Mohon tunggu...
Unpam
Unpam Mohon Tunggu... Akuntan - Akuntan

Suka menulis article Dan membaca

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Generasi Z Ancaman atau Solusi

15 Februari 2024   10:11 Diperbarui: 15 Februari 2024   10:13 93
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tangerang Selatan,

Generasi Z, yang lahir pada pertengahan tahun 1990-an hingga awal 2010-an, telah beranjak byang luar biasa dari Generasi Z, sekaligus tantangan kinerja yang mungkin dialami oleh sebagian dari mereka. Inovasi membanggakan Gen Z mencakup serangkaian kontribusi positif dan perubahan yang dibawa oleh individu-individu dari kelompok ini, khususnya dalam kreativitas, lingkungan sosial, dan digitalisasi yang dimiliki oleh Gen Z. Banyak anak kelahiran tahun 1990  ini mengalami masalah krisis mental atau kesehatan mental, yang bisa berdampak sosial dan ekonomi berkepanjangan serta merugikan kehidupan mereka di masa depan jika tidak ditangani dengan baik sejak dini. Krisis mental adalah suatu kondisi di mana seseorang mengalami tekanan emosional dan psikologis yang signifikan, sering kali akibat berbagai faktor seperti stres, perubahan hidup, atau masalah emosional. Generasi Z, yang lahir antara pertengahan 1990-an hingga awal 2010an, juga dapat mengalami krisis mental seperti generasi sebelumnya. Beberapa faktor yang mungkin berkontribusi terhadap krisis mental dalam generasi Z. Generasi Z tumbuh dalam era teknologi digital yang terhubung secara online. Meskipun teknologi memiliki manfaat yang besar, penggunaan berlebihan media sosial, eksposur terhadap konten negatif, cyberbullying, dan perasaan ketergantungan pada perangkat elektronik dapat berdampak negatif pada kesejahteraan mental. Generasi Z sering kali menghadapi ketidakpastian ekonomi, pendidikan yang mahal, dan persaingan ketat dalam dunia kerja. Hal ini dapat menciptakan tekanan dan kekhawatiran tentang masa depan serta tuntutan akademik yang tinggi dan persaingan dalam pendidikan dapat meningkatkan stres pada generasi Z

Gen Z lahir dengan salah satu kelebihan mampu memahami dirinya sendiri. Itu mengapa, karakter Hiperkustomisasi menjadi salah satu ciri khas Gen Z. Dari sana, siswa menjadi terbiasa menentukan kebutuhan apa yang mereka butuhkan dan perlu dapatkan. Aktivitas mereka berselancar di dunia maya, merupakan bagian dari cara Gen Z memenuhi kebutuhan akan dirinya.  Dalam konteks pendidikan, memberikan kebebasan siswa menentukan cara belajarnya merupakan sebuah kebutuhan. Guru perlu untuk mampu melakukan personalisasi cara-cara belajar bagi setiap siswa, dan memberikan siswa lebih banyak kesempatan untuk mencari sumber belajar di luar aktivitas bersekolah. Karakter hiperkustomisasi menyebabkan siswa juga menjadi terbiasa mengkritisi banyak hal di sekelilingnya, termasuk memberikan masukan terhadap media-media belajar yang selama ini digunakannya. Penting bagi ekosistem pendidikan untuk memberikan ruang kepada para siswa untuk menyampaikan gagasan dan penilaiannya tentang proses belajar yang mereka jalani sehari-hari, termasuk berkesempatan merekonstruksi harapan mereka tentang pendidikan di masa depan. Kenyamanan belajar adalah yang utama bagi Gen Z.
Jadi, Apakah Kemampuan Generasi Z masih Dipertanyakan ? Atau Masih Dianggap Belum Mampu Bersaing Dengan generasi – Generasi Sebelumnya ?

Veta Lidya Delimah Pasaribu. S.E., M.M.

Veta01889@unpam.ac.id

Dosen Fakultas Ekonomi, Universitas Pamulang

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun