Mohon tunggu...
Nurlaely Miradina
Nurlaely Miradina Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Pamulang

Konten kreator

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Makna Sastra Untuk Kita

1 Desember 2022   08:57 Diperbarui: 1 Desember 2022   09:17 257
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Bangsa Indonesia kaya akan berbagai hasil karya sastra, seperti puisi, prosa dan drama. Kata sastra terbentuk dari bahasa sansekerta = susastra, yaitu su yang artinya indah, baik. Sas artinya aturan atau nasihat, atau agama, dan tra artinya alat.

Jadi sastra berarti alat untuk menyampaikan aturan, ajaran, nasihat, atau agama dengan menggunakan bahasa atau hal-hal yang indah dan baik. Keindahan hasil karya sastra itu ditentukan oleh isi yang terkandung dalam karangan atau bahasa yang dipergunakan oleh sang penyair (dalam puisi) atau sang penulis (dalam prosa dan drama).

Hasil-hasil karya sastra adalah puisi, prosa, dan drama. Puisi adalah hasil karya sastra berupa karangan terikat. Sebuah puisi diikat oleh bait-bait yang tersusun dari baris-baris berupa kalimat yang mampu membangkitkan tanggapan khusus lewat bunyi, irama, dan makna khusus. Dengan banyak membaca dan mempelajari puisi, kita dapat menikmati keindahan bahasa yang tertuang dalam puisi sehingga akan melatih kepekaan nilai rasa. Sedangkan prosa adalah karangan bebas. Dengan membaca karya sastra prosa seperti cerpen, novel atau esai, akan melatih daya pemahaman kita terhadap isi cerita karena bahasa prosa dekat dengan bahasa sehari-hari. Sedangkan drama adalah karangan yang dipentaskan.

Penggambaran kehidupan dalam drama melalui peran dan dialog (cakapan) para tokoh. Dengan menyaksikan pementasan sebuah drama, dapat melatih kita dalam berakting atau bermain peran seperti gambaran situasi dalam cerita yang dipentaskan.

Menurut Rahmanto (1998:16) ada empat manfaat belajar sastra, yaitu:

1. Membantu Keterampilan Berbahasa

Meliputi: kemampuan menyimak pembacaan karya sastra, kemampuan berbicara dengan bermain peran atau menanggapi isi cerita, kemampuan membaca melalui kegiatan membaca puisi dan cerpen, dan kemampuan menulis puisi dan cerpen serta karya sastra lainnya.

2. Meningkatkan Pengetahuan Budaya

Sastra adalah bagian dari kebudayaan. Sebuah karya sastra memuat unsur-unsur kebudayaan, sehingga dapat mengetahui budaya suatu masyarakat.

3. Mengembangkan Cipta dan Rasa

Mengembangkan cipta dan rasa yang berkaitan dengan kecakapan yang bersifat indra, penalaran, afektif , sosial dan religius. Sekaligus mengembangkan kepekaan rasa dan emosi.

4. Menunjang Pembentukan Watak atau Karakter

Dengan belajar memahami berbagai karakter tokoh cerita. Kita dapat menentukan karakter baik dan buruk. Dan mendayagunakan pengetahuan, memperkaya rohani, menjadi manusia yang berbudaya dan belajar mengungkapkan sesuatu dengan baik.

Keempat manfaat yang diuraikan di atas merupakan dasar dalam memperoleh karakter yang memiliki kecerdasan melalui keindahan berbagai karya sastra.

Karya sastra jika dibandingkan dengan karya tulis yang lain, memiliki berbagai ciri keunggulan yaitu keorisinalan (keaslian), keartistikan (nilai seni), serta keindahan alam, isi dan ungkapannya. Selain itu juga, dalam memahami karya sastra akan menemukan tiga aspek, yaitu keindahan, kejujuran, dan kebenaran.

Keindahan dalam bentuk yang ditampilkan dalam sastra, kejujuran dalam ungkapan yang ditunjukkan dalam sastra, dan kebenaran terhadap isi yang dipahami dalam sastra.

Meskipun sastra dekat dengan keindahan, namun sastra memiliki manfaat. Penyair kuno, Horatius merumuskan manfaat sastra dengan ungkapan yang padat, yaitu dulce dan et utile yang artinya "menyenangkan dan bermanfaat".

Menyenangkan dapat diartikan dengan aspek hiburan yang diberikan sastra, sedangkan bermanfaat dapat dihubungkan dengan pengalaman hidup yang ditawarkan sastra. Dari ungkapan tersebut akan timbul pertanyaan yaitu "Hiburan apakah yang ditawarkan sastra?" Jawabannya, sastra antara lain menawarkan humor.

Sastra dan Kecerdasan Emosional 

Bahasa dan sastra merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Sastra merupakan satu bentuk karya seni yang menggunakan bahasa sebagai sarana (media) penyampaiannya. Bahasa digunakan sastrawan sebagai media untuk menyampaikan ide atau gagasannya kepada masyarakat luas. Bahasa menjadi "jembatan" yang menghubungkan sastrawan dengan khalayak. Melalui sastra, penulis (pengarang) mengeluarkan potensi-potensi bahasa untuk menyampaikan gagasannya untuk tujuan tertentu. Dengan demikian, bahasa merupakan unsur penting bagi sastra atau bisa dikatakan sebagai bahan pokok karya sastra.

Mengingat bahasa menjadi bahan utama sastra, maka untuk memahami karya sastra penguasaan bahasa mutlak diperlukan. Hal ini karena sastra sering kali tidak menyatakan maksud secara langsung, tetapi melalui kiasan-kiasan, simbol-simbol, atau pun lambang-lambang. Bahasa dalam sastra tidak dapat diterjemahkan secara apa adanya.

 Misalnya, untuk mengatakan aku rindu sekali seorang pengarang akan mengungkapnya dengan api rindu ini terus menyala, rindu ini terus menyapa, dan sebagainya. 

Untuk memahami bahasa yang digunakan pengarang tersebut tentu harus memiliki pengetahuan mengenai gaya bahasa.
Demikian pula ketika akan menulis karya sastra. Untuk menulis sastra, seseorang harus memiliki penguasaan bahasa yang baik. Mulai dari penguasaan kosa kata (diksi), pemakaian gaya bahasa, penyusunan kalimat, pengembangan
paragraf, dan sebagainya. Bisa dipastikan, seseorang yang tidak memiliki penguasaan bahasa yang bagus, tentu tidak dapat menghasilkan karya sastra yang berkualitas. Bagaimana seseorang akan mampu mendeskripsikan seorang tokoh dalam prosa dengan baik sementara ia tidak memiliki pengetahuan mengenai
karakteristik paragraf deskripsi?
Di sisi lain, bahasa juga memanfaatkan sastra untuk mengembangkan dirinya.
Hal ini lantaran bahasa dalam karya sastra seringkali memiliki makna tersirat di
balik makna yang sesungguhnya. Dalam sastra, bahasa sering kali menjadi lebih
kaya. Oleh karena itu, seseorang yang sering membaca karya sastra akan memiliki kekayaan bahasa bahkan juga kekayaan berbahasa. Melihat kekayaan bahasa dalam sastra, seseorang dapat memanfaatkan sastra untuk belajar bahasa. 

Misalnya, melalui prosa seseorang dapat belajar tentang paragraf deskripsi karena dalam sastra pengarang sering menggunakan deskripsi untuk menggambarkan tokoh atau pun latar. Melalui puisi, seseorang juga dapat belajar beragam majas, dan sebagainya.
Berdasarkan uraian di atas, bahwa dalam mempelajari sastra tidak akan terlepas
dari bahasa, dan sastra pun dapat digunakan sebagai sarana belajar bahasa.
Selain itu juga, makna sastra begitu luas. Bukan hanya yang sudah terurai di atas
saja, melainkan belajar sastra pun mampu mengasah ragam kecerdasan. Kecerdasan
timbul karena kita mampu memanfaatkan dan memperkaya waktu dan wawasan.
Salah satu hal yang mampu membangkitkan kecerdasan kita dalam bersastra ialah dengan membaca, terutama membaca karya-karya sastra orang lain. Seperti yang diungkapkan Taufik Ismail bahwa Kecintaan membaca buku dalam bidang apapun, secara awal ditumbuhkan melalui kecintaan membaca karya sastra. Sastra memang kaya
akan ide/gagasan, sastra dekat dengan situasi dan kondisi siapapun dan di mana
pun kita berada.
Belajar sastra mampu mengasah ragam kecerdasan. Terdapat tiga kecerdasan
yang bermanfaat dan bermakna dalam sastra, yaitu kecerdasan emosional,
kecerdasan kreatif, dan kecerdasan intrapersonal & natural. 

Kecerdasan Emosional 
yaitu kecerdasan dalam memahami dan mengelola emosi yang ada di dalam diri.
Terdapat 5 aspek yang membangun kecerdasan emosi, yaitu 

1. Memahami emosiemosi sendiri

2. Mampu mengendalikan emosi-emosi sendiri

3. Memotivasi diri sendiri

4. Memahami emosi-emosi orang lain

5. Mampu membina hubungan
sosial. 

Kecerdasan emosional akan terasah apabila membaca karya sastra yang
mengandung unsur intrinsik dan ekstrinsik, begitu pun dengan mengenali alur cerita, konflik-konflik, dan karakter para tokoh yang ada di dalamnya.
Kecerdasan kreatif yaitu kecerdasaan yang timbul melalui cara berpikir atau
imajinasi. Imajinasi akan timbul apabila sebelumnya kita membaca kemudian memiliki keinginan untuk mengalihkannya ke dalam tulisan. Membaca karya fiksi 
mampu membangkitkan imajinasi karena memerlukan pembacaan yang mendalam dan berulang berbeda dengan karya nonfiksi. Hal tersebut akan mengasah cara berpikir kita semisal memahami puisi atau cerpen yang terdapat kata-kata simbolik, petunjuk-petunjuk yang samar, dan pesan yang tersembunyi. Dengan demikian kecerdasarn kreatif dalam diri kita mampu ditumbuhkembangkan selama memiliki keinginan dalam membaca dan menulis.

Selanjutnya Kecerdasan Intrapersonal & Natural, yaitu kecerdasan yang berasal dari dalam diri dan di luar diri. Karya sastra bisa bersumber dari dalam diri yaitu melalui perenungan. Merenungi kejadian atau peristiwa yang telah berlalu merupakan salah satu cara dalam memperoleh idea tau gagasan. Intrapersonal merupakan kecerdasan yang mampu berkomunikasi dengan diri sendiri. Selain itu, sumber karya sastra bisa dari luar diri yaitu lingkungan sekitar atau alam. Ide-ide yang imajinatif biasanya kita dapatkan dari alam sekitar, bisa dari rumput-rumput hijau, pegunungan, hutan, sungai, laut, dan lain-lain. Semakin dekat dengan alam sekitar, maka semakin meningkat pula kecerdasan intrapersonal & natural yang ada di dalam diri kita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun