Lagi Wasit Amburadul di Liga Indonesia
Siapapun yang menyaksikan pertandingan sepak bola Liga 2 Indonesia antara Persigo Semeru FC melawan Madura FC, di Lumajang, jika berpikir obyektif akan merasakan betapa buruknya kepemimpinan wasit. Secara kasat mata terlihat jelas berbagai keputusan wasit jauh dari wajar –untuk tidak disebut- sangat ngawur.
Yang terlihat jelas insiden di depan gawang Madura FC. Bola sudah ditangkap kiper, lalu didorong pemain Persigo sehingga terjatuh dan bola lepas, ditendang lalu masuk ke gawang disahkan wasit. Benar-benar sebuah kecerobohan keputusan luar biasa.
Insiden lainnya ketika striker Madura FC terjatuh dan jelas-jelas dikait dari belakang di kotak pinalti dibiarkan. Ini bisa dianggap keteledoran karena misalnya wasit tidak melihat walau sulit dipercaya karena posisi wasit dekat dengan kejadian. Ada apa?
Di pertandinan yang tergolong panas itu kejadian kontroversial lainnya yang dibiarkan wasit ketika kiper Persigo memuul pemain Madura FC sama sekali tidak mendapat kartu. Termasuk juga ketika wasit sendiri sempat terlihat ditempeleng pemain Persigo walau tak terlalu keras sama sekali wasit tidak mengeluarkan kartu. Entah takut atau barangkali tidak merasa sakit ya.
Bayangkan jika pemukulan wasit terjadi di Liga Eropa. Bukan hanya kartu merah, si pemain bisa jadi akan mendapat sanksi berat larangan bermain berkali-kali. Jangankan sampai menempeleng, pemain protes pada keputusan wasit sambil menyentuh wasit saja dipastikan akan keluar kartu kuning atau bahkan kartu merah. Walau hanya menyentuh!
Berbagai kontroversi wasit di negeri ini banyak terjadi terutama ketika pertandingan tidak disiarkan televisi. Ada kesan karena tidak banyak mata yang menonton berbagai keputusan kontroversial wasit selalu terjadi. Ada apa?
Apa yang melatar belakangi berbagai keputusan “tidak wajar” itu? Ada dugaan berbagai keputusan wasit yang cenderung memihak secara kasar, di pertandinan yang tidak disiarkan telivisi disebabkan permainan suap. Oknum-oknum wasit yang hanya berpikir kepentingan uang menurut banyak sumber sering meminta imbalan sebelum pertandingan berlangsung; apalagi kalau bukan untuk mengatur pertandingan. Ini biasanya terjadi lagi-lagi ketika pertandingan kurang disorot media elektronik.
Faktor lainnya terkait mentalitas wasit. Para corp pengadil di lapangan itu kurang percaya diri bersikap tegas karena seringkali kurang didukung organisasi. Pemukulan wasit oleh pemain misalnya, sanksinya sangat ringan. Praktis belum terdengar selama ini sanksi pemukul wasit dihukum seumur hidup tidak boleh bermain misalnya.
Karena tak ada sanksi tegas ditambah dugaan permainan mafia, berbagai keputusan kontroverial mudah muncul di arena sepak bola negeri ini. Sikap profesional rendah, ketaatan pada aturan permainan kurang, ditambah dugaan permainan wasit, sanksi yang tidak tegas terhadap pemain, pengawasan wasit yang kurang maksimal membuat sepak bola negeri ini terutama di kasta menengah ke bawah nyaris seperti “pertandingan politik.” Berbagai kepentingan tak terkait bola mudah tercium tapi sayangnya sulit terdeteksi.
Ditambah penonton tidak terorganisir, pengurus ribut, klub tidak membayar gaji pemain hingga ada yang meninggal dan masih banyak lagi. Semua menyebabkan negeri berpenduduk sekitar 250 juta ini jauh panggang dari api untuk menghasilkan tim hebat. Semua kesemrawutan seperti menjadi kerikil dalam sepatu sepak bola negeri ini. Benar-benar sebuah ironi tragis: potensi besar hasil amburadul.
Selama ketaatan pada aturan permainan belum terwujud, wasit jadi pemain, terlibat mafia pengaturan skor, jangan mimpi sepak bola negeri ini bisa menyamai prestasi negara maju lain.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H