Mohon tunggu...
Muhammad Iqbal Awaludien
Muhammad Iqbal Awaludien Mohon Tunggu... Penulis - Penulis konten suka-suka!

Berbagi informasi dan gagasan. Tergila-gila pada sastra, bola, dan sinema. Email: iqbalawalproject@gmail.com Blog: https://penyisirkata.blogspot.com/

Selanjutnya

Tutup

Gadget Pilihan

Apa Sebenarnya "Artificial Intelligence" Itu?

1 September 2021   17:28 Diperbarui: 1 September 2021   17:29 930
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di era digital seperti sekarang, Artificial Intelligence (AI) seakan menjadi bahan diskusi yang selalu hangat diperbincangkan. Di dunia bisnis, banyak ahli dan analisis industri berpendapat bahwa AI atau kecerdasan buatan adalah masa depan. Yakin? Sebab, kalau kita lihat sekeliling, AI itu bukan masa depan. AI justru adalah masa kini!

Anda yang mengikuti film Avengers sudah pasti tidak asing dengan asisten pribadi Iron Man, JARVIS, yang bertugas menganalisis dan menjadi pengatur "Iron Man Armor" hanya dengan perintah suara. Tapi itu kan dalam film? Bukan di dunia nyata.

Eiits, tunggu dulu. Anda pengguna iPhone dan Android, tahu dong SIRI dan Google Voice yang bisa diajak berkomunikasi layaknya manusia dan bisa menerima instruksi lewat suara. Contoh yang lebih "gila" lagi, adalah teknologi self driving dari Tesla untuk menyetir mobil secara otomatis. Mungkin di masa depan kita cukup duduk, dan mobil akan jalan sendiri mengikuti perintah suara.

Nah itulah segelintir contoh penerapan AI. Pertanyaannya, apa sih sebenarnya definisi AI itu?

CNBC menjabarkan AI sebagai simulasi kecerdasan manusia dalam mesin yang diprogram untuk berpikir seperti manusia dan meniru tindakannya. Kalau dielaborasi lebih lanjut, AI merupakan sistem pemrograman komputer untuk membuat simulasi kecerdasan manusia.

Sementara menurut TeknoIOT, AI adalah cabang ilmu komputer yang menekankan pengembangan intelijen mesin, pola berpikir dan bekerja seperti manusia. Misalnya, pengenalan suara, pemecahan masalah, pembelajaran, hingga perencanaan.

Penerapan AI di Indonesia 

Dari sudut pandang penerapan AI dalam industri, Kompas.com melansir studi yang dilakukan Microsoft bersama dengan firma riset IDC tentang adopsi kecerdasan buatan AI di kawasan Asia Pasifik. Survei bertajuk "Future Ready Business: Assessing Asia Pasific's Growth Potential Through AI" itu melaporkan bahwa baru 14 persen perusahaan di Indonesia yang telah benar-benar telah mengadopsi AI secara total.

Penyebabnya, adopsi AI di perusahaan Indonesia, ditengarai karena pandangan skeptis yang masih menyelimuti para pemimpin perusahaan besar di Indonesia. Bahkan, banyak yang menganggap kehadiran AI bisa mengancam eksistensi manusia. Namun tidak dengan perusahaan ecommerce dan fintech di Indonesia seperti Tokopedia, Gojek, Grab, Blibli, OVO, hingga BCA, yang sudah memanfaatkan AI. 

Dalam menjalankan operasinya, semua perusahaan yang disebut bisa dianggap sudah menggunakan AI untuk analisis big data, optimalisasi user experience di aplikasi, dan otomatisasi transaksi keuangan dengan menggunakan sistem QR. Selain itu, SMS bot, chat, dan email marketing yang biasa kamu terima secara otomatis pun sebenarnya merupakan penerapan dari AI. 

Sementara di pemerintahan, wacana pemanfaan AI sudah didengungkan oleh Presiden Jokowi sejak 2019 silam. Pasalnya, AI dianggap bisa menjadi solusi untuk efisiensi birokrasi dan pemberantasan korupsi di mana AI akan dipergunakan untuk mendeteksi pencucian uang. Kebijakan Sistem Pemerintahan Bebasis Elektronik (SPBE) dan Smart City bisa jadi merupakan langkah awal penerapan AI di bidang pemerintah tersebut.

Penerapan AI di Indonesia memang belum maksimal. Meski begitu, ini bukan berarti Indonesia telat mengadopsi teknologi canggih tersebut. Selain terkait skeptisisme yang masih melekat di atas, Tech In Asia menyebut masalah utama penerapan AI di Indonesia adalah ketersediaan SDM. Dengan kata lain, Indonesia kekurangan tenaga ahli di bidang ini. Wah, kesempatan emas nih. Ada yang tertarik, Kompasianers?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gadget Selengkapnya
Lihat Gadget Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun