Travelling ala backpacker adalah kegiatan yang biasa saya lakukan. Â Liburan dengan dana seminimin mungkin yang penting bisa liburan apalagi bahagianya kalau bisa backpackeran dengan teman yang juga punya hobby yang sama. Liburan ala backpacker artinya tidak bisa mendapatkan kenyamanan lebih seperti yang dilakukan oleh traveller ala koper. Tidur di hotel melati, hotel kapsul bahkan hotel bintang tiga tapi satu kamar berempat pun sering dilakukan demi menghemat dana.
Namun akhir-akhir ini banyak sekali penduduk atau traveller yang menawarkan diri menjadi host yang rumahnya bersedia dijadikan tempat singgah dan istirahat para backpacker. Dan itu menjadi keuntungan tersendiri untuk para backpacker sehingga dpt mengurangi biaya penginapan.
Sebulan lalu, teman saya yang tinggal di Jakarta mengatakan kepada saya bahwa dia ingin sekali liburan ke kota saya di Purwakarta tapi dia tidak ingin sendirian liburannya. Kemudian saya membuat ajakan trip Purwakarta di salah satu media sosial komunitas backpacker nusantara. Dan ternyata antusiasnya banyak sekali yang ingin gabung di trip ini.
Mengadakan trip ini artinya rumah saya akan menjadi tempat istirahat para backpacker itu dan saya menjadi host mereka. Sebenarnya ini adalah hal yang biasa buat saya. Karena beberapa kali teman-teman backpacker dari Jakarta terutama setiap liburan ke Purwakarta pasti menginapnya di rumah saya. Tapi mereka rata-rata teman yang sudah saya kenal karena sering liburan bareng atau gak teman atau saudara dari teman saya. Sementara dari semua peserta trip Purwakarta yang saya buat  kemaren hanya teman saya yang saya kenal sementara yang lainnya tidak ada yang saya kenal satupun.
Mungkin timbul pertanyaan dari para pembaca bahkan pertanyaan ini timbul dari kakak saya. Kok mau menerima orang-orang yang belum saya kenal untuk menginap di rumah? Pengalaman pernah menginap di rumah singgah sementara yang bersangkutan tidak mengenal saya tapi mau menampung saya, itulah alasan utama kenapa saya pun bersedia menjadi host dan mengizinkan rumah saya untuk diinapi. Saya juga percaya teman-teman backpacker adalah orang-orang baik.
Hari sabtu, tanggal 28 April 2018 bertemulah saya dengan teman-teman backpacker. Pertama saya menjemput seorang backpacker yang kebetulan naik travel dari Jakarta kemudian lanjut mengantar dia makan di tempat sate favoritnya. Obrolan selama perjalanan membuat driver mobil online yang kami tumpangi seakan tak percaya bahwa kami baru bertemu beberapa saat yang lalu.
Kemudian malam harinya saya bertemu dengan teman-teman backpacker yang lain. Tidak ada kecanggungan ketika bertemu pertama kali justru malam itu langsung akrab satu sama lain. Malam itu kami nonton pertunjukkan air mancur lanjut kuliner kemudian pulang ke rumah saya untuk beristirahat.
Awalnya setelah bertemu mereka, saya sempat minder juga karena kondisi rumah saya yang tidak terlalu bagus dan hanya satu kamar yang bisa dipakai, sisanya tidur rame-rame di ruang tengah rumah saya sementara saya lihat mereka orang-orang yang mapan tapi berjiwa backpacker. Namun mereka bilang, ada tempat menginap saja mereka sudah senang sekali.Â
Di malam itu di rumah saya kembali obrolan hangat terjadi. Saling bercanda satu sama lain seolah sudah menjadi keluarga. Rumah saya yang kecil pun menjadi hangat dengan kehadiran mereka. Saya yang sedang sakit pun menjadi sehat karena bertemu dan bisa becanda dengan mereka.
Besoknya saya mengantar mereka trip ke daerah Wanayasa Purwakarta. sepanjang perjalanan kami terus ngobrol dan akhirnya semakin mengenal satu sama lain. Saya memposisikan mereka sebagai teman saya bukan sebagai tamu saya dan saya bukan guide mereka tapi teman yang menemani mereka jalan-jalan. Saya bergabung dengan mereka tanpa memposisikan bahwa saya adalah tuan rumahnya.
Mereka foto-foto saya juga gabung bersama mereka. Pokoknya sama seperti ketika saya jalan bareng teman-teman backpacker saya. Beda ketika saya menjadi guide resmi yang memandu rombongan wisata, semua terjadwal dan ada aturannya tersendiri.