Desa Banyumudal merupakan salah satu desa dari 10 desa di Kecamatan Moga, Kabubapetn Pemalang. Desa Banyumudal merupakan desa terluas di Kecamatan Moga dengan luas wilayah 915 ha. Jarak ke ibu kota kecamatan terdekat adalah 5 km dengan lama jarak tempuh 15 Menit. Sedangkan jarak ke ibu kota kabupaten adalah 40 km dengan lama jarak tempuh 2 jam. dengan jumlah penduduk pada tahun 2021 sebanyak 17.878. Batas wilayah Desa Banyumudal Sebelah Utara, Desa Moga Kecamatan Moga. Sebelah Selatan, Desa Pulosari Kecamatan Pulosari. Sebelah Barat, Desa Sima Kecamatan Moga. Sebelah Timur, Desa Bulakan Kecamatan Belik. Setiap daerah memiliki sejarah dan latar belakang yang merupakan pencerminan dari karakter dan ciri khas dari daerah tersebut. Sejarah desa seringkali tertuang dalam dongeng-dongeng dari mulut ke mulut. Desa Banyumudal juga memiliki kisah yang melatarbelakangi berdirinya Desa Banyumudal.
Desa Banyumudal memiliki 5 dusun, 10 RW dan 83 RT. 5 dusun tersebut yaitu Krajan Barat, Krajan Timur, Sikucing, Simadu, dan Tumanggal. Berdasarkan data administrasi pemerintahan Desa Banyumudal tahun 2021, jumlah penduduk di Desa Banyumudal terdiri dari 4445 KK dengan jumlah total 15.161 jiwa, dengan rincian jenis kelamin laki-laki sebanyak 7.498 orang dan perempuan sebanyak 7.663 orang. Oleh karena itu, Desa Banyumudal memiliki potensi desa wisata yang cukup besar. Orbitasi Desa Banyumudal terletak di Ibukota Kecamatan Moga, 45 kilometer dari Ibukota Kabupaten Pemalang. Rute menuju Desa Banyumudal dapat dilalui dengan menggunakan sepeda motor, mobil, maupun bus pariwisata. Dengan waktu tempuh sekitar 40 menit dari ibukota Kabupaten Pemalang. Apabila kita memasuki Desa Bayumudal dari arah utara, maka kita akan langsung berjumpa dengan Terminal, Pasar dan Hotel/Penginapan yang terletak di Dusun Krajan Barat. Terminal Moga sudah sudah menyediakan trasnsportasi darat langsung baik antar desa, kecamatan, kabupaten, bahkan antar kota dalam provinsi. Apabila kita memasuki Desa Banyumudal dari arah Selatan, maka kita akan langsung disambut dengan hamparan kebun teh hijau nan asri.
Zaman dahulu ada sebuah tempat yang jauh dari pusat kota Pemalang. Di sana ada seorang wanita yang cantik dan baik hatinya bernama Rara Juminten. Rara Juminten selain baik hati dia juga santun dan suka menolong. Dia punya kelebihan, dia serba kecukupan dan tak pernah kekurangan air walaupun musim kemarau panjang. Pada suatu hari, datanglah beberapa warga desa ke tempat Rara Juminten. Dengan senang hati rara Juminten menerima kedatangan mereka. Seorang diantara mereka berkata, "Selamat siang Rara Juminten, tolong bantulah kami, pada musim kemarau seperti ini kami selalu kekurangan air bahkan akhirnya panen kami gagal karena kekeringan".
"Oh ya saudara-saudara, baiklah saya akan mencoba, namun saya tidak menjanjikan, manusia boleh berusaha, namun hanya Tuhan yang menentukan," kata Rara Juminten.
Kemudian Rara Juminten bersemedi selama 3 hari, dalam semedinya ia bertemu dengan Dewi Rantam Sari dan mengatakan, "Warga desa bisa memperoleh air dengan 3 syarat yaitu, dengan mengorbankan jejaka muda, menyediakan rujak polo, dan mengorbankan gadis yang masih suci." Â Namun Rara Juminten menawarnya, "Bolehkah syarat itu kami ganti dengan kepala kerbau, bubur sum-sum, dan ayam yang masih dara".
"Ya, baiklah, laksanakan pada tempat yang telah ditentukan, dan jangan lupa sediakan minuman berupa kopi, teh, air kelapa, juga rokok serta kemenyan," kata Dewi Rantam Sari.
Lalu Rara Juminten dan warga mempersiapkan. Rara Juminten berkata "Kami mohon bapak-bapak membuat bambu yang runcing untuk menggranggang,".
"Baik Rara," kata mereka.
"Silahkan warga yang lain membawa perlengkapan sesaji dan mengikuti saya," kata Rara Juminten.
Mereka menuju ke suatu tempat dan memendam kepala kerbau lalu menancapi bambu di sekeliling sesaji. Setelah selesai, salah seorang dari mereka berkata, "Mari kita tinggalkan tempat ini," Rara Juminten hanya berdiam diri dan berharap supaya ada air yang muncul.
Rara Juminten dan warga mempersiapkan. Rara Juminten berkata "Kami mohon bapak-bapak membuat bambu yang runcing untuk menggranggang,".
"Baik Rara," kata mereka.
"Silahkan warga yang lain membawa perlengkapan sesaji dan mengikuti saya," kata Rara Juminten.
Mereka menuju ke suatu tempat dan memendam kepala kerbau lalu menancapi bambu di sekeliling sesaji. Setelah selesai, salah seorang dari mereka berkata, "Mari kita tinggalkan tempat ini," Rara Juminten hanya berdiam diri dan berharap supaya ada air yang muncul.
       Perlahan-lahan sumber air keluar dari tempat sesaji tadi dan semakin banyak. Melihat ada aliran air yang semakin deras, ada seorang warga yang langsung berlari kearah tempat sesaji " Wah ada air. Hey kemarilah disini banyak sekali air yang keluar!! Ayo cepatlah kalian semua kesini dan melihat ini semua!!".
Kemudian warga desa yang mendengar teriakan bahwa ada air yang banyak mereka langsung pergi ke tempat sesaji.
"Wah benar ada udara!! kita tidak akan mengalami kekeringan lagi. Terimakasih Rara, kau telah membantu kami semua, tanpa bantuanmu air ini tidak akan muncul. Kami semua sangat berterimakasih padamu Rara Juminten," kata seorang warga.
"Saudara-saudaraku, ini semua berkat Tuhan. Kita harus bersyukur atas semua kejadian ini pada Tuhan, berkatNya lah air ini bisa muncul disini," kata Rara.
"Baik, baik, terima kasih atas nasehatmu Rara Juminten," kata salah seorang warga.
air tadi mengalir kemana-mana dan sepanjang tempat mengalirnya air tersebut membentuk sebuah sungai dan warga menyebutnya Sungai Granggang, sungai itu ternyata mengalir semakin ke utara hingga sampai pada tempat wisata yang bernama Cempaka Wulung.
Dan orang Jawa yang melihat air yang memancar dari tempat sesaji tadi menyebutnya mudal-mudal, maka oleh warga daerah itu dinamai Banyumudal, atau dalam Bahasa Indonesia berarti air yang memancar, Â yang kini desa ini berada di Kabupaten Pemalang tepatnya di Kecamatan Moga.
Demikian cerita rakyat dari Pemalang terkait dongeng asal-usul desa banyumudal di kecamatan Moga. Dan dari cerita tadi dapat kita petik sisi positifnya yaitu, siapapun diri kita walaupun kaya, cantik, dan berkecukupan, selagi kita mampu untuk menolong orang lain dan berbuat baik, maka harus kita lakukan. Sebab akan menghasilkan buah baik bagi orang lain dan diri kita sendiri.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H