Hela panjang, nyaris seperti lenguh yang lega, ia perlihatkan tak sengaja dan membuat si lelaki setengah baya berkata, "Silakan!"
Ia, yang hanya bermodal keberanian, rasa nekat, dan kebosanan yang membabi buta, menyaman-nyamankan diri untuk memperkenalkan diri dengan bahasa Inggris yang patah-patah bercampur logat daerah.
Si lelaki setengah baya menahan senyum, membuatnya sedikit hilang konsentrasi tapi segera menyerius-seriuskan diri untuk menguasai keadaan.
Si calon karyawan pun kembali berbahasa Inggris -- cukup lancar sekarang meski masih berlogat udik.
Seseorang, sepertinya "OB", masuk membawa segelas air putih yang sangat bening untuk si lelaki setengah baya.Â
"Mau minum?" Ujar si lelaki sambil lalu.
Ia menelan ludah, sebenarnya kerongkongannya sudah seret selama menunggu tadi tapi karena gengsinya dan niat menjaga citra demi kesempatan menjadi karyawan baru di sebuah perusahaan yang karyawannya masih gembira menjadi karyawan, ia, dengan gaya yang dibuat keningrat-ningratan, tersenyum sambil sedikit menggelengkan kepala. Sungguh elegan.
"Lanjut," ujar si lelaki setengah baya tak kalah angkuh. Ia pun terprovokasi, dan entah apa yang kemudian dikatakannya, tetapi sesi wawancara itu berakir dengan si calon karyawan keluar dari pintu dengan wajah yang merah padam.
Jakarta, Desember 2019-Januari 2020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H