Negara Indonesia yang sudah hampir 8 dekade ini merdeka dalam perjalanannya ternyata masih bergantung pada beras sebagai bahan pangan utama bagi sebagian besar masyarakatnya. Sebagai entitas negara dengan jumlah penduduk terbesar ke 4 di dunia, konsumsi beras untuk konsumsi harian dalam negeri terus meningkat sepanjang waktu diiringi dengan pertumbuhan manusianya.Â
Komoditas Beras mudah ditanam di berbagai wilayah Indonesia dan menjadikan komoditas tersebut mudah didapat. Ketergantungan itu timbul akibat  dari budaya dan pola makan orang-orang di Indonesia. Namun, ketergantungan pada konsumsi komoditas beras juga menghadapi tantangan tersendiri bagi negara Indonesia, seperti ketidakstabilan hasil panen yang dipengaruhi oleh iklim, cuaca dan faktor lain.
Meskipun negara Indonesia memiliki lahan pertanian yang sangat luas, dalam kenyataannya kita masih mengimpor beras dari luar negeri. Hal ini terjadi karena salah satunya adalah hasil panen yang tidak stabil akibat iklim dan cuaca yang sering berubah serta terbatasnya infrastruktur yang tersebar diseluruh wilayah Indonesia, hal ini menghambat skema produksi dalam negeri.Â
Karena itu, prosedur impor komoditi bahan pokok terutama beras masih diperlukan untuk memastikan pasokan beras dalam negeri aman dan harga beras yang ada di pasar domestik juga stabil.
Namun tahukah kalian ? Bahwa dengan adanya ketergantungan dalam upaya impor beras memberikan negara kita dampak secara langsung maupun tidak langsung. Salah satunya adalah bahwa negara kita menjadi rentan terhadap fluktuasi harga pangan global. Apa dampaknya ?Â
Apabila konsumsi beras Impor kita sudah cukup tinggi, maka harga komoditi beras bisa menjadi naik turun tergantung kondisi global dan dapat mengakibatkan kondisi inflasi dalam negeri.Â
Selain itu, ketergantungan impor beras juga dapat mengganggu kondisi perdagangan domestik sehingga mempengaruhi stabilitas ekonomi lokal maupun nasional apalagi di sektor pertanian. Oleh karenanya, peningkatan produksi pangan lokal adalah hal yang harus diperhatikan bukan cuma pemerintah tetapi juga bagi seluruh elemen masyarakat untuk menciptakan ketahanan pangan yang lebih baik.
Pasti muncul pertanyaan kenapa harus seluruh elemen masyarakat ? bukankah hal seperti itu hanya urusan petani dan pemerintah? Eits saya akan coba berbicara bahwa negara kita memiliki potensi besar dalam memanfaatkan konsumsi makanan lokal diluar komoditas beras sebagai makanan utama seperti jagung, ubi, sagu, dan ketela. Ini adalah solusi alternatif untuk meningkatkan ketahanan pangan secara menyeluruh.Â
Produksi pangan lokal menurut bebrapa pakar pertanian memiliki ketahanan terhadap perubahan iklim dan memiliki kandungan gizi yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Seperti contoh, Pohon sagu di Papua sudah lama dijadikan makanan utama yang kaya akan karbohidrat dan dapat tumbuh di lahan yang kurang subur.Â