Suatu ide atau gagasan tentu lahir dari proses berpikir yang melibatkan empat unsur berpikir: alat indera; fakta; informasi; dan otak. Arti kata berpikir kreatif di sini harus diarahkan pada proses dan hasil yang positif, tentu untuk kebaikan bukan untuk keburukan. Dengan demikian, tidak setiap kebaruan hasil karya dapat dengan serta-merta disebut kreatif. Yang dimaksud tanggung jawab di sini adalah landasan konseptual yang menyertai karya tersebut. Terdapat beragam definisi yang terkandung dalam pengertian berpikir kreatif. Menurut yang bersifat inovatif, berdaya guna, dan dapat dimengerti. Definisi senada juga dikemukakan oleh Drevdahl. Menurutnya, kreativitas adalah kemampuan seseorang menghasilkan gagasan baru, berupa kegiatan atau sintesis pemikiran yang mempunyai maksud dan tujuan yang ditentukan, bukan fantasi semata.
Kreatif bisa juga ditinjau dari nilai orisinalitas dan keunikan cara penyampaiannya; bisa juga merupakan sebuah alternatif "cara lain", walau inti pesan sebenarnya tidak berbeda dengan apa yang pernah ada sebelumnya. Berpikir kreatif dapat juga diukur dari nilai efektivitas atau kualitas pencapaiannya. Syaikh Taqiyuddin an-Nabhani dalam buku At-Tafkîr (1973) memberikan contoh, bahwa berpikir tentang kebenaran dapat merupakan proses berpikir kreatif (menggagas pemikiran baru). Contoh: berpikir untuk menghasilkan sebuah pemikiran (baru), kemudian mengkaji kesesuaiannya dengan fakta hingga pemikiran itu sesuai dengan fakta yang ditunjukkannya.
Jika sesuai maka pemikiran itu merupakan kebenaran; jika tidak sesuai maka wajib dilakukan pengkajian terhadap kebenaran, yaitu pengkajian terhadap pemikiran yang sesuai dengan fakta yang ditunjukkan pemikiran. Berpikir kreatif yang tampak pada anak-anak berbeda dengan orang dewasa. Berpikir kreatif merupakan sifat yang komplikatif; seorang anak mampu berkreasi dengan spontan karena ia telah memiliki unsur pencetus kreativitas.
Pada dasarnya anak-anak yang berpikir kreatif bersifat ekspresionis. Ini karena pengungkapan ekspresi itu merupakan sifat yang dilahirkan dan dapat berkembang melalui latihan-latihan. Ekspresi ini disebut dengan spontanitas, terbuka, tangkas dan sportif. Ada 3 ciri dominan pada anak yang berpikir kreatif: (1) spontan; (2) rasa ingin tahu; (3) tertarik pada hal-hal ; faktor lingkunganlah yang menjadikan anak tidak kreatif. Dengan demikian, peran pendidik sebenarnya lebih pada mengembangkan anak untuk berpikir kreatif. Ada beberapa Cara Mengembangkan Anak untuk berpikir kreatif
a. Membangun kepribadian
Pendidik dapat membangun kepribadian baik pada anak yang tercermin dari pola pikir dan pola sikap anak yang kreatif. Pendidik yang paham akan senantiasa menstimulasi/merangsang aktivitas berpikir dan bersikap anak. Menstimulasi aktivitas berpikir dilakukan dengan cara menstimulasi unsur-unsur/komponen berfikir (indera, fakta, informasi dan otak). Aktivitas bersikap adalah aktivitas dalam rangka pemenuhan kebutuhan jasmani dan naluri (beragama, mempertahankan diri dan melestarikan jenis).
Pendidik dapat menstimulasi alat indera anak dengan cara melatih semua alat indera sedini mungkin. Pendidik senantiasa menghadirkan keteladanan yang baik pada anak di mana saja mereka berada. Jadi dapat dikatakan kepribadian menentukan potensi berpikir yang kreatif yang lebih besar.
b. Menumbuhkembangkan motivasi
Berpikir kreatif dimulai dari suatu gagasan yang interaktif. Bagi anak-
anak, dorongan dari luar diperlukan untuk memunculkan suatu gagasan. Dalam hal ini, pendidik banyak berperan. Dengan penghargaan diri, komunikasi dialogis dan kemampuan mendengar aktif maka anak akan merasa dipercaya, dihargai, diperhatikan, dikasihi, didengarkan, dimengerti, didukung, dilibatkan dan diterima segala kelemahan dan keterbatasannya. Dengan demikian, anak akan memiliki dorongan yang kuat untuk secara berani dan lancar mengemukakan gagasan-gagasannya. Selain itu, untuk memotivasi anak agar lebih berppikir kreatif, sudah seharusnya pendidik memberikan perhatian serius pada aktivitas yang tengah dilakukan oleh anak, misalnya dengan melakukan aktivitas bersama-sama mereka. Dengan demikian, sesungguhnya anak memiliki peluang yang lebih besar untuk menjadikan anak-anak yang berpikir kreatif. Sebagai pendidik senantiasa berusaha untuk memperkenalkan anak dengan berbagai hal dan sesuatu yang baru untuk memenuhi aspek kognitif mereka. Tujuannya adalah agar mereka lebih terdorong lagi untuk berpikir dan berbuat secara kreatif. Dalam memotivasi anak agar kreatif, dilakukan dengan cara menyenangkan dan tidak di bawah tekanan/paksaan.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh pendidik dalam pembentukan anak kreatif adalah:
1. Persiapan waktu, tempat, fasilitas dan bahan yang memadai
Waktu dapat berkisar antara 10-30 menit setiap hari; bergantung pada bentuk kreativitas apa yang hendak dikembangkan. Begitu pula dengan tempat; ada yang memerlukan tempat yang khusus dan ada pula yang dapat dilakukan di mana saja. Fasilitas tidak harus selalu canggih; bergantung pada sasaran apa yang hendak dicapai. Bahan pun tidak harus selalu baru; lebih sering justru menggunakan bahan-bahan sisa atau bekas.
2. Mengevaluasi hasil dari berpikir kreatif
Selama ini kita sering menilai kreativitas melalui hasil atau produk kreatif anak. Padahal sesungguhnya proses itu pada masa kanak-kanak lebih penting ketimbang hasilnya. Pentingnya penilaian kita terhadap proses berpikir kreatif bukan berarti kita tidak boleh menilai hasil berpikir kreatif itu sendiri. Penilaian tetap dilakukan. Hanya saja, ada satu hal yang harus kita perhatikan dalam menilai. Hendaknya kita menilai hasil kreatif anak tersebut dengan menggunakan perspektif anak, bukan perspektif kita sebagai orang dewasa.
Hal-hal dibawah ini harus dilakukan guru agar anak dapat mengembangkan cara berpikir kreatif anak, seperti :
1) Menciptakan lingkungan yang aman dan memberikan kebebasan bagi anak dalam mengungkapkan pendapat, perasaan dan sikapnya.
2) Guru harus menghormati anak sebagai individu, menghargai keunikan anak.
3) Guru jangan menghargai prestasi anak hanya dengan rangking.
4) Guru harus dapat menjadi model atau panutan bagi anak.
Guru harus menghargai hasil kreativitas dan keingintahuan anak akan sesuatu., jadi sebuah keharusan bagi orang tua atau guru untuk belajar, mengikuti semua perkembangan yang ada agar dapat mengimbangi rasa ingin tahu anak.
1) Guru harus dapat menunjang kegiatan anak.
2) Guru dapat menjadikan anak mandiri dan dapat mengambil keputusan sendiri.
3) Memberikan pujian pada anak bila mereka melakukan sesuatu dengan baik dan mulai mengurangi hukuman.
4) Sering berkomunikasi secara dua arah dengan anak. Gunakan teknik bertanya, sehingga memancing diskusi dengan merangsang rasa keingintahuan anak.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H