Mohon tunggu...
Paijo Panduprodjo
Paijo Panduprodjo Mohon Tunggu... Konsultan - jangan bosan untuk berbuat baik

Pernah mengajar di Universitas Jember, pernah menjadi konsultan Proyek SEQIP (Science Education Quality Improvement Project) dan DAPS (Disaster Awareness in Primary School). Peduli pada pengembangan IPA melalui pembelajaran yang berbasis pada fakta dan konsep serta tidak berdasarkan pada hafalan semata. Metode pembelajaran IPA yang berbasis pada NGAJARI dan bukan NGABARI akan lebih membuat anak-anak kita menjadi cerdas dan lebih dekat dengan Tuhan karena dalam setiap pembelajaran IPA konsep apapun selalu bisa menyertakan keagungan Tuhan dalam setiap penyampaiannya.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Seri Pesawat Sederhana: Bidang Miring

15 Oktober 2013   11:54 Diperbarui: 24 Juni 2015   06:31 1607
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Namanya juga pesawat sederhana jadi bekerjanya nyaris tidak menggunakan mesin sama sekali. Itulah yang membedakan antara pesawat dengan pesawat sederhana. Ketika ilmu pengetahuan dan teknologi belum semaju sekarang, maka peran pesawat sederhana dalam membantu manusia dalam melakukan pekerjaan sudah banyak ditemukan. Kali ini kita bersama para siswa akan menguji apakah bidang miring dapat membantu kita dalam memindahkan benda ketempat yang lebih atas. Alat dan bahan yang kita perlukan adalah bidang miring bisa dibuat dari kayu, besi, atau apa saja, neraca pegas, dan  beban yang sudah diketahui beratnya. Pertama kita pastikan terlebih dahulu benda mau dipindah dari mana menuju ke mana, kemudian kita angkat langsung menggunakan neraca pegas untuk mengetahui berapa gaya yang kita perlukan. Perhatikan gambar di bawah ini: [caption id="attachment_272180" align="aligncenter" width="300" caption="Benda Diangkat Langsung"][/caption] Sumber Gambar: Dokumen Pribadi Pada percobaan yang dilakukan, ternyata neraca pegas menunjukkan angka 30 N, artinya gaya yang kita perlukan untuk memindahkan benda ke tempat yang lebih tinggi dengan cara diangkat langsung adalah 30 Newton. Kedua, kita siapkan bidang miring dan kembali benda diletakkan di ujung bidang miring kemudian ditarik ke atas menggunakan neraca pegas. Ternyata gaya yang diperlukan sebesar 25 Newton, artinya gaya yang diperlukan untuk memindahkan benda dengan berat yang sama memerlukan gaya yang lebih kecil. Posisi bidang miring adalah seperti pada gambar di bawah ini: [caption id="attachment_272182" align="aligncenter" width="300" caption="Bidang Miring"]

13818114871413403376
13818114871413403376
[/caption] Sumber Gambar: Dokumentasi Pribadi Pada percobaan ketiga, kita lakukan percobaan dengan mengubah-ubah sudut kemiringan dan jarak antara ujung bidang miring dengan tempat yang akan dituju, kemudian para siswa diminta mengisi Tabel di bawah ini: [caption id="attachment_272186" align="aligncenter" width="441" caption="Tabel Isian Bidang Miring"]
13818123161504347569
13818123161504347569
[/caption] Sumber Gambar: Dokumen Pribadi Hasil yang dicapai oleh para siswa yang kita bagi dalam 5 kelompok memberikan angka yang berbeda-beda, namun mempunyai tren yang sama. Akhirnya kita diskusikan dengan siswa kesimpulan apa yang berkait antara besarnya sudut bidang miring dengan gaya yang diperlukan untuk mengangkat benda, diperoleh kesimpulan bahwa semakin besar sudut bidang miring maka semakin besar gaya yang diperlukan untuk memindahkan benda. Bagaimana hubungan antara jarak dengan besarnya sudut? ternyata semakin kecil sudut bidang miring semakin jauh jarak yang harus kita tempuh namun gaya yang diperlukan kecil. Keputusan akhir diserahkan kepada kita berkaitan dengan besar sudut bidang miring yang akan kita gunakan. Semakin kecil sudut yang digunakan gaya yang diperlukan semakin kecil namun jarak yang ditempuh semakin jauh. Dalam kehidupanpun kita juga selalu dihadapkan pada pilihan dan diserahkan kepada kita sepenuhnya untuk memilih. Harap diperhatikan bahwa setiap pilihan ada resikonya, sehingga sebelum memilih pertimbangkan dulu resiko yang akan dihadapi. Kita sambil belajar ilmu bisa belajar hakekat kehidupan, dan ini yang akan memberikan karakter pada siswa kita untuk selalu mempertimbangkan matang-matang resiko yang akan dihadapi dan setelah keputusan diambil siap juga mengambil resikonya sehingga mereka akan menjadi insan yang bertanggung jawab pada setiap keputusannya. Salam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun