Suka atau tidak, Korea Selatan sudah menjadi salah satu kiblat hiburan dunia. Bahkan, menganggapnya sebagai kiblat hiburan terbesar pun sulit untuk didebat saat ini. Anak-anak menyanyi  dan memeragakan dance Blackpink dan BTS, pun muda-mudi sampai yang lebih senior tergila-gila pada Drama Korea.
Ini ternyata bukan hanya gejala di Indonesia. Namun, terjadi secara luas di berbagai penjuru dunia. Fakta ini salah satunya bisa diukur dari meningkatnya fans KPOP dari tahun ke tahun. Berdasarkan laporan Korean Broadcasting System via Katadata.co.id, jumlah penggemar K-Pop di dunia mencapai 156,6 juta orang pada 2021. Angka ini meningkat 17 kali lipat dibandingkan tahun 2012. Â
Di Amerika Serikat (yang selama ini kita kenal sebagai kiblat hiburan dunia), Kanada, dan Argentina jumlah penggemar KPOP bahkan meningkat drastis hingga 102% dibandingkan tahun sebelumnya. Sementara di wilayah Timur Tengah meningkat 92% dibandingkan tahun-tahun terdahulu.
Sementara jumlah total fans Kpop tahun 2022 berdasarkan Analisis Status Global Hallyu 2022 yang dilakukan Korea Foundation via CNN Indonesia tak kurang dari 178.825.261 orang
Angka-angka ini didapatkan melalui survei yang dilakukan di 118 negara oleh 149 misi diplomatik Korea di bidang penyiaran, film, Kpop, makanan, bahasa, kecantikan, dan olahraga. Well, kenapa industri hiburan Korea Selatan bisa maju dan melakukan ekspansi yang masif?
Ppalli-Ppalli
Orang Korea dikenal selalu terburu-buru, seakan tak punya waktu untuk bersantai terutama dalam bidang pekerjaan atau mengejar goals. Ini bukan sebuah sifat individu namun menjadi mentalitas kolektif masyarakat.
Agak sulit melacak apakah kebiasaan orang Korea ini sudah ada sejak zaman kuno ataukah belum. Namun, Matt C. Crawford dalam artikelnya di BBCÂ menyebutkan kebiasaan tergesa-gesa, teruru-buru, atau ngga nyantai, yang dikenal dengan "ppalli-ppalli", mulai digalakkan menjadi "kewajiban nasional" sekitar dekade 60-an untuk mengejar ketertinggalan.