Mohon tunggu...
Muhammad Iqbal Awaludien
Muhammad Iqbal Awaludien Mohon Tunggu... Penulis - Penulis konten suka-suka!

Berbagi informasi dan gagasan. Tergila-gila pada sastra, bola, dan sinema. Email: iqbalawalproject@gmail.com Blog: https://penyisirkata.blogspot.com/

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

"Resign" Bukan Solusi buat Kamu yang Sedang Emosi

28 Februari 2023   14:45 Diperbarui: 11 Juli 2024   13:52 172
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

1/
ini bahagia
semu!

dalam setiap teguk es teh tawar
yang lebih tawar dari bulan madu
yang tak malu-malu

detik-detik mengeras

ini kemanusiaan
macet!

sebatas gombalan para "SJW" di media sosial
dan, katanya, content creator berjiwa sosial
padahal cuma cari viral

sementara
di meja-meja kerja berjuta jiwa

linglung
bertanya-tanya

ini hidup
betul sebedebah ini?

ini kerja
sungguh sebangsat ini?

hingga
mereka pun mulai rajin buka Linkedin
menelusuri folder-folder lawas

mana kira-kira yang bisa mempercantik
sivi

memalsukan memperbaiki diri
tambal sulam prestasi di sana-sini

oooo, emosi
dada kembang kempis
tubuh gemetar kepala nanar
perut buncit meringkih minta diisi

2/
menit demi menit memadat
apa yang dimulai ternyata tak sesuai mimpi

jam demi jam mengejar
apa yang diharap semua menguap

hari, minggu, bulan, tahun,
orok-orok sudah mau teka
sekian aplikasi hancur
sekiannya lagi menjamur

beberapa juta jiwa beranjak pergi
sebagiannya memfosil setengah mati
tinggalkan serakan cataan kaki:

1. Ide yang terbungkam
2. Adrenalin yang tertahan
3. Hasrat yang terpendam
4. Kreativitas terpasung
5. Karya tak kunjung kelar
6. Cicilan menggunung  
7. Kenangan yang kian kejam

8 ..........................

3/
Ia, seorang calon karyawan yang masih karyawan dan berharap menjadi karyawan di sebuah perusahaan baru yang karyawannya masih antusias menjadi karyawan.

Kaki-kakinya bergerak-gerak cemas di bawah meja sebuah ruangan interview di kantor bidikannya itu tapi lalu terhenti saat lelaki setengah baya yang begitu klimis datang menyalami.

"Maaf telat"

Hela panjang, nyaris seperti lenguh yang lega, ia perlihatkan tak sengaja dan membuat si lelaki setengah baya berkata, "Silakan!"

Ia, yang hanya bermodal keberanian, rasa nekat, dan kebosanan yang membabi buta, menyaman-nyamankan diri untuk memperkenalkan diri dengan bahasa Inggris yang patah-patah bercampur logat daerah.

Si lelaki setengah baya menahan senyum, membuatnya sedikit hilang konsentrasi tapi segera menyerius-seriuskan diri untuk menguasai keadaan.

Si calon karyawan pun kembali berbahasa Inggris -- cukup lancar sekarang meski masih berlogat udik.

Seseorang, sepertinya "OB", masuk membawa segelas air putih yang sangat bening untuk si lelaki setengah baya. 

"Mau minum?" Ujar si lelaki sambil lalu.

Ia menelan ludah, sebenarnya kerongkongannya sudah seret selama menunggu tadi tapi karena gengsinya dan niat menjaga citra demi kesempatan menjadi karyawan baru di sebuah perusahaan yang karyawannya masih gembira menjadi karyawan, ia, dengan gaya yang dibuat keningrat-ningratan, tersenyum sambil sedikit menggelengkan kepala. Sungguh elegan.

"Lanjut," ujar si lelaki setengah baya tak kalah angkuh. Ia pun terprovokasi, dan entah apa yang kemudian dikatakannya, tetapi sesi wawancara itu berakir dengan si calon karyawan keluar dari pintu dengan wajah yang merah padam.

Jakarta, Desember 2019-Januari 2020

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun