Mohon tunggu...
Min Adadiyah
Min Adadiyah Mohon Tunggu... Ahli Gizi - nakes ahli gizi, pembelajar manajemen abadi

Penata Impian (karena yakin Sang Maha selalu realisasikan impian kita)

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Sukses Meng-ASI, PD Seumur Hidup

31 Oktober 2023   10:11 Diperbarui: 31 Oktober 2023   11:33 112
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Ini mengenai sebuah perasaan bersyukur ke hadirat Allah SWT karena diberi karunia bisa meng ASI pada saat saya memiliki dua gadis mungil yang terlahir dari rahim saya berselang 3 tahun. 

Saya melahirkan pada saat usia saya baru saja melewati usia ke 24. Berusia 24 pada tanggal 10 Oktober 2000 dan melahirkan pertama kali pada tanggal 5 Nopember 2000. Sebuah kenangan  yang indah dan membahagiakan. Namun, bukan berarti tidak ada tantangannya. 

Salah satu tantangannya adalah ketika pada saat hari pertama, ASI belum keluar dengan deras. Namun, rupanya memang tak perlu ASI deras di hari pertama kelahirannya. 

Cukup kolostrum dan dekapan penuh kasih sayang dari ibu dan bapaknya. Seharian ini relatif tidak ada tangisan karena haus sama sekali. Tenang. Pemahaman ini saya peroleh dari berbagai artikel yang saya baca plus nasihat-nasihat dari text book mengenai ASI Ekslusive. 

Beda saat mendapatkan ilmunya, beda pula saat mempraktikannya. Jelasnya, meng-ASI bisa sukses dengan hanya ketenangan dan sedikit ilmu. Oleh karena itu, tulisan ini dibuat agar para ibu muda bisa memiliki ketenangan jauh lebih besar sehingga ibu muda memiliki pernyataan aman mengenai ASI. 

Tantangan berikutnya adalah pada saat  hari terus beranjak dan ASI belum juga keluar. Mulai masuk usulan-usulan . Makan soto dan menghabiskan kuah salah satunya. 

Saya yang Ahli Gizi, bahkan tidak pernah mendengar ilmu ini sebenarnya, namun ternyata saran ini bekerja. ASI saya mulai mengucur. Pasti bukan faktor soto ini satu-satunya. Proses menstimulasi produksi juga mulai dilakukan dengan terus memaparkan payudara ke dalam mulut gadis mungil kami. 

Alhamdulillah  beberapa kombinasi tersebut berjalan sangat normal.  Saat proses menyusui tiba, keringat kadang mengucur deras. Tidak apa-apa Bun, Tidak apa Moms, ini sangat wajar. 

Berikutnya, ASI terus lancar dan tibalah saatnya saya harus mulai mengkomunikasikan mengASI versi simbah dari gadis mungil saya. Beliau berempat (bapak ibu saya dan bapak ibu suami) mulai dikenalkan mengenai tekad kami untuk memberikan ASI ekslusive. Saya dan suami sudah sepakat, ASI akan diberikan secara ekslusive, sesuai ilmu  yang telah sampai pada kami. Mulai mencari waktu untuk berkomunikasi. 

Moms, cara komunikasi termudah adalah pada ibu, nenek si bayi. Dari beliau kita belajar mengakses ASI, dari beliau pula kita belajar bagaimana berkomunikasi. Maka, setelah Ibu saya setuju beliau mulai membahas ini bersama Bapak saya. 

Akhirnya, keduanya sepakat mendukung upaya salah untuk mengASI terutama saat saya bekerja kembali di RS setelah cuti 3 bulan.  Bayi mungil kami akan terjaga dari sisi asupan ASInya. Insyaallah. Namun ternyata muncul tantangan baru, Ibu dan Bapak mertua menghendaki merawat bayi ini saat kelak saya mulai ngantor. Olala.., rupanya beliau ingin lebih dekat dengan cucunya. 

Maka, proses edukasi pun berlanjut. Edukasi sesama besan. Ibu saya ke besan beliau yaitu ibu mertua alias nenek si baby mungi dari pihak ayahnya. Alhamdullillah aman. Singkat cerita, alhamdulillah baby mungil mendapatkan ASI Ekslusive. 

Maka kini, hingga 23 tahun kemudian, saya merasa tetap percaya diri menjadi AHLI GIZI karena saya berhasil menatalaksana ASI Ekslusive untuk kedua putri kami. Anda pasti bisa juga kan Moms? Yuk lah, dimulai.. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun