Pada kondisi seperti inilah, masih seperti kata wartawan senior tadi, Pilpres benar-benar hanya mengarah pada personal Capres dan Cawapres. Masyarakat, karena konsentrasi pemberitaan dan perhatian hanya mengarah pada Pilpres, kekuatan dan dukungan partai menjadi tidak penting. Kekuatan personal Capres dan Cawapreslah yang menentukan. Peran partai menjadi relatif elementer, terutama yang garis komandonya lemah.
Hal sama sebenarnya juga terjadi pada Pilkada. Bahkan Pilkada lebih menukik lagi peran kuat sosok Calon Kepala dan Wakil Kepala Daerah. Masyarakat, karena lingkup sempit menjadi lebih mudah memutuskan mana yang layak dipilih tanpa melihat lagi partainya.
Di sinilah mengapa salah satu Ketua DPP PDI Perjuangan MH. Said Abdullah santai saja ketika diminta komentar koalisi gabungan partai yang mendukung  Prabowo Subianto maupun Anies Baswedan. "PDI Perjuangan biasa dikroyok," katanya, bercanda.
Said percaya diri bahwa kekuatan personality capreslah, yang ikut menentukan keterpilihan disamping gabungan partai. Said meyakini walau Ganjar Pranowo hanya didukung dua partai yang memiliki kursi di DPR yaitu PDI Perjuangan dan PPP, Â karena kekuatan kepribadian Ganjar Pranowo, rekam jejaknya, kehidupan keluarganya yang harmonis, akan memenangkan Pilpres 2024.
Dalam berbagai Pilpres langsung sejak tahun 2004 sampai 2019, kekuatan personal Capres, memang sangat menentukan. Partai -terutama yang lemah dalam jaringan dan koordinasi- kurang memberikan pengaruh. Itu artinya, koalisi besar bukan jaminan Capres Cawapres mendapat dukungan besar.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H