Mendengar kata "KRL" mungkin semua orang bisa mengartikan dan menjelaskan dengan berbagai versi cerita dan arti. Tapi jika mendengar dua kata "KRL rongsokan" pasti yang terlintas hanya ke satu hal, yaitu Stasiun Purwakarta.
Kumpulan gerbong KRL tak terpakai memang disimpan dan ditumpuk di area Stasiun Purwakarta sejak tahun 2000-an. Belum ada sumber informasi resmi yang menjelaskan alasan disimpannya gerbong KRL di simpan area Stasiun Purwakarta.Â
Namun kalau melihat dari letak Stasiun Purwakarta yang tidak terlalu jauh dari Jabodetabek ditambah lagi area stasiun yang luas karena dulunya pernah dijadikan dipo lokomotif. Sehingga area yang luas tersebut mampu menampung gerbong-gerbong kereta yang tak terpakai.
Tumpukan-tumpukan gerbong KRL yang berwarna-warni ini pun menjadi sorotan masyarakat khususnya para backpacker dan traveller. Banyak yang bertanya dan menyayangkan kenapa area tersebut tidak dijadikan salah satu objek wisata di Purwakarta. "Instragamable" lah kalau anak kekinian bilang. Areaya sangat bagus untuk foto-foto.Â
Saking ingin di foto di area kuburan KRL itu, banyak penumpang yang nekad untuk berfoto dulu sebelum menaiki kereta. Dan sepertinya itu dilakukan oleh semua yang pernah travelling ke Purwakarta naik kereta.
Sebelum area stasiun ditutup dan dipagari tembok tinggi di sekeliling stasiunnya, masyakarat dulu bebas leluasa ke tempat ini. Apalagi area stasiun adalah jalan alternatif terdekat antara satu desa dengan desa lain dekat stasiun. Area dipo sering dijadikan masyarakat sebagai tempat rehat dan tempat anak-anak melihat kereta api.Â
Saya pun dulu sering bersepeda ke area kuburan kereta tersebut, bahkan sering makan bakso di bawah pohon rindang dekat dipo sambil melihat tumpukan gerbong kereta dan melihat hiruk pikuk suasana stasiun kereta. Bahkan ada beberapa orang yang pernah foto pre-wedding di area kuburan kereta.
Saya kemudian coba mencari informasi baik itu bertanya pada warga sekitar stasiun maupun dari pihak stasiunnya langsung untuk mengetahui alasan mengapa area kuburan kereta ditutup dan tidak bisa untuk masyarakat umum.
Jawaban dari pihak stasiun maupun dari warga sekitar pun hampir sama. Mengapa area stasiun kereta di tutup dan tidak bisa untuk umum? Semua itu karena faktor keamanan dan keselamatan.
Bahwa dulu banyak sekali kejadian orang-orang yang mencuri bagian dari gerbong KRL itu padahal jelas itu milik PT. KAI. Bahwa ada sebagian orang yang menggunakan area kuburan kereta itu untuk hal-hal negatif. Selain itu untuk keselamatan karena kereta tua dan terpakai pastinya sudah rapuh dan juga sering dikaitkan dengan kata "angker" atau tempat yang menyeramkan.
Sebetulnya publik--dalam hal ini rombongan-- jika ingin mengunjungi area kuburan kereta bisa saja tetapi harus melalui prosedur dan izin yang telah ditetapkan oleh pihak pengelola Stasiun Kereta Api. Dan beberapa kali pula area Stasiun Purwakarta dijadikan lokasi syuting untuk film maupun sinetron.
Dalam minggu ini tumpukan gerbong KRL yang biasa kita lihat di Stasiun Purwakarta sebagian besar tidak akan bisa kita lihat lagi. Karena gerbong-gerbong KRL tersebut sudah dilelang pada salah satu BUMN dan rencananya akan dilakukan perucatan (dipreteli)Â di minggu ini. Otomatis pula kuburan kereta yang selama ini menjadi daya tarik para traveller pun tak akan bisa kita lihat lagi sebanyak sebelumnya.
Dan untungnya beberapa hari sebelum tulisan ini saya muat di Kompasiana, saya dan seorang teman diberi kesempatan untuk melihat tumpukan gerbong-gerbong KRL itu dari dekat. Melihat gerbong-gerbong yang sudah ditandai untuk dirucati.
Jadi....
Selamat tinggal kuburan kereta yang melegenda.
Semoga akan datang lagi nanti gerbong-gerbong kereta tak terpakai berikutnya. Biarkan masyarakat kembali melihat tumpukan-tumpukan gerbong KRL tua itu dan telah menjadi ikon hits Stasiun Purwakarta.
Salam travelling
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H