Tahun lalu saya sempat menulis artikel Mudik (antara) Silaturahmi dan Ajang Pamer. Kali ini ijinkan saya menulis apa yang ada di benak saya mengenai REUNI.Â
Kita, kamu dan saya, mungkin sudah tidak asing dengan istilah "REUNI". Temu kangen sesama teman di sekolah atau di kampus. Atau kita juga termasuk yang sering kumpul-kumpul dengan teman-teman sekolah. Mungkin ada beberapa yang setuju dengan REUNI dan ada pula yang tidak setuju. Kalau saya pribadi sich netral-netral saja. Kalau tiap tahun bahkan tiap bulan selalu kumpul-kumpul itu bukan REUNI namanya. Â
REUNI atau Temu Kangen. Apapun nama dan sejenisnya. Jadikan setiap momentumnya lebih sehat dan positif. Yuk, luruskan niat baik tiap kali reuni. REUNI bukan hanya kumpul-kumpul doang, tapi REUNI harus menyehatkan, harus memberi manfaat. Reuni itu bukan ajang pamer, bukan ajang mengumbar kesombongan juga bukan untuk bikin sakit teman. Atau bikin trauma sehingga tidak mau lagi datang ke reuni. Â ps: Saya yang tidak pernah datang reuni , bukan karena saya trauma atau sakit hati lo.... :)
REUNI adalah bertemu kembali dengan kawan-kawan masa lalu, kepingan memory akan mereka terlanjur melekat di permukaan ingatan, sayangnya, yang terjadi hari ini, bukan lagi  sepuluh atau dua puluh tahun silam. waktu telah merubah banyak hal. Biasanya, moment lebaran Idul Fitri banyak dimanfaatkan untuk REUNI, entah itu REUNI teman SD, SMP,SMA, Kuliah, teman kerja sampai reuni mantan kali ya... :)
Menurut Prof. Ganesha, ahli jantung RS Harapan Kita, (biar keren dikit ngutip pendapat dari orang-orang terkenal) REUNI, apapun istilahnya adalah suatu upaya. Upaya mempertemukan kembali yang dulu pernah bersama, upaya mencari eksistensi diri yang mulai pupus dari memori karena di makan usia. Bahkan Richard Paul Evans dalam bukunya Lost December menulis "The sweetness of reunion is the joy of heaven". Menurut Dr. Priguna Sidharta, REUNI selain untuk memutar longterm memori di hipocampus, juga untuk memperbaiki fungsi nucleus accumbens, bagian otak yang mengurus kesenangan. Dan kita perlu tahu, memutar kembali memori adalah satu upaya mencegah penyakit alzheimer yang memang satu saat kelak akan menghampiri tiap orang, cepat atau lambat.
REUNI merupakan sarana untuk melihat kembali diri kita beberapa tahun ke belakang. Dengan melihat masa lalu, seseorang akan mengerti bahwa kehidupan yang dia jalani selama ini merupakan suatu hal yang sangat penting. Setiap orang melalui kenangannya pasti akan membuat monumen-monumen dirinya agar dapat selalu mengingat bahwa dia itu berkembang. Tapi yang perlu diingat, yang terjadi adalah hari ini, bukan lagi sepuluh atau dua puluh tahun silam. Waktu telah merubah banyak hal. Â Wajar bila mungkin kita ini penasaran dengan kehidupan sahabat dimasa silam? dimana sekarang dia bermukim? berapa anaknya? siapa suaminya? secemerlang apa karirnya? sebanyak apa hartanya? sesukses apa duniawinya? TAPI... redam jauh jauh rasa penasaran itu, jangan kobarkan rasa kepo dalam frekuensi yang berlebihan. Cukuplah undangan REUNI hanya sebagai REUNI, ajang menautkan rindu, sekaligus untuk bermaaf-maafan. Jangan ada pertanyaan yang menggoreskan luka di hati teman. Terkadang, seuntai pertanyaan sederhana, bisa membuat kubangan lara. misal :
 "eh kamu belum punya baby ya, aku lupa deh, kamu nikah udah berapa taun yaa? udah coba  periksa ke dokter belum?"
Tahukah kamu, terpisah selama ribuan hari, sedemikian banyak hal yang telah terjadi, dan kamu mungkin nggak tau usaha jungkir balik apa yang telah dia lakukan. Â Jadi, kalau teman kita tidak bercerita, sebaiknya jangan bertanya. Masih banyak hal indah yang bisa dijadikan topik obrolan. Â
Simpan juga komentar nyelekitmu "ya ampuuun, badanmu beda banget, dulu kurus ceking, sekarang kaya ibu gajah lagi hamil, kamu makan apa? coba diet mayo deh, atau suplemen ini,sebulan bisa turun 10 kilo, kalau kamu mau jadi member harga jauh lebih murah, bonus poinnya bisa jalan jalan ke paris lhooo," (duuuh...... nyari rejeki ada tata krama dan etikanya jugaaaa...jangan main hajar prospek dimanapun, ini nyebelin banget yaaa)
Di REUNI ini juga jangan jadi detektif atau polisi yang sedang mengintograsi, "sekang tinggal dimana?" , "rumah sendiri apa masih ngontrak" "setahunnya berapa kontrakannya", "rumah sendiri apa sama mertua?" Stoop menginterogaasi sampai detail, karena status kita sama hanya sebagai peserta, dan pertanyaan tersebut bikin teman tidak nyaman. (kalo saya paling nggak nyaman kalo ditanya "kamu dah nikah belum?", "kapan nikah, S1 nya udah dua kali juga?" nyebelin bangeet)
REUNI akan bermanfaat, akan sehat dan positif bila kita tidak EGOIS. Tidak usah berpikir macam-macam tentang REUNI. Simpan sombongmu baik baik. Tidak harus mendominasi obrolan hanya untuk memberi tahu orang sedunia soal merek mobilmu, soal liburan mewahmu, soal pangkat dan jabatan suami/istrimu. NGGAK PENTING!!!! Tidak usah bawa-bawa pangkat, jabatan, harta atau status sosial. Sepakatilah, REUNI atau temu kangen seharusnya "melepas" jaket KEAKUAN dalam pertemanan. Berteman adalah KITA, Kamu dan Aku "pernah" bersama-sama. Rendah hatilah!! maka Allah yang akan meninggikan derajatmu. Tanyakanlah kabar teman lama, dengan denting nada kerinduan, bukan dengan intonasi curiga atau Pandangan menyelidik penuh prasangka.Â
Kamu bisa saja punya sekeping mozaik kenangan tentang temanmu, dia yang manis, yang ganteng, yang lincah, dia yang cerdas, dia yang dikenal sebagai primadona belasan tahun yang lalu, namun tak ada yang abadi, semua orang punya ujiannya masing masing, ladang takdir mungkin saja telah membuatnya tumbuh menjadi sosok berbeda. Jadi, kalau matamu menemukan ada yang berbeda dari temanmu, misal ada bekas luka di wajah, gigi yang patah, muka yang teramat tirus, atau apapun yang memicu prasangkamu, jangan ditanyakan itu kenapa terjadi. Ingatlah lagi, kita hanya bertemu satu hari, setelah terbentang jarak selama ribuan hari. Kita tidak pernah tahu, setelah terpisah oleh pulau selat, gunung dan lautan, entah  bagaimana angin nasib memporak porandakan jalan hidup masing-.masing teman. Setiap orang punya takdirnya masing-masing. Kalau memang teman kita yang mulai berbagi kisah, sediakanlah telinga dan bahumu agar dia nyaman untuk berkeluh kesah.
Peliharalah TEMAN dan PERTEMANAN kita. Karena kita adalah HOMO HOMINI SOCIUS, manusia adalah kawan bagi sesama. Jangan mendominasi pembicaraan karena bisa saja temanmu telah meruntuhkan sebongkah rasa rendah diri, menikam rasa malu, menggagahkan diri yang sebenarnya tidak PeDe hanya demi untuk menuntaskan rindu agar bisa kembali berjumpa denganmu. Jangan juga mencongkel congkel cerita cinta lama diantara teman reuni yang ada, jangan larut dalam pusaran masa lalu, sehingga  menghanyutkan masa sekarang  ada hati yang sah terbingkai dalam mahligai, yang harus dijaga keberadaannya.Â
Cukuplah REUNI sebagai REUNI saja. Datang, Kumpul, Kenang, Ketawa. REUNI yang sukses adalah yang berhasil memagutkan kembali kepingan persahabatan yang sempat tercecer karena ragam kesibukan. REUNI yang sukses adalah yang berhasil mengundang senyum, menggembirakan semua hati yang datang, dan memupuk doa agar ada reuni ditahun depan untuk kembali merajut rindu.Â
Selamat Ber-REUNI. Selamat ber-Halal bihalal.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H