Mohon tunggu...
Ell Mintorogo
Ell Mintorogo Mohon Tunggu... wiraswasta -

Black coffe, traveling, nulis, berburu, membual, kerja keras, suka kejutan, dan penyuka kesunyian

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Akhir

27 Agustus 2016   08:54 Diperbarui: 27 Agustus 2016   09:01 32
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Kudekap sepi

 Yang merayu menggingatimu

Hatiku jatuh

Bagai daun yang dirontokkan kemarau

Oh ,,,

Lembut tatapmu

Bangkitkan gairahku yang lama usang

Masihkah ada senyum

Yang bisa menghapus kesal

Dimana kisah menjadi perih oleh air mata

Inikah akhir yang indah

Dari cinta yang kita impikan

Dimana luka menjadi wajah

Yang merajam hari hari

Mendayung pahit dilautan rasa

Sempurna sudah kekalahan

Kaki-kaki kita tak beranjak

Diatas reruntuhan istana yang kita bangun

Hari itu

Tuhan menjadi saksi

Sejarah kata tak bisa dikubur oleh waktu

Seribu keindahan

Menjadi tak berarti

Tenggelam perlahan didasar hati

Kemudian tangan-tangan kita terbang

Menutup pintunya

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun