Mohon tunggu...
Indri Hapsari
Indri Hapsari Mohon Tunggu... Pengajar -

Perangkai aksara dalam ruang 3 x 3

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Drama Kehidupan

17 Desember 2013   18:57 Diperbarui: 24 Juni 2015   03:49 30
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Rudi dan Mawar tengah bersitatap. Diam. Angin melenguhi asap dari rokok Rudi, seakan ingin mencuri tahu isi pikiran mereka.

"Gugurkan saja!"

"Nggak bisa, Mas! Aku nggak mau!"

Rudi mengeluh. Satu persatu pikiran jahat berpiuh dalam lingkaran sarafnya. "Kamu tahu, kan, aku bukan tipe orang yang mudah merubah keputusan?"

Tekanan suara Rudi semakin menekan nurani Mawar. Giginya gemeretak menahan tangis. Jari-jarinya terpaut.

"Besok aku kirim uang ke rekeningmu. Segera gugurkan atau kamu mati!"

Rudi melengos pergi tanpa menyentuh kopi hitamnya. Meninggalkan Mawar yang menangis, dilingkupi wangi tembakau.

***

"Mbak Mawar!"

Mawar menoleh pada suara yang memanggilnya. Riska, berlari kecil mendekati Mawar. Stiletto merah melekat anggun di kakinya.

"Mbak, gimana penampilanku?"

"Em... Excellent! Tapi, bukan cuma itu yang penting..."

"Tenang, Mbak. Aku udah latihan, menjauhi gorengan, dan minuman dingin." seulas senyum nangkring di bibir Riska.

"Bagus kalo gitu. Mbak ke atas dulu, kamu siap-siap, bentar lagi kamu yang dipanggil."

Dalam hatinya, Mawar tak tenang. Tapi, airmatanya tersimpan rapi di kelenjar. Hidup ini drama, batinnya.

***

Tiga juri berbisik setelah penampilan memukau peserta tercantik.

"Suaranya bagus,"

"Goyangannya juga,"

"Aku tahu, tapi ingat, kita sudah diberi uang." Mawar meningatkan rekannya.

"Riska, suara kamu bagus, tapi artikulasi nadanya kurang tepat. Jadi, kami sepakat untuk..." Mic berdenging. Napas para pendukung Riska, tertahan.

"Memulangkan kamu ke rumah..."

Riska lemas. Dalam kecewanya, Riska melihat Rudi - sponsor kontes dangdut. Lelaki paruh baya yang cintanya ia tolak, dua hari lalu.

Tubuh Mawar gemetar, di matanya terpantul seringai Rudi. Lelaki yang siap memecatnya jika ia tidak menuruti perintah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun