Pada tahap ini akan disampaikan bagaimana kegiatan mitigasi bencana diimplementasikan di masyarakat target. Dalam hal ini akan disampaikan implementasi kegiatan DAPS untuk mitigasi gempabumi di sekolah dasar.
Kegiatan pertama dilakukan di salah satu SD di kota Pacitan Jawa Timur. Partner adalah bapak Zulfikar dari Universitas Mataram. Kegiatan dilaksanakan selama 3 hari dengan tahapan pelaksanaan sebagai berikut:
1. Kegiatan bersama para Bapak dan Ibu Guru.
2. Kegiatan praktek dengan para siswa
3. Kegiatan praktek P3K
Kegiatan hari pertama, dilakukan dengan perkenalan lebih dahulu. Kami berdua tidak berkenalan sendiri namun mengenalkan temannya. Hal ini mengandung filosofi bahwa baik buruknya kita biarlah itu orang lain yang mengatakan. Acara dilanjutkan dengan mengenal pengertian bencana. Bencana sebenarya merupakan fenomena alam namun menimbulkan korban. Jadi bila terjadi fenomena alam dan tidak terjadi korban maka peristiwa itu belum bisa disebut sebagai bencana. Salah satu bahan diskusi yang menarik adalah identifikasi bencana yang berpotensi terjadi di daerah sekolah tersebut, karena tujuan dari kegiatan ini adalah membantu para guru menyelamatkan anak didik ketika terjadi bencana pada jam sekolah.Bagaimanapun pada jam sekolah para siswa adalah menjadi tanggungjawab para guru. Metode kegiatan lebih didominasi dengan diskusi dan bertukar pengalaman tentang peristiwa gempabumi yang dimiliki para guru. Mengenali karakter gempabumi, datangnya, kekuatannya, durasinya, dan daerah terjadinya. Pada tahap berikutnya adalah menyaksikan video tindakan penyelamatan ketika terjadi gempabumi pada jam sekolah kemudian mendiskusikan kelebihan dan kekurangan metode dan prosedur standar yang dikenalkan melalui video. Dari sini diperoleh kesepakatan mengenai tempat berlindung di dalam kelas ketika terjadi gempa dan daftar peralatan dan rehabilitasi gedung sekolah yang diperlukan agar para guru mudah dalam melakukan tindakan penyelamatan. Hasil inventarisasi kesepakatan pada pelatihan hari pertama adalah:
1. mengganti bangku yang sudah rusak dengan yang baru\
2. menyiapkan tempat evakuasi untuk para siswa diluar kelas
3. menyiapkan tanda bahaya yang disepakati yaitu sirine  dan kentongan untuk antisipasi bila listrik padam
4. memperbaiki atap sekolah yang dinilai rawan roboh bila terjadi gempa
5. menyiapkan peralatan P3K
Pada hari kedua diadakan simuasi dengan para siswa oleh para guru dipandu konsultann. Pada kegiatan ini para siswa dikenalkan dengan gempabumi, tindakan penyelamatan pada saat terjadi gempabumi dan karakter gempabumi. Simulasi dilakukan sebanyak dua kali untuk lebih memahamkan para siswa dan memunculkan tindakan reflek yang benar ketika benar-benar terjadi gempabumi. Pertama-tama para siswa mengikuti kegiatan belajar biasa sampai kemudian ada tanda bahaya bahwa telah terjadi gempabumi. Mereka diminta untuk berlindung di bawah meja masing-masing selama terjadi gempa dan melindungi bagian vital (kepala) agar terhndar dari benturan. Kemudian setelah "gempabumi reda" Â para siswa diminta keluar dengan cara berurutan dan cepat tapi tidak berlari menuju tempat evakuasi sementara yang telah disepakati. Para siswa sangat antusias dan menyelesaikan sesi latihan ini dengan baik. Mereka juga berjanji untuk memberitahukan ini kepada orang tua dan keluarga masing-masing untuk melakukan tindakan yang sama bila terjadi gempabumi. Selesai latihan diadakan diskusi dengan para siswa dan mereka antusias mengajukan pertanyaan tentang gempabumi seperti yang telah mereka peroleh informasinya melalui televisi dan berita cetak. Kegiatan hari kedua diakhiri dengan doa agar tidak terjadi gempa selama mereka berada di sekolah dan kalau toh terjadi diberi kesalamatan dalam menghadapinya.
Pada hari ketiga dilakukan praktek P3K dengan benar agar memudahkan para tenaga medis melakukan pertolongan lanjutan. Pertama diadakan identifikasi dan inventarisasi kecelakaan dan luka yang sering terjadi pada peristiwa gempabumi. Diperoleh beberapa jenis kecelakaan yaitu luka pendarahan karena menginjak, tergores, dan tertimpa benda tajam, patah tulang baik tangan, kaki, leher, dan luka bakar termasuk bagaimana mengevakuasi korban menuju tempat yang aman. praktek langsung dan diakhiri dengan diskusi.Â
Itulah kegiatan mitigasi bencana gempabumi di sekolah dasar. Banyak masukan terutama mengenai mengapa harus berlindung di bawah meja dan bukan langsung lari keluar kawatir gedungnya roboh. Hal ini kami kembalikan bahwa ketika kita tahu bahwa gempabumi bisa merobohkan gedung, mari gedungnya diperbaiki, meja dan bangkunya diperkuat sehingga bisa menjadi tempat yang aman untuk menyelamatkan anak-anak kita dari menjadi korban akibat gempabumi. Gempabumi sendiri sebesar apapun tidak akan membunuh manusia, yang sering mencelakai manusia adalah akibatnya. Oleh karena itu setelah kita mengenali karakter nya akan memudahkan kita melakukan tindakan penyelamatan yang tepat ketika terjadi gempabumi pada jam sekolah. Mari selamatkan anak-anak kita dari menjadi korban bencana, mereka aset kita di masa depan. Bangsa ini bergantung pada mereka....(bersambung)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H