Mohon tunggu...
Miqdad Husein
Miqdad Husein Mohon Tunggu... Wiraswasta - Aktivis Keagamaan

Sangat menyukai joke-joke segar

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Jokowi, Mega, Ganjar Retak?

2 Oktober 2023   05:03 Diperbarui: 2 Oktober 2023   07:26 191
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Analisis Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Sebuah foto menarik beredar di berbagai media yang memperlihatkan Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati digandeng Presiden Jokowi dan Ganjar Pranowo. Menarik karena foto itu berbicara demikian banyak tentang konstelasi politik nasional belakangan ini terutama terkait konstestasi Pilples 2024.

Foto yang terjadi pada momen Rapat Kerja Nasional (Rakernas) PDI Perjuangan itu seperti air bah, yang menghanyutkan berbagai sampah informasi seputar hubungan Ibu Megawati dengan Presiden Jokowi, yang digoreng seakan mengalami keretakan. Sebuah harian nasional secara terbuka mengilustrasikan kerenggangan yang tanpa dasar itu melalui tayangan foto lain, yang seakan-akan terjadi "pisah jalan Ibu Megawati dan Jokowi.

Tentu saja, foto pertama, ketika Presiden Jokowi dan Capres PDI Perjuangan Ganjar Pranowo menggandeng Ibu Megawati lebih memperlihatkan fakta riil. Bahwa Presiden Jokowi tetaplah merupakan salah satu kader terbaik partai berlambang banteng. Jokowi tetaplah menjadi bagian dari mesin besar bernama PDI Perjuangan. Itu artinya Presiden Jokowi menjadi bagian penting perjalanan kader PDI Perjuangan penerusnya yaitu Ganjar Pranowo yang akan ikut konstestasi Pilpres  2024.

Adalah sulit dipercaya jika Jokowi, yang dibesarkan PDI Perjuangan dari sejak menjadi Walikota Solo dua periode, selama sekitar tujuh tahun, lalu menjadi Gubernur DKI Jakarta sekitar dua tahun sampai duduk pada pucuk pimpinan tertinggi di negeri ini sebagai Presiden dua periode, bersikap seperti kacang melupakan kulitnya. Jokowi sekali lagi tetap kader PDI Perjuangan, yang sudah pasti akan ikut serta membuka jalan serta berusaha keras mengantarkan penerusnya sesama kader PDI Perjuangan yaitu Ganjar Pranowo.

Penegasan Ketua DPP PDI Perjuangan MH. Said Abdullah menyebut Jokowi dan Ganjar Pranowo adalah satu keping PDI Perjuangan. Keduanya ibarat dua sisi uang logam, yang tak terpisahkan sebagai kader PDI Perjuangan.

Masuknya putra bungsu Presiden Jokowi yang bernama Kaesang Pangarep ke PSI boleh jadi salah satu bumbu rumor liar yang tanpa dasar adanya jarak Ibu Megawati dengan Jokowi. Lalu, berbagai asumsi liar lainnya adalah kesan -sekali lagi kesan kedekatan Presiden Jokowi dengan Prabowo Subianto. Padahal kedekatan keduanya praktis lebih sebagai hubungan antara Presiden dengan para Menterinya.

Sebuah bocoran kecil dari salah satu Menteri Kabinet pemerintahan Presiden Jokowi secara tegas menyebutkan bahwa sampai saat ini tidak ada tanda sedikitpun ke mana Presiden Jokowi berpihak pada  Capres-capres yang telah mencuat ke masyarakat. Sebuah sikap yang memang sewajarnya bahwa seorang formal Presiden  memang harus netral dalam konstestasi Pilpres. Berbeda ketika tampil sebagai kader PDI Perjuangan.

Sempat beredar berbagai rumor bahwa Jokowi merasa 'kurang nyaman' dengan sebutan petugas partai. Sebuah kosa kata yang sering disampaikan Ketua Umum Ibu Megawati yang sebenarnya merupakan bagian dari mekanisme politik di negeri ini. Bahwa seluruh pemimpin di negeri ini pada dasarnya merupakan kader partai, yang ditugaskan partai untuk mengabdi kepada masyarakat. Ya Presiden, anggota DPR, Gubernur, Bupati/Walikota, anggota DPRD semua mengabdi kepada negeri ini melalui mekanisme partai politik.

Adalah Ganjar Pranowo saat acara di Universitas Indonesia memberikan paparan mencerahkan. Secara tegas Ganjar Pranowo menyampaikan bahwa dirinya adalah kader PDI Perjuangan. Namun ketika telah menjadi Presiden, ia adalah Presiden Indonesia, yang mengabdi kepada rakyat Indonesia. "Selama sepuluh tahun di Jawa Tengah, semua mengetahui bahwa saya adalah pelayan rakyat," katanya menegaskan.

Paparan Capres PDI Perjuangan Ganjar Pranowo itu sangat jelas bahwa kosa kata petugas partai adalah mekanisme dari sistem politik. Bahwa siapapun, yang menjadi pejabat publik, yang akan mengabdi kepada masyarakat dalam berbagai jenjang kepemimpinan di negeri ini, berangkat dari kader partai. Mereka ditugaskan partai politik yang telah membinanya menjadi pemimpin untuk mengabdi kepada masyarakat.

Sebelum terpilih sebagai pemimpin di tengah masyarakat seseorang adalah kader partai, yang dibina sekian lama. Namun, ketika telah terpilih ia menjadi pelayan seluruh masyarakat.

Analogi sederhana tentang seseorang terpilih dapat menjadi penjelasan menarik. Boleh saja, misalnya seseorang terpilih sebagai Presiden Indonesia oleh 53 persen pemilih. Apakah ia nanti menjadi Presiden Indonesia sebatas melayani pemilihnya yang berjumlah 53 persen? Tentu saja tidak. Ketika seseorang terpilih menjadi Presiden Indonesia, dipilih 51 persen, 53 persen atau berapapun, ia adalah pelayan seluruh rakyat Indonesia, yang memilih dan yang tidak memilihnya. Ketika terpilih ia adalah Presiden seluruh rakyat Indonesia.

Demikianlah logikanya. Dan sebenarnya masyarakat memahaminya. Hanya segelintir orang yang berusaha mengaburkan pemahaman dan  persoalan sebagian bagian dari persaingan konstestasi.

Pemimpin pada akhirnya dilihat, dihargai dan dinilai dari apa yang telah dilakukan serta dikerjakan demi kepentingan rakyat. Jika sepenuhnya mengabdi kepada rakyat, ia akan dicintai rakyatnya. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun