Mohon tunggu...
Nurlaely Miradina
Nurlaely Miradina Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Pamulang

Konten kreator

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Dewi Lanjar Legenda Desa Banyumudal

3 Juli 2023   21:10 Diperbarui: 3 Juli 2023   21:22 490
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Dewi Lanjar

Legenda Desa Banyumudal

Zaman dahulu kala ada sebuah tempat yang jauh dari keramaian kota Pemalang. Di situ ada seorang wanita yang cantik parasnya dan baik hatinya bernama Rara Juminten atau penduduk sekitar biasa memanggilnya Nyi Djumintar, yang merupakan istri dari seorang pertapa. 

Nyi Djumintar selain baik hati juga santun dan suka menolong. Dia punya kelebihan, yaitu serba kecukupan dan tak pernah kekurangan air walaupun musim kemarau panjang.

Pada suatu hari, datanglah beberapa warga desa ke tempat Nyi Djumintar. Dengan senang hati Nyi Djumintar menerima kedatangan mereka.

Seorang diantara mereka berkata, "Selamat siang Nyi Djumintar, tolong bantulah kami, pada musim kemarau seperti ini kami selalu kekurangan air bahkan akhirnya panen kami gagal karena kekeringan". 

"Oh ya saudara-saudara, baiklah saya akan mencoba, namun saya tidak menjanjikan, manusia boleh berusaha, namun hanya Tuhan yang menentukan," kata Nyi Djumintar.

Kemudian Nyi Djumintar bersemedi selama 3 hari, dalam semedinya ia bertemu dengan Dewi Rantam Sari dan mengatakan, "Warga desa bisa memperoleh air dengan 3 syarat yaitu, dengan mengorbankan jejaka muda, menyediakan rujak polo, dan mengorbankan gadis yang masih suci." 

Namun Nyi Djumintar menawarnya, "Bolehkah syarat itu kami ganti dengan kepala kerbau, bubur sum-sum, dan ayam yang masih dara". 

"Ya, baiklah, laksanakan pada tempat yang telah ditentukan, dan jangan lupa sediakan minuman berupa kopi, teh, air kelapa, juga rokok serta kemenyan," kata Dewi Rantam Sari.

Lalu Nyi Djumintar dan warga mempersiapkan. Nyi Djumintar berkata "Kami mohon bapak-bapak membuat bambu yang runcing untuk menggranggang,". 

"Baik nyi," kata mereka. 

"Silahkan warga yang lain membawa perlengkapan sesaji dan mengikuti saya," Nyi Djumintar Mereka menuju ke suatu tempat dan memendam kepala kerbau lalu menancapi bambu di sekeliling sesaji. Setelah selesai, salah seorang dari mereka berkata, "Mari kita tinggalkan tempat ini," Nyi Djumintar hanya berdiam diri dan berharap supaya ada air yang muncul.

Perlahan-lahan sumber air keluar dari tempat sesaji tadi dan semakin banyak. Melihat ada aliran air yang semakin deras, ada seorang warga yang langsung berlari kearah tempat sesaji " Wah ada air. Hey kemarilah disini banyak sekali air yang keluar!! Ayo cepatlah kalian semua kesini dan melihat ini semua!!". 

Kemudian warga desa yang mendengar teriakan bahwa ada air yang banyak mereka langsung pergi ketempat sesaji.

"Wah benar ada air!! kita tidak akan kekeringan lagi. Terimakasih nyi, kau telah membantu kami semua, tanpa bantuanmu air ini tidak akan muncul. Kami semua sangat berterimakasih padamu Nyi Djumintar," kata seorang warga.

"Saudara-saudaraku, ini semua berkat Tuhan. Kita harus bersyukur atas semua kejadian ini pada Tuhan, berkatNya lah air ini bisa muncul disini," kata Nyi Djumintar. 

"Baik, baik, terima kasih atas nasehatmu Nyi Djumintar," kata salah seorang warga.

Ternyata air tadi mengalir kemana-mana dan sepanjang tempat mengalirnya air tersebut membentuk sebuah sungai dan warga menyebutnya Sungai Granggang, sungai itu ternyata mengalir semakin ke utara hingga sampai pada tempat yang bernama Cempaka Wulung. 

Dan orang Jawa yang melihat air yang memancar dari tempat sesaji tadi menyebutnya mudal-mudal, maka oleh warga daerah itu dinamai Banyumudal, yang berada di Kabupaten Pemalang tepatnya di Kecamatan Moga.

Dan sumber air serta sungai itu masih digunakn untuk mandi dan keperluan warga setempat hingga kini, namun ada kepercayaan yang masih diyakini hingga kini yaitu jika seseorang mandi di sungai itu, pulang nya dilarang memakai kemben dan baju berwarna hijau pupus tau hijau muda dengan rambut terurai. Karna konon katanya hal itu akan menyerupai "Dewi Lanjar" yang merupakan penghuni Candi Sirawa Cempaka Wulung.

Dusun tumanggal adalah Dusun pertama / tertua juga sebagai petilasan wali 9 (songo) konon ada seorang wali 9 (songo) yang berdiam disitu yang hendak pergi ke gunung jati (Cirebon ). Dan pada saat hari yang tepat itu beliau meninggalkan untuk melanjutkan perjalananya menuju gunung jati. Ada sebuah candi yang oleh penduduk sekitar yaitu dinamai CANDI SIRAWA kata tumanggal berarti tuminggal atau meninggalkan konon wali tersebut menanggalkan pakaianya di tempat tersebut.

Cempaka wulung merupakan Dusun berikutnya, disekitar cempaka wulung ada sebuah candi yang juga di keramatkan oleh warga Desa Banyumudal warga menamai candi tersebut yaitu candi SABDA JAYA. Konon dahulu ada orang / prajurit dari solo yang sakit dan meninggal sehingga dimakamkan di sekitar situ, dahulu orang tersebut pernah mengeluarkan kesaktian yaitu naik kepohon dengan posisi kaki diatas dan kepala dibawah serta dengan memejamkan mata sehingga orang tersebut dijuluki SABDA JAYA KETHEK MEREM.

Cempaka wulung juga ada satu candi lagi yang dikeramatkan yaitu candi CEMPAKA WULUNG konon yang bersemayam di situ adalah bernama BRAJA MUSTI dan NINI KENCANA WUNGU.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun