Namun, bangsa kita saat ini dihadapkan dengan musuh yang luar biasa. Bagaikan semut hitam di atas batu hitam di tengah kegelapan malam. Musuh itu tak berwujud dan menyatu dalam kegelapan.
Musuh itu belum juga terkalahkan hingga kini bangsa kita merayakan kemerdekaan. Bangsa kita telah merdeka 75 tahun yang lalu. Selama 75 tahun ini perjalanan bangsa kita tak melulu mulus seperti jalan tol. Ibarat kapal yang sedang berlayar, badai, angin, dan goncangan-goncangan telah kita taklukkan.Â
Dari permasalahan kecil hingga besar tak membuat bangsa kita pecah. Kita masih bersatu padu. Kita masih bangsa Indonesia. Kita masih tetap merdeka. Kalau kita tidak bersatu padu mungkin kita telah tenggelam di laut luas akibat badai, angin, dan goncangan. Bahkan, mungkin kita hanya tinggal nama.Â
Oleh karena itu, perlu kekuatan pamungkas untuk mempertahankan kedaulatan bangsa kita. Kekuatan pamungkas kita hanya satu, yaitu persatuan dan kesatuan seperti tercantum dalam sila 3 Pancasila "Persatuan Indonesia".Â
Bencana di tahun duka ini sudah menjadi badai kesekian kalinya bagi bangsa kita. Seharusnya bangsa kita sudah belajar dari masa lalu bagaimana menghadapi badai dan sudah terbiasa menghadapinya.Â
Bangsa kita hanya perlu meningkatkan keseriusan menghadapi bencana saat ini. Entah bencana atau penjajah tak kasat mata. Dengan penuh keyakinan, pastilah bangsa kita, bangsa Indonesia masih tetap merdeka dan akan tetap merdeka. Apapun musuh, bencana, atau pun penjajah yang dihadapi, bangsa Indonesia tetap merdeka.
Sang Garuda masih membentangkan sayapnya
Bhinneka Tunggal Ika masih menjadi semboyan
Sang Saka Merah Putih masih tetap berkibar
NKRI harga mati!
Pancasila Jaya!