Jakartans menunggu "Tije" datang di halte Tosari, Jakarta Pusat. Selalu padat di jam pulang kerja. Â
Identitas Jakarta juga diperkuat dengan papan reklame yang ada di mana-mana. Di gedung-gedung, di pagar rumah warga, sampai di tiang listrik, iklan nyaris selalu ada. Kadang saya berpikir, "Kita beli sesuatu itu karena memang butuh, atau hanya terpengaruh iklan?" Hahaha
Pemandangan di ruas jalan dekat Grand Indonesia, Jakarta Pusat.Â
Jakarta gersang, dalam metafora ataupun harafiah. Ya, benar! Namun selalu ada oase di tengah panasnya "gurun Jakarta". Tempat ibadah bertransformasi sebagai penyejuk, apalagi di bulan Puasa, masjid-masjid di Jakarta membagi-bagikan makanan gratis kepada siapa saja yang datang.Â
Masjid Said Naum, Kebon Kacang, Jakarta Pusat.Â
Selain makanan ringan, kalau beruntung karena datang lebih awal, kita juga bisa dapat kupon makan buat berbuka di beberapa masjid Jakarta. Â Buat saya yang perantau, tentu saja ini sangat menggiurkan. Makan bersama jamaah lain dan gratis. Hehe
Kupon makan gratis. Tahun hijriah yang kedaluarsa mungkin penanda bahwa aktivitas ini sudah mulai diselenggarakan sejak empat tahun lalu.