Mohon tunggu...
Mira Miew
Mira Miew Mohon Tunggu... Administrasi - ASN di Purwakarta yang jatuh hati dengan dunia kepenulisan dan jalan-jalan

Menulis adalah panggilan hati yang Tuhan berikan. Caraku bermanfaat untuk orang banyak adalah melalui Tulisan

Selanjutnya

Tutup

Film Artikel Utama

Masih Yakin Mau Membajak Film?

26 Januari 2019   17:33 Diperbarui: 28 Januari 2019   10:34 494
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto : Dokumentasi Pribadi

Dulu waktu kecil saya ditanya mau jadi apa, lalu saya jawab saya kepengen jadi ilmuwan kayak Pak Habibie, pas SMA saya ditanya lagi mau jadi apa cita-citanya, saya jawab mau jadi wartawan karena saya suka nulis dan pas kuliah saya ditanya lagi, mau kerja apa nanti setelah lulus dan saya jawab saya pingin kerja di belakang layar produksi film. 

Kenapa pingin jadi kru film? 

Suatu hari saya melihat proses syuting salah satu sinetron di dekat rumah kakak di Bogor. Saya melihat dari dekat bagaimana proses adegan demi adegan dibuat. Saya langsung jatuh hati melihat moment itu. 

Bagaimana dalam membuat adegan dibutuhkan banyak kru, tidak hanya sang pemain, kameramen atau sutradara tapi banyak lagi tugas kru yang lain. Pekerjaan yg bisa dilakukan dari pagi ke pagi lagi. Sampai saya bilang dalam hati, pokoknya saya harus bekerja di rumah produksi. 

Tahun lalu saya melihat proses syuting film Si Doel The Movie dan hari ini saya kembali melihat proses syuting Si Doel The Movie 2 tapi kali ini saya benar-benar melihat prosesnya dari awal syuting. Melihat bagaimana lokasi syuting disiapkan, menyiapkan peralatan syuting, persiapan para kru maupun pemain hingga pada saat pengambilan gambar adegan. 

Dalam membuat suatu adegan hingga sempurna diperlukan beberapa kali pengambilan gambar adegan. Saya melihat betapa sibuknya seorang aktor senior seperti H. Rano Karno yang setelah melakukan adegan harus bolak-balik ke tempat sutradara untuk melihat hasil pengambilan gambarnya. 

Begitu juga dengan kegiatan para kru dengan tugasnya masing-masing yang walau kesannya pekerjaan biasa tapi sesungguhnya punya peran luar biasa. Belum lagi para kru yang harus memindahkan peralatan syuting yang lumayan berat dan banyak dari satu lokasi ke lokasi lainnya. 

Lalu bagaimana dengan para pemain filmnya? Kalau ada anggapan jadi pemain film itu pekerjaan gampang cuma baca dan hafalin naskah trus akting, rasanya itu anggapan yang tidak tepat. Pemain harus siap di lokasi meskipun mereka harus menunggu giliran take ketika pemain lain melakukan pengambilan gambar. 

Para pemain film juga sering kali harus siap mengulang adegan mereka jika dia atau pemain lain ada yang salah dialog ataupun adegan itu belum dianggap sempurna. Belum lagi persiapan syuting yang harus mereka lakukan, dari mulai reading naskah, latihan akting hingga harus beberapa kali make up dan ganti kostum ketika syuting. 

Saya pernah bertanya pada salah satu rekan yang bekerja di belakang layar, kenapa dia mau jadi kru sedangkan waktu syutingnya lama dan lumayan menguras tenaga. Mengapa para kru bahagia ketika proses syuting usai. Dan jawaban teman saya pun sangat singkat. 

Hal yang membuatnya bahagia adalah bahwa akhirnya kerja keras dia dan kru lainnya selama syuting telah selesai dan berjalan lancar. Lebih bahagia lagi apabila karya yang para kru kerjakan disukai dan banyak yang menontonnya. 

Cita-cita saya menjadi kru fim memang tak tercapai. Jalan hidup mengharuskan saya menjadi penonton hasil karya mereka dan menjadi fans dari pemain fim. Tapi saya tetap kagum dan menghargai kerja keras mereka, salah satunya dengan tidak membeli DVD bajakan. 

Jadi melihat usaha mereka, kerja keras para kru film maupun pemain, masihkah kita punya keinginan untuk membajak hasil karya mereka? Masih kah kita berniat memvideokan karya mereka ketika menonton film mereka. Membajak karya mereka tanpa izin dan kemudian menjualnya ke masyarakat umum? 

Sudah saatnya kita stop pembajakan dan lebih menghargai lagi hasil karya para pekerja seni. Jangan jadikan stop pembajakan sekedar kalimat yang tertuang dalam Undang-undang anti Pembajakan. Tapi kita benar-benar melakukannya dengan tidak membajak karya mereka karena kalau bukan kita sendiri selaku penonton dan penikmat karya mereka, ya siapa lagi. 

Salam Anti Pembajakan Film. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun