu...
Mira Miew
Mira Miew Mohon Tunggu... Administrasi - ASN di Purwakarta yang jatuh hati dengan dunia kepenulisan dan jalan-jalan

Menulis adalah panggilan hati yang Tuhan berikan. Caraku bermanfaat untuk orang banyak adalah melalui Tulisan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Lasminingrat, Tokoh Sastrawati Pertama Negeri Ini

31 Januari 2020   09:39 Diperbarui: 31 Januari 2020   10:48 1093
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto : Dokumentasi IG: @zulfanasr

Di Sumedang, Lasminingrat banyak mendapat pelajaran yang sama dengan anak bangsawan lainnya. Diajari membaca dan menulis oleh guru orang Belanda. Lasminingrat menganggap belajar Bahasa Belanda itu sangat penting agar dia dapat membaca buku-buku, karya-karya sastra dan majalah-majalah yang menggambarkan dunia. Dan Lasminingrat menjadi satu-satunya perempuan pribumi yang mahir dalam menulis dan berbahasa Belanda.

Setelah gagal di pernikahan yang pertama, Lasminingrat kembali ke Garut pada tahun 1871 dan atas arahan dari keluarganya untuk menerjemahkan karya-karya sastra Belanda ke dalam Bahasa Sunda.

"Dari buku-bukuku, aku dapat membaca lingkungan sekitar. Dari cerita-cerita yang aku terjemahkan, aku menulis apa yang aku lihat. Aku ingin membagi apa yang masyarakatku tidak dapatkan. Aku ingin membagi keberuntunganku atas ilmu pengetahuanku yang berlimpah ini. Semuanya aku sisipkan dalam cerita-cerita yang aku tulis" ~Lasminingrat.

Pada tahun 1875, Lasminingrat menerbitkan buku cerita yang berjudul Tjarita Eman yang merupakan terjemahan dari cerita Belanda yaitu Hendrik van Eichenfels karya penulis Belanda Christoph von Schmidt yang akhirnya menjadi bacaan wajib pribumi saat itu. Informasi yang saya dapat dari www.edukasi.kompas.com disebutkan bahwa buku itu dicetak sebanyak 6.015 eksemplar dan kemudian mengalami cetak ulang pada tahun 1911 dan 1992. Sebuah pencapaian yang luar biasa pada masa itu.

Setelah karya tersebut, pada 1876 terbit Warnasari atawa Roepa-roepa Dongeng Jilid I dalam aksara Jawa. Buku ini merupakan hasil terjemahan dari tulisan Marchen von Grimm dan JAA Goeverneur, yaitu Vertelsels uit het wonderland voor kinderen, klein en groot (1872) dan beberapa cerita Eropa lainnya. Jilid II buku ini terbit setahun kemudian, lalu mengalami beberapa kali cetak ulang, yakni pada 1887, 1909, dan 1912, dalam aksara Jawa dan Latin (sumber)

Dan pada tahun 1874 untuk pertamakalinya ayahnya melakukan gerakan cukup berani dengan mendirikan sekolah Eropa yang dibiayai sendiri dan atas bantuan dari para menak Limbangan. Di sekolah tersebut, anak pribumi dan anak Eropa boleh belajar bersama dan berlaku untuk anak perempuan.

Perjuangan Lasminingrat dan ayahnya dalam bidang pendidikan dan literasi tidaklah mudah. Masyarakat sempat menanggap bahwa ilmu-ilmu baru itu adalah ilmu-ilmu kafir yang selama ini menindas dan memeras mereka. Mereka, rakyat takut jika ilmu itu kelak akan membuat mereka menjadi keji dan merugikan orang lain.

Namun Lasminingrat tidaklah menyerah, dia dan ayahnya mengajari dan memberi tahu pelan-pelan. Lasminingrat dan ayahnya memahami bahwa masyarakat untuk datang ke sekolahnya perlu keberanian, keberanian oleh penderitaan yang telah rakyat alami. Kesabaran dan konsistensi Lasminingrat dan ayahnya akhirnya sedikit demi sedikit membuka cara pandang rakyat terhadap pendidikan.

Pada tahun 1904, Lasminingrat mendukung gagasan Raden Dewi Sartika untuk membuka sekolah bagi perempuan. Atas bantuan Lasminingrat yang meminta bantuan suaminya yang berteman baik dengan Bupati Bandung saat itu, akhirnya Dewi Sartika mendirikan Sakola Istri di Bandung.

Lasminingrat juga teringat dengan ucapan Tuan Holle yang mengatakan bahwa di kebudayaan Sunda, perempuan itu sangat diagungkan. Falsafah Sumur, Dapur dan Kasur tidak menempatkan perempuan pada makna yang negatif. Ketiga itu adalah hal yang penting yang jika diterapkan pada perempuan berarti perempuan memiliki peranan yang utama dalam menjaga kehidupan manusia

Sumur adalah sumber air, sumber hidup. Perempuan harus cerdas karena dari tangannya anak-anak minum ilmu pengetahuan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun